Aku rindu k a m u .
***
Sore ini suasana di kamar Erlan tak jauh berbeda dari kondisi kapal pecah. Bantal dan guling terletak tidak pada tempatnya. Pun dengan bungkus Snack dan minuman yang tercecer tanpa ada yang berinisiatif membuang. Mereka bertiga—Erlan, Yesa, dan Dafa—sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Setelah capek memainkan bola basket dan berlomba meraih skor, Yesa dan Dava memilih untuk duduk di kasur Erlan. Meski seprainya berantakan tak karuan, mereka tak peduli.
"Gue haus nih." Dava mengibaskan tangannya. Melempar kode, tapi si empunya rumah tidak kunjung peka.
Yesa terkekeh. "Lo ngode ke Erlan? Bocah kayak gitu mana bisa peka?"
Cowok berambut pirang, dengan iris mata cokelat terang itu lalu mendengus sembari bangkit. "Gue ambil sendiri aja."
Dava sudah keluar kamar. Yesa mendekati Erlan yang daritadi asyik mengamati ponsel. Wajahnya terlalu serius, membuat Yesa penasaran apa yang sedang diamati Erlan.
"Ngeliat apa sih?" Pandangan Yesa ikut terfokus pada ponsel berlogo gigitan apel dengan case hitam itu.
Mata sipit Yesa menangkap profil Instagram seorang cewek yang jumlah pengikutnya sebanyak enam digit. Ia penasaran dan juga kaget. Tapi rasa penasaran dalam dirinya lebih mendominasi. Jadi Yesa lebih memilih untuk menanyakan siapa cewek itu.
"Dia siapa?"
Sebelum menjawab, Erlan lebih dulu menyingkirkan kepala Yesa yang berada tepat di depan ponsel Erlan. Yesa terkekeh lagi.
"Lovatta."
"Hah? Siapa?"
"Lovatta. Lo budek?"
"Bukan gitu. Maksud gue, dia siapa? Siapanya elo?" Ternyata begini rasanya punya sahabat yang otaknya agak lemot macam Erlan.
"Lova itu, anak temennya papa gue." Erlan masih belum menyingkirkan pandangannya dari ponsel. Cowok di sebelahnya tentu bingung. Lalu apa hubungannya dengan Erlan?
Dava yang sudah kembali dengan sebotol minuman bersoda itu langsung menghambur ke kasur Erlan. Turut mengamati apa yang ada disana.
"Ohh. Ini Lova. Gue tau nih dia siapa," Hebohnya sok tau.
Erlan menoleh ke samping kirinya. "Siapa?"
"Selebgram."
"Bego. Ya gue juga tahu."
Dava meringis. Setelahnya, ia membuka minuman itu dan meneguknya. "Emangnya dia siapa, Lan? Gebetan lo? Nggak mungkin lah." Cowok itu mengibaskan tangan, gerah.
"Lo pada inget nggak? Waktu itu gue bilang kalo gue disuruh bokap buat jagain anak orang?"
Yesa mengingat sesuatu. Ya, kemarin lusa Erlan memang bercerita tentang itu.
"Oh! Gue inget!"
"Gue juga. Emang kenapa?"
"Jangan bilang, itu ..."
Erlan menghela napasnya dalam satu tarikan. "Iya. Dia orangnya."
"Anjing!"
"Demi apa?"
"Gila! Bening banget, Lan. Serius, kalo gue jadi lo udah gue pacarin tuh anak," ucap Dava menggebu. Maklum saja, Dava ini jones, alias jomblo ngenes.
"Emangnya dia mau sama lo?" Tanya Erlan mengejek. Dava seketika terdiam.
"Jadi, lo udah ketemu dia?" Yesa meraih satu bantal, lalu diletakkan di belakang punggung sebagai sandaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Erlan untuk Tania
Teen FictionDariku, yang mencintaimu dengan sederhana. *** Erlan tidak tahu, apakah mengenal Tania merupakan sebuah anugerah, atau justru kesialan baginya. Pasalnya, semenjak mengenal Tania hidup Erlan makin berantakan! Mulai dari kena fitnah sembarangan, bolak...