Bottle and Paper

293 55 1
                                    

"Capek gue liat tuh bertiga ghibah mulu." Zweitson mendengus kesal. Fajri melirik ke arah Zweitson, tercetak senyum tak sempurna di wajahnya.

"AHMAD MAULANA FAJRI."

Terdengar suara seorang laki-laki berteriak dari arah belakang Fajri dan Zweitson. Refleks, Fajri dan Zweitson menghentikan langkahnya. Mereka membalikkan tubuhnya serentak untuk melihat seseorang yang tiba-tiba memanggil nama lengkap Fajri.

"Nah, bener kan itu lu." Fiki berhenti tepat di depan Fajri. Fajri mengerutkan dahinya heran. "Gue siapa?" Fiki menatap polos Fajri.

"Hah?" Hanya kata itu yang dapat keluar dari mulut Fajri.

"Nama lengkap gue siapa?" Tatapan Fiki penuh harap.

"Lu kenapa sih? Lupa diri? Atau hilang ingatan?" Fajri menatap heran Fiki.

"Iya. Gue hilang ingatan." Jawab Fiki cepat. Tatapan Fajri berubah kaget. "Lu tau hal itu kan?" Fiki menatap dalam Fajri. Refleks, Fajri menghindari tatapan Fiki. "Lu bisa cerita ke gue tentang foto ini?" Fiki kembali menyodorkan beberapa foto di hadapan Fajri.

"Kenapa lu tiba-tiba bawa foto ini ke gue?" Fajri menatap datar Fiki.

"Gue butuh bantuan lu, Ji." Wajah Fiki sedikit memelas.

"Apa?" Tanya Fajri singkat.

"Bantu gue balikin ingatan masa lalu gue." Fiki memegang kedua pundak Fajri.

"Buat apa?" Pandangan Fajri terpaku pada tangan Fiki.

"Hah?" Kini, Fiki yang menatap heran Fajri.

"Gue tanya, buat apa lu mau balikin ingatan lu?" Fajri menatap Fiki datar.

"Gue..." Fiki tak menyelesaikan kalimatnya. Tangannya perlahan melepas genggaman pada pundak Fajri. Fiki menunduk perlahan.

"Kenapa?" Fajri masih menatap datar Fiki.

"Gue ngerasa kalau gue kehilangan seseorang paling berharga dari masa lalu gue setelah kecelakaan hari itu." Ucap Fiki pelan.

"Lu yakin orang itu masih beranggapan sama kyk lu?"

"Jujur, gue kagak yakin." Fiki mendesah pelan.

"Terus lu kenapa mau ingatan masa lalu lu balik?"

"Ini Kezia kan?" Fiki menunjuk seorang anak perempuan berbehel pada salah satu foto. Salah satu ujung bibir Fajri terangkat.

"Ikut gue." Fajri berjalan meninggalkan Fiki dan Zweitson. Refleks, Fiki langsung berusaha untuk menyeimbangi langkah Fajri.

"Lah, Ji? Terus gue gimana?" Sedikit kaget, Zweitson terdiam menatap punggung Fajri dan Fiki yang berjalan menjauhinya.

"Lu ikut aja sini." Tanpa menghentikan langkahnya, Fajri sedikit berteriak. Zweitson langsung berlari kecil untuk dapat menyusul Fajri dan Fiki.

Seorang anak perempuan berbehel melompat kegirangan di sisi lapang, tepatnya di bawah sebuah pohon yang rindang. Anak perempuan tersebut tertawa melihat kedua teman sebaya laki-lakinya bermain bola basket di tengah lapang.

"Istirahat dulu, Fik. Capek." Seorang anak laki-laki -yang memiliki gigi kelinci berhenti di bawah terik matahari. Anak laki-laki itu menyeka keringat yang bercucuran di dahinya.

"Yok." Seorang anak laki-laki -bertubuh tinggi yang dipanggil Fik itu berlari kecil ke sisi lapang, mendekati anak perempuan yang sedang menggenggam dua botol minum. Laki-laki dengan gigi kelinci mengikutinya dari belakang sembari memegang bola basket.

"Nih, minum dulu." Anak perempuan itu menyodorkan dua botol minum sembari tersenyum lebar.

"Makasih, Zi." Anak bertubuh tinggi itu mengambil salah satu botol minum dan langsung duduk di bawah pohon. Tanpa menunggu lama, dia langsung meneguk air dalam botol.

Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang