00.25 | Curahan Hati Erlan

13 2 1
                                    

Halo! Aku balik lagi. Selamat membaca, sahabat!

•••

Apa kali ini aku keterlaluan, sehingga membuat sayatan di hatimu semakin lebar?

***

Jika saja tidak ingat bahwa dua minggu lagi akan tanding basket, tentu saja Yesa tak akan susah payah bergelut di bawah terik sinar matahari siang ini. Keinginannya untuk terus berada di bawah selimut tidak bisa terwujud. Padahal ingin sekali ia bangun nanti. Kalau bisa sore sekalian, mumpung di rumah tidak ada orang. Tapi sebuah pesan masuk dari seseorang yang bilang akan menemuinya berhasil memperkuat alasan Yesa untuk meninggalkan kasur. Pikirnya, sekaligus berlatih menyiapkan pertandingan dua pekan mendatang.

Sudah lebih dari lima belas menit sejak Yesa berada di halaman belakang rumah. halaman khsusus yang biasa ia gunakan untuk bermain basket, meski tak sering. Sebuah benda bulat berwarna oranye itu  terus dipantulkan. Kemudian terlempar ke atas, memasuki ring dengan sempurna.

Yesa tersenyum puas, sebelum akhirnya menepi sebentar, mengelap peluh yang kini mulai menghiasi wajah putihnya. Decakan pelan terdengar ketika mata Yesa menatap jam di pojok kiri atas ponsel. Erlan belum juga datang. Padahal katanya ia akan sampai kurang dari sepuluh menit. Namun sampai kini batang hidung Erlan belum juga terlihat.

Yesa memilih untuk duduk di ayunan cokelat. Cowok itu sebenarnya kurang tahu apa yang akan Erlan ceritakan padanya nanti. Tapi kata Erlan, ini adalah hal penting. Makannya Yesa penasaran.

Sembari menunggu, cowok yang kini memakai kaos oblong putih polos itu memainkan hape nya. Membuka aplikasi instagram, dan mengetikkan nama akun di kolom pencarian. Setelah menemukannya, Yesa melanjutkan untuk sedikit men-scroll layar ke bawah, mengamati foto yang diupload di akun Instagram itu.

Beberapa adalah foto yang menurut Yesa tidak menarik. Foto pemandangan, langit, bola basket, dan seorang anak kecil yang sangat Yesa kenali.

"Gue emang belum pernah ketemu lo secara langsung. Tapi semoga pas tanding nanti nggak ada masalah," gumamnya lirih.

"Sasaaa! Lo dimana sih?"

Sebuah teriakan dari dalam rumah terdengar nyaring sampai ke halaman belakang dimana Yesa berada. Sudah dapat dipastikan bahwa itu Erlan. Memangnya siapa lagi? Tetangga sebelah? Ah, rasanya Yesa tak punya tetangga yang mulutnya seperti itu.

"Di belakang. Nggak usah teriak-teriak bisa nggak?" Balas Yesa dengan suara tak kalah kerasnya.

Suara pintu yang menjadi sekat antara halaman belakang dengan dapur kini terdengar dibuka. Dari dalamnya, nampaklah Erlan yang datang dengan jaket jeans yang masih menempel di badan. Tak lupa juga dengan kedua sudut bibir yang tertarik selebar bulan sabit.

"Ya maap, Sa. Abisnya gue cari lo sampai kolong meja makan nggak ada. Adanya Cimoy."

'meoong,'

Seekor kucing putih kini juga muncul dari belakang Erlan. Namanya cimoy, kucing mungil berjenis Anggora kesayangan Yesa.

Erlan mengambil cimoy, menggendongnya, kemudian berjalan ke arah sahabatnya.

"Lo kenapa? Tadi bang Darren chat gue, katanya dari pagi lo belum pulang."

Erlan menyandarkan kepalanya ke ayunan yang diduduki Yesa, dengan cimoy yang berada di pangkuan. Wajahnya memang terlihat seperti tak ada masalah. Ceria, seperti biasanya. Tapi Yesa tahu ada yang Erlan sembunyikan. Makannya cowok itu datang ke sini.

"Kenapa apanya? Gue nggak pa-pa kok."

Lagi, decakan muncul dari mulut Yesa. "Lo Dateng kesini katanya mau cerita? Kalo nggak jadi mendingan pulang aja deh!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dari Erlan untuk TaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang