00.00 | prologue

102 15 15
                                    

Napas Erlan terengah-engah. Cowok itu berusaha menghindari kejaran pak Yanto yang berteriak marah ke arahnya. Tatapan dari beberapa siswa yang berlalu lalang saat jam pelajaran tak Erlan hiraukan. Cowok itu sesekali juga menoleh ke belakang sambil tertawa.

Menjadi biang onar selama tiga tahun di SMA Taruna merupakan aktivitas wajib dalam hidup Erlan. Posisinya kini sebagai murid kelas 12 tak membuat Erlan berhenti menjadi langganan para guru bk, termasuk pak Yanto.

Erlan tetap berlari meski tenaganya sempat menyurut.

"Capek gue. Si Yesa sialan emang. Mana tadi gue udah ngarep makan soto ayam gratis," Dumelnya sambil berlari.

Ia memang tidak makan banyak saat istirahat tadi, karena Yesa tak jadi mentraktirnya. Lebih sial lagi, uang saku Erlan tertinggal di rumah. Jadilah Erlan ngos-ngosan.

Cowok itu tak terlalu memperhatikan ke arah koridor, sampai-sampai ada seorang gadis—yang Erlan tak tahu namanya—menabrak tubuh Erlan. Ralat, Erlan-lah yang menubruk gadis itu.

"Awhh!"

Keduanya terjatuh. Terlihat buku-buku berceceran di sekitar mereka. Buku yang Erlan yakini milik gadis yang tadi ia tabrak itu.

"Duh! Lo kalo jalan selain pake kaki juga harus pake mata dong!" Erlan berseru kesal. Padahal, disini dirinya yang salah.

"Bukannya lo, ya, yang jalannya nggak liat-liat?" Gadis itu berucap agak sinis.

Erlan dengan cepat langsung memunguti buku-buku itu. 'rangkuman materi olimpiade matematika.' melihat judul dan gambar sampulnya saja, Erlan sudah teramat mual.

"Nih!" Gadis itu langsung menerima buku yang disodorkan Erlan.

"Makasih. Tapi-"

"Erlano!" Teriakan dari arah belakang koridor membuat keduanya menoleh. Gadis itu dengan ekspresi bingung, sementara Erlan dengan ekspresi panik.

"Sialan!"

***

Bersambung ...

Hai, aku bawa cerita baru nih!

Gimana prolognya?

Published : 240821.1611

Dari Erlan untuk TaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang