"Ji, yakin lu bakal ikut?" Shella memperhatikan adik laki-lakinya itu yang sedang sibuk memasukkan beberapa pakaian ke dalam carrier -tas gunung miliknya.
"Yakin, kak." Fajri menarik resleting ranselnya.
"Kaki lu baru sembuh loh." Fajri berdiri dan menatap Shella yang terlihat cukup khawatir dengan kondisi kakinya.
"Kakak percaya Aji kan?" Fajri memegang kedua lengan kakaknya. Shella terdiam, menunduk perlahan. "Aji udah gak sakit lagi, bisa jalan normal, kakak gak perlu khawatir sama Aji." Fajri mengelus pelan lengan Shella -menenangkan ketakutannya.
"Lu harus janji sama gue kagak bakal aneh-aneh di sana." Shella mendongakkan kepalanya -melihat wajah Fajri.
"Iya, kak." Tercetak senyum tipis pada bibir Fajri.
"Hati-hati ya, anak keras kepala." Shella tersenyum sembari mengacak-acak rambut adiknya. Fajri hanya terkekeh kecil.
"Ya udah, Aji pergi dulu ya." Fajri mengambil carrier yang sudah dia packing sebelumnya dan menggendongnya. Fajri menggunakan helm dan menyalakan mesin motornya -meninggalkan Shella sendiri di rumahnya.
"Jaga diri baik-baik ya." Shella melambaikan tangannya saat Aji sudah mulai menjauhi pekarangan rumahnya bersama dengan motor kesayangan.
҉҉҉
"Udah sampe, turun lu." Shandy mematikan mesin motornya sesaat setelah mereka sampai di tempat perkemahan yang diadakan oleh SMA Negeri Gemilang Bangsa.
"Iya." Kezia mendengus kesal, menuruni motor Shandy dan memperbaiki letak carrier di kedua bahunya.
"Lu bisa gue tinggal?" Shandy melepas helm miliknya dan menaruh pada salah satu kaca spion motornya.
"Bisa lah, emang abang kira Kezia masih anak SD yang kagak bisa ditinggal." Ucap Kezia kesal.
"Ya, mana tau. Lu kan masih bocah." Shandy mengacak rambut adiknya gemas.
"Ih, bang." Dengan cepat, Kezia menyingkirkan tangan abangnya dan merapikan kembali rambutnya.
"Ya udah, gue duluan ya. Jaga diri lu baik-baik, anak gadis jangan macem-macem." Shandy kembali memakai helm dan menyalakan mesin motornya.
"Kagak, Kezia mau having fun di sini." Kezia menjulurkan lidahnya -menantang kepada Shandy.
"HEH! Gue lapor mamah loh kalau lu aneh-aneh." Shandy mencubit kesal salah satu pipi Kezia.
"E... Eh iya, kagak, bang. Sakit woy." Kezia melepasnya cubitan Shandy dan mengelus pelan pipinya.
"Udah ah, awas aja lu. Gue pergi dulu." Shandy kembali mengacak-acak rambut Kezia sebelum akhirnya melajukan motornya -meninggalkan Kezia yang sedang merapikan rambutnya.
"Yang lain udah dateng belum ya?" Kezia bertanya sendiri sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat perkemahan, mencari orang yang sekiranya dia kenali.
Kezia menghampiri sebuah pohon besar untuk dia berteduh. Kezia duduk menyandar pada pohon tersebut dan mengeluarkan smartphone miliknya dari saku celana. Jarinya menari pada layar smartphone, mencari nama kontak orang yang dia tunggu kehadirannya. Kezia mengirimkan beberapa pesan pada Abelle, Fajri, dan Zweitson.
Beberapa menit tak ada balasan satu pun dari mereka bertiga, Kezia menaruh smartphone miliknya dan tak sengaja melihat seorang laki-laki bertubuh tinggi membelakanginya. Laki-laki tersebut menggunakan seragam PDL dengan lilitan kain di salah satu lengannya -sedang berbincang dengan seorang perempuan yang juga menggunakan seragam sama. Kezia menajamkan pandangannya, teringat bahwa perempuan tersebut adalah orang yang menghampiri kelasnya tempo hari -untuk mengumumkan perkemahan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]
Fanfiction"Bisakah kita memandang langit yang sama, pada waktu dan tempat yang sama, dengan perasaan yang sama?" -Kezia Lizina Alexandra "Entah memang dirinya yang menarik, atau hanya hatiku saja yang tertarik." -Fenly Christovel Wongjaya "Hanya senyum itu ya...