00.14 | Damn!

24 7 1
                                    

Jalan raya siang ini terlihat agak renggang. Namun, alih alih melajukan motornya dengan cepat, Erlan malah sebaliknya. Cowok itu melajukan motor hitamnya secara pelan-pelan. Sesekali Erlan juga terlihat bercanda dengan Lolita yang dibonceng di depan.

"Kakak tumben ajak aku jalan-jalan?" Tanya Loli sambil sedikit mendongak. Sebelah tangannya memegang permen lolipop warna pink berukuran sedang.

Erlan tersenyum. "Soalnya kakak kangen sama Loli."

"Loli juga kangen sama kakak."

Gemas, Erlan mencubit hidung mancung Lolita, membuat anak itu akhirnya menjerit. Namun tak lama, mereka tertawa bersama.

"Kak?"

"Ya?"

"Kita mau kemana?"

"Loli maunya kemana?"

"Kemana aja deh, asal sama kakak."

Erlan lagi-lagi dibuat tertawa oleh kelakuan anak itu. Diacaknya rambut Lolita perlahan.

"Gimana kalo kita ke pasar malem?"

"Kan ini masih sore?" Wajah Lolita terlihat kebingungan.

"Nggak papa. Disana ada banyak makanan lho. Loli nggak mau?"

Binar mata bahagia langsung terpancar begitu saja dari mata Loli. Ia langsung mengangguk semangat. "Mau-mau! Ayo kita kesana!"

Erlan mengangguk, melajukan motornya sedikit lebih cepat lagi agar cepat sampai. Embusan angin sore jelas menyapu wajah mereka. Rasa lelah yang sempat menjalar di tubuh Erlan tadi kini terganti dengan rasa bahagia. Baginya, melihat senyum Loli sudah lebih dari apapun.

Hari ini berjalan dengan begitu cepatnya. Setelah selesai mengantarkan Lolita sampai rumah dengan selamat, Erlan segera mandi. Untung saja ayah Loli belum pulang. Jadi ia bisa segera pulang ke rumah tanpa diomeli.

Erlan membuka tirai jendela yang langsung mengarah ke balkon. Cowok itu mengusap kepalanya yang masih basah menggunakan handuk. Pemandangan jalanan sore di bawah sana begitu indah. Sehingga Erlan tertarik untuk menuju ke balkon.

Ah, Erlan teringat satu hal. Hari ini ia belum menghubungi Tania. Sebenarnya Erlan tak mempunyai kewajiban untuk menghubungi gadis itu setiap saat, atau menanyakan kegiatannya selama satu jam sekali. Tapi kali ini Erlan sangat penasaran mengingat kejadian di kantin siang tadi. Jadi cowok itu bermaksud kepo.

Meraih ponsel yang ada di saku, Erlan langsung menuju ke aplikasi chatting.

"Kayak ada yang kurang. Tapi, apa, ya?"

Cowok itu menggaruk belakang kepalanya yang masih sedikit basah, melihat ke atas seperti sedang berfikir. Setelahnya, Erlan mengedikkan bahu.

"Au-ah!  palingan berita si Megan sama Abel udah putus."

Dengan cepat, Erlan langsung mengetikkan pesan kepada Tania. Ya, Megan dan Abel adalah pasangan kekasih hits SMA Taruna. Kemesraan mereka berdua sudah terkenal se seantero sekolah. Membuat sebagian kaum jomblo iri. Tapi yang mengejutkan adalah tadi pagi ada kabar yang menyatakan bahwa mereka berdua putus.

Tak butuh waktu lama untuk pesannya dibaca oleh Tania. Sudut bibir Erlan terangkat naik.

Namun tak lama kala pesan itu tak kunjung dibalas. Ya, Tania hanya membaca pesannya saja.

***

Gadis yang mengenakan dress pastel itu mengusap rambutnya yang basah menggunakan handuk. Sesudahnya, ia menyapukan sedikit bedak di wajah, serta mengoles sedikit lipstik berwarna peach di bibirnya. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai. Dirasa cukup, Tania beranjak, kemudian membenahi alat make up  yang tercecer di meja rias.

Sudah terbiasa baginya untuk berdandan sehabis mandi sore. Entah itu ada tamu maupun tidak. Mama Tania sendiri yang mengajari gadis itu untuk berpenampilan rapi sejak remaja.

Tania takut membuat seseorang di luar sana menunggu lama. Jadi ia putuskan untuk keluar lebih cepat. Hatinya berdesir tak karuan mengingat apa yang tadi Kresna katakan sepulang sekolah.

Sampai di pijakan tangga terakhir, gadis itu mempercepat laju kakinya menuju sofa di ruang tengah.

"Gimana?"

"Lo cantik banget," ujar Kresna. Cowok itu terkekeh melihat raut wajah Tania yang masih datar.

"Ehm, sorry!"

"Gue denger kabar ini dari kak Megan sih. Dulu 'kan dia pernah satu sanggar sama kakak gue."

Wajah Tania nampak terkejut. "Oh, god! Gue lupa."

"Kak Megan ngasih tau ke lo? Apa gimana?"

"Tadi malem gue lihat Kak Megan telfonan sama orang. Kayaknya mereka ngobrol seru banget. Pas gue tanya, ternyata dia lagi telfonan sama orang itu."

Tangan kanan Kresna terulur, mengusap bahu Tania lembut kala disadarinya ada sorot mata sendu. "Gue nggak bermaksud ngingetin lo lagi, Tan. Tapi ..."

"Nggak papa, Kres. Gue emang udah siap buat denger semuanya." Senyuman terbit dari bibir Tania membuat Kresna juga ikut tersenyum. Meski cowok itu tahu bahwa gadis di sebelahnya ini hanya tersenyum palsu.

"Tapi gue nggak bohong. Lo cantik."

"Ih, apaan sih?!" Wajah itu terlihat cemberut. Tapi Kresna tahu bahwa Tania tak betul-betul marah. Tak ada kekehan di bibir Kresna seperti biasanya. Justru cowok dengan rambut hitam itu mendekatkan dirinya ke arah Tania.

"Makasih ya."

"Buat apa?"

"Udah ngasih tau gue soal kabar ini." Sayangnya, Tania belum sadar. Ia belum sadar soal tatapan Kresna. Tatapan yang amat dalam.

"Selain itu?"

Tania menaikkan sebelah alisnya. "Maksudnya?"

"Semua nggak gratis, Tania!"

"Yaudah, iya! Besok gue traktik es krim."

"Gue nggak suka eskrim."

Gadis itu berdecak. "Yaudah. Apapun yang lo mau."

Kresna tersenyum miring. "apapun?"

Dan, hatinya bersorak kala Tania membalasi perkataannya dengan anggukan.

"Lo nggak mau berterima kasih sama gue? Soal, gue udah dateng ke rumah lo sore ini?" Nada bicara Kresna terdengar datar. Bukan seperti orang yang sedang bercanda.

Entah apa yang merasuki Kresna sampai-sampai ia berkata demikian.

Namun tak seperti yang Kresna harapkan, Tania malah menganggap itu hanya bercanda. Cewek itu tertawa. "Kresna, lo nggak lagi ada maunya kan?"

"Ada."

"Apa?"

"Lo."

"Gue mau lo."

Dan seketika itu, tubuh Tania membeku. Cewek itu baru sadar kalau dirinya dan juga Kresna sudah tak berjarak. Pun dengan dirinya yang sudah terkunci. Ia tak bisa melakukan apa-apa selain diam.

"Kresna..."

"Gue boleh minta apapun kan?"

"Tapi ... "

"Kalo gue minta lo buat jauhin Erlan, apa lo bakal jauhin?"

Dan tepat setelah mengatakan itu, Kresna menunjukkan ponsel Tania, bersamaan dengan raut terkejut Tania yang tak dapat disembunyikan lagi.

***

Maaf kalo gaje ┌(・。・)┘♪

Dari Erlan untuk TaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang