Bagian Dua Puluh Satu

7K 1K 282
                                    

Hai guys, nice to meet you again. Thanks a lot for your vote and comment on last part. Sorry for late update. Terima kasih atas antusias kalian terhadap cerita ini.

How are you? I hope you will happy.

Happy Reading! 🌮🌮🌮



Another World: Another Antagonist Figure
Bagian Dua Puluh Satu - Para Tokoh yang Terikat Alur












Rinai menundukkan pandangannya, melihat bayangan dirinya yang terpantul di permukaan air danau. Menatap wajah cantik yang diwariskan oleh ibunya. Wajah indah yang tidak mampu membuatnya mendapatkan cinta dan kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya. Wajah cantik yang membuatnya mendapat rasa benci dari orang bergender perempuan. Kecantikan yang sering membuatnya sakit.

"Kak Rinai di sini?"

Suara lembut itu memasuki gendang telinga Rinai, cewek itu tidak perlu menoleh untuk melihat siapa yang ada di belakangnya. Dimana-mana Rinai akan terus mendengar suara itu, suara yang membuatnya muak. Suara dari anak perusak rumah tangga kedua orang tuanya. Suara dari seseorang yang selama dua tahun ini menyusupi rumah ibunya.

"Lo buta?"

Aera melipat bibirnya saat mendapat respon ketus dari Rinai. Menurutnya Rinai tidak berhak bersikap seperti ini kepadanya, memang siapa Rinai? Tidak lebih dari anak yang ditinggal ibunya dan diabaikan oleh ayahnya. Aera bahkan yakin tidak ada yang mendukung Rinai di belakang punggungnya. Tetapi, kenyataannya memang seperti itu, Rinai tidak perlu dilindungi orang lain karena dia bisa mengandalkan dirinya sendiri.

"Kak Rinai ada masalah? Kakak bisa cerita ke aku." ucap Aera dengan senyum manis di bibirnya.

"Bukannya udah jelas kalau masalah gue itu elo?!" tanya Rinai sarkas tanpa menatap Aera.

"Maksud kakak?" tanya Aera tidak percaya.

"Punya otak kan? Pikir sendiri."

Rinai mendengus karena sifat naif yang kembali Aera tunjukkan. Tidakkah Aera sadar bahwa tindakan yang dia ambil selalu merugikan orang lain? Apalagi bersikap seolah menjadi kertas putih tanpa noda. Ah, sudah pasti Aera sadar tetapi enggan mengakuinya.

Rinai merapatkan jaket yang dia kenakan saat angin berhembus ke arahnya. Cewek itu memutar bola mata karena tidak mendapat jawaban dari Aera, kemudian berniat untuk kembali ke penginapan. Tetapi ada tangan lembut yang menahan lengannya.

"Kak Rinai mau kemana?"

"Bukan urusan lo."

"Aku mau tanya sesuatu." Ucap Aera dengan nada ingin tahu.

"Apa?"

"Apa kak Rinai tahu kenapa ada bungkusan itu di tas aku?" tanya Aera sembari menatap mata Rinai.

"Lo gila? Jangan bilang lo pikir gue yang lakuin?!" ujar Rinai tidak percaya.

Rinai maju selangkah, mendekati Aera yang langsung memundurkan dirinya. Cewek itu menundukkan sedikit kepalanya dan berbicara pelan di depan telinga Aera. "Bukannya lo yang punya rencana murahan itu?"

Mata Aera tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya, cewek itu menelan ludahnya yang kaku. Dari mana Rinai tahu?

"Ma...maksud kak Rinai?" tanya Aera tidak bisa menyembunyikan nada gugupnya.

"Maksud gue, lo kan yang rencanain semua itu. Lo mau jebak gue?"

"Maksud kak Rinai?"

"Nggak perlu pura-pura di depan gue. Gue tahu lo mau jebak gue kan? Lo mau naruh alat kontrasepsi di tas gue biar orang-orang mikir gue cewek murahan." papar Rinai memojokkan Aera yang wajahnya sudah pucat karena tertangkap basah.

Another World: Another Antagonist FigureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang