After School

400 80 9
                                    

"Ji, lu bakal ikut kemah nanti?" Zweitson merangkul Fajri keluar kelas.

"Kagak tau, Son." Fajri menggeleng kecil.

"AJI." Kezia berteriak dari depan kelas XII IPS 1. Refleks, Fajri dan Zweitson menoleh ke arah datangnya suara. Terlihat Kezia -dengan tas ransel merah mudanya berlari kecil ke arah mereka diikuti oleh Abelle di belakangnya. "Langsung pulang?" Tanya Kezia melihat Fajri.

"Iya." Jawab Fajri singkat. Kezia hanya tersenyum tipis dan mereka berempat jalan bersama menuju gerbang sekolah.

"Ji?" Beberapa detik hening, akhirnya Kezia memutuskan untuk memulai pembicaraan.

"Hem?" Fajri menoleh ke arah Kezia -masih dengan rangkulan Zweitson.

"Lu ikut kemah dari SMA Negeri Gemilang Bangsa?" Kezia melirik sekilas lutut kanan Fajri.

"Tadi ada anak OSIS SMA Negeri Gemilang Bangsa ke kelas lu?" Fajri menatap kaget dan hanya dibalas anggukan kecil Kezia. "Siapa?" Tanya Fajri dengan nada pelan.

"Em, lupa namanya. Lu inget kagak, Bel?" Kezia menoleh ke arah Abelle di sampingnya. Abelle melihat ke atas berharap mengingat nama seseorang tetapi dia tak menemukannya, dia menggeleng pelan menjawab pertanyaan Kezia.

"Laki-laki?" Fajri kembali bertanya untuk memastikan Kezia sudah bertemu Fiki atau belum.

"Bukan, perempuan. Pokoknya dia cantik, rambut pendek sebahu, senyumnya juga manis." Fajri mendesah lega mendengar deskripsi yang disampaikan Kezia. "Kenapa, Ji?" Kezia menatap heran gelagat aneh Fajri.

"Gak, nanya aja." Fajri menatap kosong ke depan. "Lu ikut?"

"Ikut, kyknya bakal seru. Ya kan, Bel?" Balas Kezia dengan antusias dan direspon dengan anggukan semangat dari Abelle. "Aji juga ikut, kan? Temenin Kezia." Fajri menoleh cepat sembari mengerutkan dahi mendengar ajakan Kezia, sangat jarang sahabat kecilnya itu memanggil nama untuk menggantikan kata 'lu-gue'.

Satu...

Dua...

Tiga...

"Ji? Kok bengong?" Kezia melambaikan salah satu tangannya tepat di depan wajah Fajri -membuat buyar lamunannya dan mengembalikan fokusnya.

"Eh, iya? Gue ikut, Zweitson juga." Refleks, Fajri menjawab pertanyaan Kezia dengan cepat, membuat Zweitson membelalak kaget. "Iya kan, Son?" Untuk meyakinkan Kezia dan Abelle, Fajri menyikut pelan pinggang Zweitson.

"E... Eh iya, gue sama Fajri pasti ikut kok." Jawab Zweitson gugup.

"Bagus deh." Kezia tersenyum -menunjukkan giginya yang terbehel rapi. "Tapi, kaki lu gimana, Ji?" Kezia kembali melirik ke arah lutut Fajri -yang terlihat masih cukup susah diajak berjalan seperti biasanya.

"Masih ada waktu, gue bisa kok sembuh dalam waktu dekat ini." Dengan yakin, Fajri menunduk perlahan -menatap lutut kanannya.

"Semoga aja ya." Ucap Kezia pelan. Fajri menoleh ke arah Kezia yang menunduk lemah.

"Duh, Son. Makasih ya udah bantu Aji, maaf jadi ngerepotin." Tanpa sadar, mereka sudah sampai di gerbang sekolah, dengan Shella dan Farhan yang sudah menunggu di sana.

"Oh iya, gak apa-apa kok, kak." Zweitson tersenyum tipis pada Shella sembari mengalihkan rangkulannya kepada Farhan.

"Sekarang pulang naik apa, Son?" Tanya Shella lembut.

"Zweitson bawa motor sendiri kok, kak."

"Oh yaudah, hati-hati ya."

"Iya, kak. Zweitson duluan ya, kak." Zweitson pamit dengan senyuman manis.

Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang