"Gue mau ajak lo ke pesta ulang tahunnya temen. Mau nggak?"
Erlan terlihat berfikir sejenak. "Boleh. Kapan?"
"Bilangnya sih lusa. Tapi soal tempat, gue belum dikabarin. Nggak banyak yang diundang soalnya."
"Oh, gitu."
"He'em."
"Kalo boleh tau, yang ulang tahun namanya siapa?"
"Belva. Temen sekelas gue. Lo kenal?"
***
"Kenapa?" Tania bertanya ketika ia menyadari laju motor itu melambat. Erlan berhenti. Cowok itu menggeleng cepat.
"Ah, sorry-sorry! Gue tadi nggak fokus," balas Erlan. Ia diam sebentar, kemudian mengusap wajahnya menggunakan tangan kosong. Tadi Erlan tidak salah dengar, 'kan? Gadis itu akan mengajaknya pergi ke pesta ulang tahun Belva. Belva yang tak lain adalah mantan kekasih Erlan. Memangnya Belva siapa lagi?
Hati Erlan gamang. Jika tak menyanggupi permintaan Tania, ia tak enak. Tapi jika datang ke pesta Belva, mau ditaruh mana mukanya? Di kantong kresek?
"Belva temen lo itu, 'kan?"
Erlan sudah kembali melajukan motor hitamnya. Dari kaca spion terlihat Tania mengangguk.
"Iya. Lo kenal?"
"Nggak kok. Cuma sekedar tau namanya aja."
"Oh, gitu."
Keduanya kembali sibuk dengan pikiran masing-masing. Perkataan Tania membuat Erlan tidak fokus. Cowok itu beberapa kali menghela napas gusar. Pesta ulang tahun Belva akan dilaksanakan dua hari lagi. Itu berarti, hanya ada waktu satu hari untuk mengambil keputusan ; ikut, atau tidak.
Setelah sampai di mall yang dimaksud, Erlan segera mencari tempat kosong yang sudah disediakan untuk parkir. Meskipun bukan malam Minggu, tapi mall itu sangat ramai. Kendaraan baik roda dua, juga roda empat, semuanya berjejer memenuhi tempat parkir. Seolah mereka semua akan berbelanja tanpa membayar.
"Biar gue bukain." Erlan melihat Tania yang sedang kesusahan membuka helm nya.
"Nggak usah. Gue bisa sendiri kok."
Cowok itu menaikkan satu alisnya tak yakin. Sudah berusaha membuka, tapi tidak bisa. Nyatanya pengait helm itu kuat sekali sehingga Tania tak bisa membukanya.
"Gue bilang juga apa. Makanya jangan ngeyel." Erlan langsung meraih pengait helm itu dan membukanya dengan mudah. Jarak yang begitu dekat membuat Tania bisa mencium aroma parfum Erlan. Gadis itu meringis.
"Makasih."
"Sama-sama."
Seperti dugaan mereka, keadaan di dalam sana sudah ramai oleh pengunjung. Keduanya berjalan menyusuri mall, memasuki salah satu toko yang menjual produk sepatu.
"Kesana, yuk!" Ajak Tania.
Erlan mengangguk saja. "Ayo."
Gadis itu menyibukkan dirinya dengan mencari-cari sepatu untuk ia hadiahkan kepada Belva. Diikuti Erlan di belakangnya. Sampai di rak dengan jajaran sneakers, Keduanya berhenti.
"Bagus nggak, Lan?" Tania mengambil sebuah sneakers berwarna krem dengan midsole merah muda. Tampak simple, namun indah.
"Belva suka warna pink," tukasnya lagi sambil menimang-nimang sneakers itu.
"Iya. Terserah lo aja mau beli yang mana."
"Tan?"
Tania menoleh ke samping. "Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Erlan untuk Tania
Ficção AdolescenteDariku, yang mencintaimu dengan sederhana. *** Erlan tidak tahu, apakah mengenal Tania merupakan sebuah anugerah, atau justru kesialan baginya. Pasalnya, semenjak mengenal Tania hidup Erlan makin berantakan! Mulai dari kena fitnah sembarangan, bolak...