Fenly berjalan menuju tempat tidur sembari mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil. Dia mengambil smartphone miliknya yang tergeletak di atas tempat tidurnya. Fenly duduk di ujung tempat tidur dan membiarkan handuk kecil itu bertengger pada lehernya. Dengan satu sentuhan, layar smartphone yang gelap itu menunjukkan pukul 16.23 WIB. Muncul puluhan pesan dan missed call dari kedua temannya, Gilang dan Ricky, juga dari Kezia. Jari Fenly mulai menari di atas layar smartphone, mencari kontak yang sangat ingin dia hubungi saat ini.
"Halo?" Fenly membuka obrolan telepon.
"Bolos lagi lu, Fen? Kemana?" Terdengar suara seorang laki-laki dari ujung telepon yang membalas sapaan Fenly dengan pertanyaan.
"Ada job kagak?" Fenly kembali mengacak-acak rambutnya menggunakan handuk kecil.
"Ada masalah apa lagi sih lu, Fen?" Laki-laki di ujung telepon terkekeh kecil.
"Gue lagi pengen turun ke jalan. Ada kagak?" Fenly mendesah pelan.
"Ada sih, malem ini." Jawab laki-laki itu santai.
"Berapa?" Fenly menyematkan kembali handuk kecilnya di pundak.
"50." Laki-laki itu menyebutkan nominal uang dalam satuan juta. Seketika hening.
"Gue ambil." Setelah beberapa detik, akhirnya kalimat itu yang terlontar dari mulut Fenly. "Malem ini jam 9 gue ke sana." Fenly menatap jam dinding di hadapannya.
"Oke gue tunggu lu di sini. See ya." Tanpa membalasnya, Fenly langsung menutup teleponnya.
҉҉҉
Kezia -ditemani oleh Ricky berjalan cepat di antara kerumunan yang sedang bersorak sorai meneriaki dua nama hewan. Kezia tak menghiraukan teriakan mereka, pandangannya menyusuri jalanan mencari seseorang. Ricky mengikutinya dengan khawatir. Gilang tak pergi bersama mereka berdua. Gilang tak ingin lebih mengacaukan keadaan dengan ucapannya yang tidak bisa disaring.
"Kak, mau nanya boleh?" Kezia menepuk pelan pundak seorang perempuan di depannya yang ikut menyoraki salah satu nama hewan.
"Iya, ada apa?" Perempuan tersebut berhenti menyoraki dan menoleh ke arah Kezia.
"Ini siapa yang lagi balapan ya, kak?" Kezia menunjuk jalanan.
"Si Cheetah Putih sama Si Singa Hutan." Perempuan tersenyum lebar. Kezia mengerutkan dahinya heran dan langsung menoleh ke arah Ricky.
"Nama jalanan." Jawab Ricky pelan.
"Oh, oke. Makasih ya, kak." Kezia tersenyum tipis kepada perempuan tersebut dan menarik tangan Ricky keluar dari kerumunan. "Fenly siapa?" Kezia menatap tajam Ricky sesaat setelah mereka terbebas dari puluhan orang yang bersorak sorai.
"Cheetah Putih." Ricky tertunduk perlahan.
"Dia beneran ikut balap liar?" Ucap Kezia pelan dengan bibir gemetar. Matanya mulai berkaca-kaca.
"YA! Setelah lama tidak terlihat, Si Cheetah Putih kembali menaklukkan jalanan pada malam hari ini." Terdengar teriakan seorang laki-laki yang jaraknya tak jauh dari Kezia dan Ricky. Seluruh penonton kembari bersorak dengan suara yang lebih ramai. Refleks, Kezia dan Ricky menoleh ke arah sumber suara.
҉҉҉
"Masih boleh juga skill lu." Nino menghampiri Fenly yang masih duduk di atas motor gede miliknya. Fenly melepas helm fullface dan merapihkan rambutnya, menyimpannya di atas tangki bensin.
"Lu cari lawan kagak ada yang susah dikit apa?" Tercetak senyum mengejek di wajah Fenly.
"Emang paling mantep jagoan gue satu ini." Nino menepuk pundak Fenly. "Nih." Nino menyodorkan amplop coklat yang cukup tebal. Fenly mengambil amplop tersebut dan melihat isinya sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]
Fanfiction"Bisakah kita memandang langit yang sama, pada waktu dan tempat yang sama, dengan perasaan yang sama?" -Kezia Lizina Alexandra "Entah memang dirinya yang menarik, atau hanya hatiku saja yang tertarik." -Fenly Christovel Wongjaya "Hanya senyum itu ya...