Help

357 73 2
                                    

"Sel, lu harus bantu gue, please." Sesampainya di tempat parkir, Fenly menghubungi seseorang melalui smartphone miliknya dengan cepat.

"Hah? Ada apa sih, Fen? Coba cerita dari awal, jangan langsung minta bantuan aja." Balas heran seorang perempuan dari ujung telepon.

"Lu minggu depan bisa ke sini kagak?"

"Ya ampun, Fen. Mana bisa? Gue lagi di Jepang, pekan ujian nih."

"Tolong banget, bentar aja, dua hari. Gue butuh banget bantuan lu." Nada cemas mulai terdengar dari suara Fenly.

"Emang lu kenapa, Fen?"

"Gue kagak bisa cerita sekarang." Fenly melihat Ricky yang berlari menuju ke arahnya. "Lu kagak bisa luangin waktu bentar ke sini?"

"Sorry, Fen. Gue kagak bisa bantu lu kali ini." Terdengar suara perempuan tersebut melemah.

"Ya udah, kagak masalah." Ricky berdiri tepat di hadapan Fenly saat ini.

"Ma..."

"Gue tutup dulu ya. Thank you, Sel." Fenly mematikan telepon tersebut, menyembunyikan rasa khawatirnya dan mencoba tetap terlihat santai di depan temannya.

"Lu tadi teleponan sama siapa, Fen?" Tanya Ricky saat melihat Fenly memasukan smartphone ke dalam saku celananya.

"Temen gue." Fenly membuka pintu mobilnya dan mengambil jaket miliknya yang sedari tadi tergeletak di jok pengemudi.

"Oh, lu punya temen selain gue sama Gilang?" Refleks, pertanyaan itu keluar dari mulut Ricky.

"Ya punya lah, lu kira gue anti-social?" Fenly menoleh cepat ke arah Ricky.

"Ya, maaf. Kan lu kagak pernah kenalin temen lu."

"Woi, kalian kenapa buru-buru sih?" Ucap Gilang ngos-ngosan.

"Temen gue cakep semua, ntar lu embat." Fenly berjalan kembali menuju tempat perkemahan dengan memegang jaket di lengan kanannya.

"Eh, Fen." Ricky menyusul Fenly, mencoba menyamai langkah Fenly.

"Duh, mereka kenapa sih? Gue baru sampai udah ditinggal lagi aja." Gilang menghela nafas panjang. "Tunggu gue, Rik, Fen." Gilang kembali mengejar mereka berdua.

҉҉҉

Waktu malam telah tiba. Mereka semua mengadakan kegiatan api unggun. Mulai dari perkenalan dari setiap perwakilan yang hadir sampai menampilkan beberapa bakat dari tiap individu atau kelompok sekolah. Semua orang -yang mengelilingi api unggun menikmati malam tersebut, kecuali Fenly yang terhanyut dalam pikirannya sendiri.

"Wah, keren banget ya rapper kita, Gilang Dika. Kasih tepuk tangannya dong." Zidan -sebagai pemandu kegiatan pada malam itu bertepuk tangan setelah mendengar pertunjukan rap dari Gilang. Semua orang bertepuk tangan saat Gilang berjalan kembali ke tempat duduknya -di samping Fenly. "Sekarang giliran siapa nih? Okay, orang yang duduk tepat di sebelah Gilang ada Fenly Christovel dari SMA Negeri Nusa Mandala." Mereka bersorak tak sabar.

"Fen." Ricky menyikut lengan Fenly yang melamun.

"Hah?" Fenly menoleh kaget ke arah Ricky.

"Bagian lu tuh." Bisik Ricky.

"Bagian apaan?" Fenly mengerutkan dahinya.

"Nyanyi, bro." Gilang merangkul pundak Fenly.

"Gue?" Fenly menunjuk dirinya sendiri.

"Yoi, maju cepet sana." Gilang mendorong pelan tubuh Fenly.

"Ayok sini." Zidan tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya kepada Fenly. Fenly berjalan mendekatinya dengan pasrah. "Halo, Fenly. Mau nunjukin bakat apa nih malem ini?" Zidan merangkul Fenly yang berdiri di sampingnya.

Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang