Chapter 1

422 18 4
                                    

Pratinjau : Nggak mungkin aku melarang kamu buat nggak ngikutin perintah Mama kamu, kan?

***

"Rama kok kamu disini?!" dengan wajah kagetnya Alea segera berlari dan menghambur ke pelukan Rama.

"Yee... emang nggak boleh? Aku kangen!" pelukan yang Rama rasakan layaknya pelukan dua orang yang sedang menjalin hubungan asmara pada umumnya.

Menggebu dan menenangkan di satu waktu yang sama. Alea selalu bisa membuatnya merindu dengan hebat sampai sering membuat Rama uring-uringan jika jadwal pertemuan mereka mundur.

"Bukannya nggak boleh, Ram! Cuma aku kaget aja tiba-tiba kamu bisa sampai Bandung dan nggak ngabarin aku dulu." Alea melepas pelukannya.

"Kok dilepas pelukannya?" Rama merajuk.

"Biar nggak jadi pusat perhatian orang-orang di sini," jawab Alea dengan kekehan yang terdengar merdu di telinga Rama.

Rama mencebik sambil menatap sekitar mereka sejenak. Mereka kini sedang berada di parkiran sebuah hotel tempat Alea menginap di kota Bandung.

"Sepi nggak ada kamu, lagian kamu dinasnya lama banget sih, Beb?" gerutu Rama yang kontan memancing senyum manis dari perempuan berkulit kuning langsat di depannya itu.

"Cuma 4 hari 3 malam kok Ram, lagian baru 2 malam aku disini, kamu jangan lebay deh ya, biar apa coba?" ada rona di pipi Alea yang Rama tahu bahwa ucapannya sudah berhasil menarik hati Alea lebih dalam lagi.

"Biar kamu makin mencintaiku." Rama tertawa. "Oh iya ngomong-ngomong kemarin sore aku dari rumah kamu tanding PS. Terus Ibu nitip jajanan cuma udah aku makan sebungkus, Beb." Rama mengambil paper bag dari dalam ranselnya. "Ini keripik ubi ungunya tinggal sebungkus, Beb." Dengan cengiran khas lelaki Jawa yang manis Rama menyerahkan paper bag berisi dua bungkus keripik pisang buatan Ibunya, satu bungkus keripik ubi ungu dan satu box snack bar.

"Wahhh! Ibu tahu banget sih aku lagi pengen makan keripik ubi ungu." mata coklat Alea melebar dan berbinar. "Makasih ya, Ram!" Alea tersenyum lebar.

"Iya sama-sama." Rama ikut tersenyum lebar. "Kamu kayaknya lagi ngidam, Beb," celetuk Rama.

Alea langsung mencubit perut Rama. "Kalau ngomong nggak pakai mikir ya!"

"Aduhh Beb sakiitttt!" Rama mengelus perutnya dan kemudian tertawa.

"Mbok ojo waton to Ram nek ngomong amit-amit rung wayah e!" jawab Alea kesal dengan logat Jawa kentalnya.

("Jangan asal Ram kalau bicara, amit-amit belum waktunya")

"Iya maaf, besok aja aku hamilin ya, Beb," Rama berkata dengan santai.

Bukkk!

Alea memukulkan paper bag yang dibawanya ke tubuh Rama dengan wajah kesalnya. "Nikahin dulu baru hamilin! Jangan kebalik!" ucap Alea penuh penekanan.

"Yaudah yuk nikah!" Rama menaik-turunkan alisnya jenaka.

"Ckh!" Alea tersenyum miring. "Basi beb!" Alea kemudian berjalan mendahului Rama.

Rama menatap punggung Alea dengan perasaan tidak menentu. Dia menghela napas dan melangkah mengikuti Alea masuk ke mobil yang Rama sewa dari temannya yang berada di kota kembang tersebut.

"Jam 7 malem gini enaknya makannnnnnnnnnn!" teriak Alea di dalam mobil.

"Keluar 'kan bar-barnya! Kaget aku beb! Ya ampun pacarku kayak preman pasar!" tangan kiri Rama sontak mengacak rambut Alea gemas.

Mereka berdua tertawa dengan bahan obrolan receh yang menghibur. Namun, bahagia yang Alea rasakan ketika bertemu dengan Rama hanya sesaat. Hanya 2 jam pertemuan mereka.

Setelah Rama menurunkan Alea di drop off hotel dan melesat pergi, Alea berjalan dengan tatapan mata yang seolah tersirat kekecewaan. Sesampainya di kamar hotel, Alea berjalan gontai ke arah ranjangnya tanpa berganti pakaian terlebih dulu. Alea hanya melepas tas, sepatu serta paper bag dari Ibunya.

"Huhh!" dia membuang napasnya dengan keras.

Dia bergelung di atas ranjang hotel dengan mata yang tidak lepas menatap jendela. "Kamu masih kuat, kan?" Alea meraba dadanya yang terasa membeku.

Alea menarik selimut sampai batas leher kemudian mulai menangis. "Aku capek banget!" gumamnya di sela-sela isakan lirihnya. "Boleh nggak sekali-kali aku istirahat dulu?" Alea masih berbicara sendiri dengan mata yang sudah bersimbah air mata.

***

Pagi hari pukul 08.00 WIB, Alea sudah duduk manis di ruang meeting hotel. Mengikuti training dengan semangat dan berharap akan lupa dengan penolakan yang dia terima.

"Kamu kenapa, Le?" tanya Ajeng saat jam coffee break tiba.

Mereka berdua sedang antri untuk mengambil kudapan.

Alea menoleh sekilas dan kembali menatap sajian kue di depannya. "Biasalah! Nggak usah nanya pasti udah tahu jawabannya!" jawab Alea jengah.

"Aku paham! Mama Rama ngapain kamu lagi sih, Le? Sini pengen banget aku labrak itu emak-emak!" Ajeng langsung heboh sampai membuat karyawan pelatihan yang lain menoleh ke arah mereka.

Alea sontak memutar bola matanya dengan malas. "Duh! Malu kali kelakuanmu kayak begini! Yang anggun dong!" kata Alea sambil pura-pura memasang wajah galak.

"Anggun C. Sasmi?" kata Ajeng.

"Terserah kamu, Jeng!" Alea kemudian berjalan pergi meninggalkan Ajeng yang masih berdiri dengan tawa yang mengudara.

***

Tempat makan yang dipilih Rama tidak terlalu ramai sehingga setiap kalimat yang diucapkan Rama dapat didengar dengan jelas oleh Alea. Mereka melahap habis semua makanan yang dipesan sampai tak bersisa. Mereka bercanda layaknya sepasang kekasih pada umumnya. Alea tidak tahu bahwa setelah ini akan ada pembicaraan yang cukup menguras otak serta hatinya.

"Maaf beb, Mama maksa aku buat nemuin Nada. Maaf kalau aku nggak bilang semua itu ke kamu." Rama tampak menyesal dengan pengakuannya.

Alea tersenyum miris. "Kamu pengen aku bereaksi kayak gimana, Ram? Mama kamu segitu nggak sukanya sama aku." Alea menelan ludahnya susah payah supaya tidak menangis di hadapan Rama untuk kesekian kalinya dengan masalah yang sama. "Nggak mungkin aku melarang kamu buat nggak ngikutin perintah Mama kamu, kan? Aku nggak mau kamu durhaka sama Mama kamu tapi di sisi lain..." Alea mendesah untuk menetralkan suaranya yang sebentar lagi akan bergetar dan berganti dengan isakan. "Sebagai pacar yang udah 5 tahun sama kamu, aku nggak rela kalau kamu jalan sama cewek lain di belakangku secara diam-diam." Setetes cairan bening berhasil lolos dari mata Alea.

"Beb, aku nggak jalan sama Nada! Aku cuma nganterin dia cari kado buat Ibunya. Nggak lebih, Beb! pleaseeee! Jangan nangis!" Rama meraih jemari Alea yang berada diatas meja.

Namun, Alea dengan cepat melepaskan tangannya dari genggaman Rama. "Aku nggak tahu sampai kapan Ram kita akan kayak gini, jujur kali ini aku kecewa banget sama kamu. Kalau cuma jalan sama Nada oke mungkin aku masih bisa sabar ya Ram. Tapi..." Alea menelan salivanya sekilas. "Masalahnya kamu udah nggak jujur sama aku!" Alea kemudian meminum habis jus mangganya.

Helaan napas terdengar keluar dari mulut Rama. "Beb, please maaf," Rama mengiba.

"Aku mau balik ke hotel sekarang!" Alea berkata tanpa melihat Rama sama sekali dan segera memasukkan handphone-nya ke dalam tas dan bersiap pergi dari tempat makan itu.

RehatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang