00.09 | Heart Pieces

32 10 1
                                    

Ibarat kaca yang pecah. Jika kepingannya diambil, maka kepingan itu hanya membuat terluka. Pun dengan hati.

-Dari Erlan untuk Tania-

🍕

Disini lah Tania dan Erlan berada. Sebuah taman dekat jalan raya yang sangat ramai oleh pengunjung. Selain karena posisinya yang dekat jalan raya, kondisi taman ini juga sangat indah, membuat siapapun betah untuk berlama-lama. Dan pagi ini, sesuai dugaan Tania, di jalan sekitar taman banyak sekali pedagang jajan.

"Laper nggak, Tan?" Erlan mengusap peluh di dahinya menggunakan handuk kecil. Ia dan Tania kini tengah duduk di kursi, setelah daritadi berlari mengelilingi taman.

"Iya. Lo?"

"Laper juga sih. Lo mau makan apa? Biar gue beliin."

Tania berfikir sejenak. Ia ingin sekali bubur ayam. Tapi ia juga pengen ketoprak. Belum lagi batagor di tempat itu yang terkenal enak.

"Mm, bubur ayam aja deh, gimana? Pake sate telor puyuh, ya?"

Erlan mengangguk. "Ada lagi?"

"Minumnya air mineral aja."

Setelah mempertimbangkan, Tania akhirnya memilih bubur ayam dan air mineral. Ia tak ingin merepotkan Erlan.

"Lo tunggu sini, ya?"

Tania mengangguk. Ditatapnya punggung Erlan yang mulai menjauh. Tak terasa, dia dan Erlan sudah agak lama berada di taman ini. Tania mengibaskan tangan, bermaksud mengusir gerah.

Namun seorang penjual roti bakar tiba-tiba mencuri perhatiannya. Bau roti yang diolesi margarin itu menguar sampai ke hidung Tania. Tak dipungkiri, ia ingin sekali roti bakar itu.

Setelah memastikan uangnya pas, Tania akhirnya beranjak untuk membeli roti bakar. Dilangkahkan kakinya beberapa langkah ke depan. Namun sayang, mungkin kesialan kali ini berpihak pada Tania.

Tania bertabrakan dengan seseorang, sampai keduanya hampir terjatuh. Hanya hampir, belum terjatuh.

"Eh, sorry!"

Tania menatap orang itu dengan takut. Seorang cowok berkaos hitam, celana hitam, rambut, bahkan sepatu hitam. Cowok itu menunduk sehingga Tania tak mengenali wajahnya.

"Nggak papa. Gue duluan." Setelah mengucapkan itu, cowok itu pergi dari sana. Meninggalkan Tania dengan raut kebingungannya.

Gadis itu hanya mengedikkan bahu, lantas menuju penjual roti bakar, membeli dua buah roti. Yang satu rasa cokelat, dan satunya lagi rasa strawberry. Yang cokelat buat Erlan. Siapa tahu saja cowok itu doyan.

"Berapa, mbak?"

"Duapuluh ribu, neng."

"Makasih, ya." Mbak-mbak penjual roti bakar itu menerima uang pemberian Tania dengan senang hati.

Tania juga. Dengan hati senang, ia berbalik, bermaksud menuju kursi tempat dimana Erlan menyuruhnya untuk menunggu.

"Gue kira lo beneran diculik sama om-om!" Erlan berseru begitu melihat Tania datang dengan tampang tak berdosa nya.

Dari Erlan untuk TaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang