00.03 | Gara gara Erlan (?)

49 11 9
                                    

Khawatir itu wajar. Yang nggak wajar itu lo khawatir, tapi nggak berani ngungkapin atau sekadar nyamperin.

-Y E S A   T A M P A N-

***

"Erlano?"

Benar saja dugaan Erlan. Di dalam kelas 12 ips 4, sudah ada Bu Tuti yang kini tengah menatapnya tajam dari atas sampai ke bawah, seolah-olah Erlan adalah pencuri yang tertangkap basah oleh warga. Untuk saat ini, tidak ada yang bisa Erlan lakukan selain pasrah.

"Kamu lagi, kamu lagi. Bosan saya lihat wajah kamu yang selalu terlambat tiap jam pelajaran saya." Bu Tuti maju beberapa langkah, membuat Erlan mundur ketakutan.

"Ampun bu Tut, ampuuun! Janji deh nggak bakalan telat lagi," jerit Erlan dengan nada penuh kesakitan saat tangan Bu Tuti berhasil menjewer telinganya.

Jeritan itu mengakibatkan beberapa siswa yang kepo turut mengintip lewat jendela kelas mereka.

"Berdiri di lapangan sampai jam pelajaran saya selesai!"

"Bu, tapi, 'kan-" ucapan Erlan tercekat di tenggorokan saat dilihatnya tatapan membunuh dari Bu Tuti.

"Iya, bu." Erlan berbalik arah menjauh dari kelasnya. Berjalan dengan tas yang masih tersampir di pundak. Sampai punggung cowok itu sudah tak terlihat, barulah Bu Tuti kembali lagi ke kelas.

Perempuan berusia empat puluhan itu menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan kelakuan anak didiknya satu itu. Bukan hanya satu atau dua kali Erlan membuat masalah, tapi berkali-kali, membuat para guru selalu kesal dibuatnya.

Namun bukan Erlan namanya jika tak mempunyai otak licik. Bukannya menjalani hukuman, cowok itu malah berjalan-jalan di sekitar gedung kelas sebelas, menjahili beberapa adik kelas yang tengah melaksanakan kebersihan kelas saat jam pelajaran pertama.

"Kak Erlan! Balikin sapunya!" Cewek ber name-tag Nessa itu berseru kesal saat Erlan yang tiba-tiba sudah merebut sapunya.

"Ambil aja kalo bisa." Erlan mengangkat sapu itu tinggi-tinggi, membuat Nessa yang tingginya tak lebih dari tinggi pundak Erlan hanya bisa menunjukkan raut wajah masam.

"Ih, kak Erlan mah." Saat Erlan sudah lengah, barulah sapu itu sudah berhasil berpindah tangan lagi ke tangan Nessa.

"Sial. Kecolongan gue."

Memang tak sedikit adik kelas yang mengenal Erlan di SMA Taruna ini. Selain karena ia adalah biang masalah, wajah Erlan juga bisa dibilang tampan, membuat ia menjadi incaran para kaum hawa.

Erlan melihat sekelilingnya, baru menyadari bahwa di depannya ini adalah kelas Tania.

"Ness."

"Apa?" Nessa menoleh was-was, takut Erlan kembali mengusilinya.

"Tania mana? Kok nggak kelihatan?" Netra hitam Erlan berkelana, mencari sosok perempuan yang sejak kemarin tak mengabarinya.

"Nggak berangkat."

Itu bukan Nessa yang menjawab, melainkan sosok cowok yang tengah mengisi ember di kran air depan kelas. Namanya Kresna.

Dari Erlan untuk TaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang