Bagian Delapan Belas

7.1K 1.1K 173
                                    

Hai guys, nice to meet you again. Thanks a lot for your vote and comment on last part. Sorry for late update.




How are you? I hope you will happy.


Happy Reading! 🌮🌮🌮🌮











Another World: Another Antagonist Figure
Bagian Delapan Belas – Bermain dengan Alur Novel










Rinai memainkan ponselnya setelah selesai membuat sarapan bersama koki di dapur. Hobi memasak dari sang ibu menurun kepadanya, membuat Rinai tidak bisa jauh-jauh dari dapur. Memasak sudah seperti healing baginya. Sebelum ini, dia sering membuatkan bekal untuk Arsenio yang dia titipkan pada Regina. Rinai tahu bahwa Arsenio tidak selalu memakan masakannya, tetapi dia sudah cukup bahagia melihat Arsenio yang mau menerima bekalnya.

“Gue cari kemana-mana.” Ucap seseorang dari balik pungung Rinai.

Syifa segera menghampiri Rinai yang duduk sendirian di kursi yang ada di halaman belakang penginapan. Kursi panjang itu berada di belakang dapur, dan sering digunakan para koki untuk istirahat dari pekerjaan mereka. Syifa duduk di samping Rinai dan melihat ke arah ponsel cewek itu. “Lo kangen nyokap lo?” 

“Hm.” Jawab Rinai menganggukkan kepalanya.

“Mau gue telpon nyokap gue?” tanya Syifa menawarkan pada Rinai untuk menelepon ibunya, Shinta yang menurut Rinai terlalu baik kepadanya.
Shinta adalah ibu Syifa yang sudah menganggap Rinai seperti anaknya sendiri. Syifa bahkan merasa dianak tirikan oleh ibunya ketika Rinai bersama mereka. Tetapi dia suka ketika melihat Rinai terbuka kepadanya dan ibunya. Itu membuatnya merasa dihargai dan membuat Syifa semakin yakin untuk menjaga Rinai.

“Gue ambil handphone dulu.” Ucap Syifa kemudian meninggalkan Rinai yang masih menatap foto ibunya di galeri smartphone.

Rinai meringis saat melihat Syifa yang buru-buru masuk kembali ke penginapan. Padahal dia juga memiliki nomer ponsel Shinta. Ah, Syifa yang antusias memang sering meninggalkan otak cerdasnya. Rinai bangkit dari duduknya untuk menyusul Syifa. Memikirkan betapa cerewetnya ibu Syifa yang sebelas dua belas dengan anaknya, membuat Rinai harus menyiapkan telinganya.

“Kak Rinai,” panggil seseorang saat Rinai memasuki ruang makan yang mulai kosong.

Rinai tidak menanggapi suara lembut yang memanggilnya itu. Tidak akan ada habisnya meladeni orang seperti itu, yang akan semakin bahagia ketika mendapat banyak perhatian. Rinai menghela napas malas ketika seseorang menahan lengannya. Tanpa menatap dia bertanya dingin. “Kenapa lo?”

“Aku cuma mau bilang, makasih udah buat sarapan.” Ucap Aera sedikit keras saat mendengar beberapa langkah kaki mendekati ruang makan.

Rinai mengerutkan kening malas, “Gue nggak masak buat lo.”

“Aku ngerti, kalau boleh aku mau belajar masak sama kak Rinai.” Ucap Aera menatap Rinai dengan binar mata memohon.

“Nggak!” tolak Rinai tegas kemudian menarik lengannya dari Aera.

Aera terdorong beberapa langkah, tetapi dia segera meraih tangan Rinai kembali yang dihindari oleh cewek itu. Tetapi tanpa sengaja, Aera menarik gelang di tangan Rinai hingga lepas dan terjatuh ke lantai. Rinai menggepalkan tangannya, menatap Aera dengan mata yang menyipit tajam.

“Lo apa-apaan!” tanya Rinai membentak membuat Aera seketika menciut takut dan menundukkan kepalanya.

Rinai menatap marah gelang yang tergeletak di atas lantai, dekat sepatunya. Gelang dari benang itu adalah buatan ibunya, dan Rinai sudah menggunakannya sejak kecil. Itu adalah barang yang membuatnya tidak merasa sendirian. Sekarang, gelang itu jatuh dengan keadaan putus.

Another World: Another Antagonist FigureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang