[Edited]
---______---
"Dona sebenarnya sudah kritis sejak kemarin . Hanya saja dia tidak tega membuatmu sedih , Vin. " Ucap Aldi pada Vino yang tengah duduk dipinggir kuburan Dona lagi .
Sudah 5 jam lamanya dia duduk menatap batu nisan kakaknya namun tak mengakatan apapun atau bergerak. Vino bagai mayat hidup.
"Sigh! Kayaknya Vino masih shock tentang ini." Aldi menatap Carl yang berdiri di belakang Vino.
"Dia tidak akan mendengarkan kamu bicara apapun . Ini kehilangan yang sangat dalam. Dona adalah satu-satunya keluarganya. " Carl menatap Vino sedih.
"Seenggaknya dia harus makan atau minum . Meski itu camilan pun tak mengapa. Kamu bertanggung jawab sepenuhnya atas dirinya , Carl ." Marco yang sedaritadi diam disebelah Carl mulai bicara setelah mengamati Vino yang nampak mengenaskan.
Mereka bertiga kini melihat Vino . Matanya yang indah kini sayu , lingkaran hitam menghiasi. Bibir merah mudanya kini berubah pucat . Rambut hitam lembutnya yang rapi kini kusut dan pipi yang selalu merona kini memutih.
"Kami pergi dulu . " Aldi menyalami Carl lalu berlalu , Marco pun mengikuti Aldi yang sudah agak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Ca-rl." Suara Vino benar-benar menyedihkan . Suara parau yang serak seakan rongga tenggorokannya dipenuhi oleh lendir .
"Aku disini , Vin !" Tak peduli meski nanti bajunya kotor Carl mendudukkan bokongnya ditanah disamping Vino.
Carl melingkarkan lengannya dibahu mungil Vino . Mulai mengusap kepala Vino dengan tangan yang satunya. "Aku. . . la-par . " Ucap Vino setelah mereka tenggelam dalam beberapa saat.
Carl spontan menggendong Vino ala bridal style menuju mobil sport biru lautnya yang sudah terpakir cantik. "Kamu makan yang gampang dicerna aja , bubur ayam apa masih ada , ya !" Carl mulai mengoceh tentang apa yang akan mereka makan. Sedangkan Vino , tetap menyedihkan. Diam sambil mendengarkan Carl yang tak lelah mengoceh.
*_*_*_*_*_*
"Lu kagak masuk terus gua jadi bosen Vin!" Dhika mulai bicara ketika melihat Vino yang menutupi dirinya dengan selimut tebal.
"Masa' ya kemarin pas dirumah nyokap bilang
'Iih Dhika kamu tuh harusnya kayak Vino , kerja kesana kesini buat hidup kalo kamu apah ? Masih aja sembunyi diketek mami . Kamu gak malu apa Dhiik ?'
Ya kali gua jadi elu . Kita aja beda wajah masa' iya gua oplas dulu biar kayak elu!" Dhika berbicara seolah Vino mendengarkan dan benar saja , ada gerakan kecil disana . Digundukan diatas kasur besar itu."Lu ketawa ya , Vin !?" Dhika yang awalnya duduk dipinggir ranjang mulai mendekati gundukan itu.
"Vino Aryatapa ?" Dhika mengangkat tangannya dan bertumpu pada kedua lututnya.
"Gwahahahahahahahah!Dhika!Jangan! Dhika! Dhika ! Aduuh !Ahahahahahahahahahaha ! Dhika ampun !! Ihihihihihih ! Ahahahahahahaha !"
"Ape lu ?! Nyuekin gua ternyata lu ketawa dibelakang gua hah ! Rasain pembalasan gua ! Nih , rasain gelitikan maut gua !"
Dhika terus menggelitiki Vino yang sudah keluar dari selimut tebalnya . Kini mereka tengah bergulat diatas ranjang king size apartemen mewah itu.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata biru laut tengah melihat mereka. Diwajahnya yang tegas itu terukir sebuah senyum. Senyum miris .
Sakit.
Nyeri yang hampir membuatnya meneteskan air mata. Carl memalingkan wajahnya. Beranjak menjauhi mereka berdua yang tengah asyik bercanda.
*_*_*_*_*_*Alhamdulillah nemu WiFi
bahagia hatikuuu :) :D
KAMU SEDANG MEMBACA
18+ Matahari Tak Selamanya Bersinar [Tahap Perbaikan]
RomansaDhika seorang straight yang berteman dengan Vino seorang gay. Namun fakta Vino gay hanya di ketahui olehnya sendiri dan buku diarynya. Namun suatu hari buku biru kecil itu hilang. Vini kalap mencarinya kemana-mana. Lalu suatu hari lembaran buku itu...