00.13 | Mantan Erlan?

30 7 1
                                    

Hidup itu terus berjalan. Pun dengan takdirnya yang kadang juga berjalan tak seperti keinginan.

🍕

"Lo kayak nggak tahu kelakuan nenek lampir yang satu itu." Cowok bersurai hitam itu terkekeh, melanjutkan mengaduk mie ayam.

Yesa juga terkekeh. "Gitu-gitu, Belva mantan lo juga, 'kan?"

"Uhuk-uhuk!"

"Minum mana minum?"

Reno yang posisinya di sebelah Ifa langsung menyodorkan Es teh setengah anget milik gadis itu.

Ifa buru-buru meminumnya. Wajahnya kini memerah, entah karena apa. Setelah dirasa membaik, barulah ia berbicara.

"Hah? Apa, Sa? Erlan punya mantan?" Tanya Ifa histeris. Yesa mengangguk ragu.

"Anjrit. Demi apa sih? Belva, Lan? Belva si cerewet itu?" Ifa masih bertanya tidak sabar.

Reno hanya menggeleng. "Lo bisa nggak sih? Bicaranya nggak usah keras-keras, bego! Kalo banyak yang denger gimana?"

Beberapa pasang mata di sekitarnya kini mulai memandang ke arah mereka berlima. Reno tentu saja risih.

"Iya, nih, Fa. Malu tau." Desya ikutan berbisik.

Ifa tak peduli. Ia masih setia menunggu jawaban Erlan. Bagi Ifa, mungkin pernyataan dari Erlan lebih penting dari apapun untuk saat ini.

"Kalo iya kenapa? Lo cemburu, ya?" Jawab Erlan tak serius. Diiringi kekehan di akhir kalimat.

"Idih. Ya, gue nggak percaya. Ternyata ada juga yang mau sama lo."

"Kalo ngomong dijaga." Yesa menatap Ifa tajam. Bisa saja ucapan cewek itu melukai lawan bicaranya, 'kan?

Erlan diam. Tak berniat membalas omongan Ifa. Matanya menatap satu mangkok mie ayam di depannya. Raga Erlan memang berada di kantin. Namun jiwanya berkelana entah kemana.

Jiwa Erlan bagai terdampar jauh ke masa lalu. Ke saat-saat menyakitkan itu. Saat harga dirinya yang mungkin sudah tak berbentuk, saat dirinya berjuang demi senyum seseorang, dan saat- ah, sudahlah! Erlan tak sanggup memikirkannya lagi.

Biarlah semua menjadi masa lalu.

Bukankah masa lalu itu tidak penting?

"Apaan sih?" Aduh Ifa kala lengannya disikut Reno.

"Gara-gara lo, tuh!" Reno menunjuk seseorang dengan dagunya. Erlan yang kini sedang mengaduk mie ayam dengan setengah tak niat. Dari ekspresinya sangat kentara kalau cowok itu tengah murung.

"Ya, terus?"

"Ck! Minta maaf lah, bego!"

Setelah beradu mulut dengan Reno panjang lebar, dengan setengah berbisik tentunya, Ifa akhirnya memberanikan diri untuk membuka mulut.

"Lan?"

Erlan hanya menaikkan alis, tak menoleh, apalagi menjawab.

"Sorry, ya? Gue ngomong gitu nggak ada maksud buat-"

"Apaan sih? Gue nggak kenapa-napa."

Ucapan itu membuat semuanya terkejut. Terutama Ifa.

"Tapi-"

Erlan malah tertawa. Ekspresi konyol Ifa sangatlah pas untuk dijadikan objek tertawa.

"Muka lo aneh banget!"

"Sialan, lo!" Ifa akhirnya menarik permintaan maafnya. Sudah menyusun niat untuk meminta maaf, tapi Erlan malah menertawai. Kesal rasanya.

Beberapa menit berlalu, bel sudah berbunyi. Namun saat akan berjalan ke kelas, Erlan berhenti tepat di depan tangga sekolah. Mata hitamnya memandang ke atas tangga berbentuk huruf 'L' itu.

Dari Erlan untuk TaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang