00.08 | Jogging

30 10 2
                                    

Tanpa ia sadari, pagi itu, ada sebuah jantung yang berdetak melebihi ritme yang seharusnya.

-Dari Erlan, untuk Tania-

🍕

Sepi. Itu yang dirasakan Erlan ketika menginjakkan kaki di ruang tamu rumahnya. Sore ini tak ada keributan di ruang tamu yang disebabkan oleh teman-teman Darren. Cowok itu melenggang santai menuju ke dapur.

Bibirnya tertarik ke atas begitu melihat sosok perempuan yang sibuk berkutat dengan wajan dan kompor. Tak membuang waktu, Erlan langsung mendekati perempuan itu, lantas memeluknya dari belakang.

"Astaghfirullah, Erlan! Kamu ngagetin mama aja!" Diana terlonjak kaget, lantas mengomeli anak laki-lakinya itu.

"Kalau mama jantungan gimana, hah?"

Erlan menyengir. "Maaf, ma."

Diana hanya menggelengkan kepala. "Kamu baru pulang?"

Erlan memilih duduk di kursi meja makan, melempar tas nya ke meja yang kebetulan masih kosong. "Iya. Abis kondangan sama Yesa."

"Kondangan?"

Erlan terkekeh geli mengingat kejadian siang itu. "Ah, enggak. Mampir ke nikahan sepupunya Yesa. Terus makan disana deh," ucapnya enteng.

Diana lalu memasukkan potongan cumi ke wajan. "Nggak malu kamu pake seragam begitu?"

Cowok manis itu menggeleng. "Nggak. Orang Yesa juga nggak malu."

"Kak Darren mana, ma? Tumben sepi?" Erlan beralih menanyakan Darren, kakaknya yang kini menginjak bangku kuliah semester empat.

"Pergi dari pagi. Nggak tau mau kemana."

Erlan hanya mengangguk saja. Biarlah kakaknya pergi dari rumah ini. Kalau perlu, tidak usah balik saja supaya Erlan hidup damai.

"Mama masak apa?" Cowok itu beranjak, menghampiri mamanya yang tengah sibuk.

"Cumi tepung kesukaan kamu. Tapi kamu nya udah makan tadi. Jadi cuminya buat mama sama Darren aja," ujar Diana bermaksud mengusili Erlan. Ia tahu putranya tidak rela jika Darren menghabiskan banyak cumi tepung, sementara dirinya tidak.

"Mana bisa gitu! Aku masih laper kok. Nggak! Nggak! Pokoknya kak Darren nggak boleh banyak makan cumi. Nanti gendut." Erlan cemberut, membuat wanita di sebelahnya tertawa.

Ah, Erlan. Putranya itu selalu saja bisa membuat Diana tersenyum. Sejenak untuk melupakan lelahnya hari ini.

***

Hari Minggu pagi nyatanya tak berhasil membuat Tania bangun lebih awal. Gadis itu baru tidur pukul satu dini hari karena bergadang menonton film horror meski sendirian di rumah. Tania memang bukanlah gadis penakut.

Getaran ponsel yang terdengar beberapa kali sedikit mengganggu tidur Tania. Matanya menyipit, mengecek siapa saja yang mengechatnya pagi-pagi buta seperti ini.

Erlan.

Taniaaa
Udah bangun?
P
Halo
Bangun dong
Jalan yuk : D
Ah tp lo blm bangun :(

Tania mengucek mata seraya mengubah posisinya menjadi duduk. Ia sebenarnya malas sekali jalan pagi-pagi. Apalagi mengingat bahwa semalaman dirinya bergadang. Tapi menolak Erlan juga Tania merasa tak enak.

Kemana, Lan?

Serah. Yg penting jalan

Dari Erlan untuk TaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang