Pratinjau : Alea mengamati Bhara dari dalam, Bhara tampak sedang tersenyum. Tiba-tiba saja hati Alea merasa tidak nyaman.
***
Hari yang ditunggu tiba, Alea berdiri di pintu kedatangan bandara Adisutjipto. Semalam Bhara mengabarinya bahwa akan tiba pukul 10 pagi. Kebetulan hari sabtu Alea libur, jadi dia berniat untuk menjemput kekasihnya itu. Alea celingukan mencari Bhara di antara orang-orang yang keluar dari pintu kedatangan.
Alea tersenyum lebar saat melihat Bhara yang sepertinya masih mencarinya. Dengan kemeja flannel terbuka dipadukan dengan kaos warna putih serta celana pendek selutut, Bhara nampak sangat tampan. Belum lagi kacamata hitam serta topi yang menambah keren tampilan Bhara. Alea tersenyum lebar.
Hanya dengan melihat Bhara secara langsung, Alea seperti lupa akan banyak hal yang mengganjal di hatinya selama ini. Alea melambaikan tangannya kearah Bhara.
"Bhara," Alea menggumamkan nama kekasihnya itu.
Bhara sontak tersenyum lebar ketika melihat Alea. Dia melambaikan tangannya ke arah Alea. Bhara segera menghampiri Alea yang saat itu terlihat sangat cantik di matanya setelah lama tidak bertemu.
Ketika sampai di depan Alea, Bhara langsung memeluk perempuan itu. Alea terbelalak. Beberapa detik kemudian dia membalas pelukan Bhara dengan begitu erat sambil memejamkan matanya. Dia membaui aroma Bhara yang masih sama seperti dulu. Alea tersenyum lagi.
"Kangen!" hanya itu yang keluar dari mulut Alea.
Bhara melepaskan pelukan mereka, dia melepas kacamata kemudian mengacak pucuk kepala Alea. "Sama! Lo tambah cantik aja sih." Bhara tersenyum tulus.
Jantung Alea sudah berdetak tidak karuan. "Thanks! Langsung ke kontrakan kamu?" Alea berterima kasih dengan tulus.
"Iya, kamu naik apa?" Bhara bertanya.
"Motor, males bawa mobil soalnya macet di titik tertentu hehe." Alea nyengir.
Keluarga Alea adalah keluarga yang sederhana. Mobil yang saat ini dimiliki Bapaknya memang belum lama dibeli. Hasil tukar tambah mobil lama mereka.
Bhara tersenyum. "Gue boncengin, ya? Lo cukup kasih arahan aja." Bhara menggandeng tangan Alea menuju parkiran motor.
Alea menatap tangannya. Hatinya menghangat. Dia ingin seperti ini untuk waktu yang lama. Bolehkah dia berharap bahwa hati Bhara akan seutuhnya menjadi miliknya?
"Kamu bisa bawa motor dengan benar, kan?" Alea menatap wajah Bhara dari samping.
"Tambah ganteng," batin Alea.
"Hmm... bisa," Bhara menoleh ke samping dan tersenyum dengan menampilkan gigi-giginya yang putih dan bersih.
***
Setelah mengantar dan membantu menata segala perlengkapan Bhara, Alea mengajak Bhara untuk makan siang di tempat makan sederhana yang terletak di dalam kampung.
"Aku suka makan di sini sama keluargaku, meskipun sederhana tapi makanannya enak kok," Alea berceloteh riang. "Soto betawi di sini enak lho," Alea menjelaskan sambil melepas helmnya.
"Oh ya?" Bhara menatap Alea sejenak.
Alea mengangguk.
"Gue wajib makan di sini." Bhara menganggukkan kepalanya kemudian berjalan mengikuti Alea masuk ke dalam tempat makan tersebut.
Bhara tersenyum melihat bagaimana antusiasnya Alea memilih makanan. Bhara dan Alea mengambil makanan mereka setelah antri sebentar kemudian menyantapnya dengan lahap.
"Enak banget! Besok siang makan disini lagi ya, Al?" Bhara berkata sambil memakan makanannya dengan lahap.
"Iya!" Alea tersenyum menatap Bhara.
Setelah selesai makan, mereka pergi ke tempat yang menjual gelato di daerah jalan kaliurang.
"Kamu nggak capek aku ajak main sampai sini?!" Alea sedikit mengeraskan suaranya karena mereka sedang diatas motor karena suara mereka beradu dengan bisingnya jalanan.
"Enggaklah! Malah senang bisa jalan sama pacar." Alea dapat melihat Bhara tersenyum dengan menunjukkan giginya yang langsung membuat dada Alea berdetak tidak karuan.
Sontak Alea ikut tersenyum, hatinya bergetar saat Bhara menarik tangannya yang sebelumnya berada di kemeja flannel Bhara. Tangan Alea kini sudah berpegangan pada pinggang Bhara. Alea semakin memajukan tubuhnya supaya lebih rapat dengan Bhara.
"Pegangan gue, takutnya nanti jatuh! Jangan di baju, di orangnya aja langsung," Bhara menggoda Alea.
Pipi Alea bersemu merah. "Iya!" Alea menggigit bibirnya.
Mereka tiba di tampat gelato dan segera memesan. Spot yang dipilih mereka menghadap jendela. Sedikit ramai karena hari itu adalah weekend dimana para mahasiswa sedang libur.
"Hari Senin besok kamu langsung kerja?" Alea bertanya kepada Bhara.
"Iya." Bhara menganggukkan kepalanya. "Langsung ketemu sama klien yang dulu kita temuin itu, lo ingat, kan?" Bhara menatap Alea sebentar.
Alea hanya mengangguk sambil memakan gelatonya.
"Dia udah pindah ke sini, kalau misalnya nggak ada hal penting lain di sini, gue juga nggak ke Jogja." Bhara memiringkan tubuhnya supaya bisa lebih leluasa menatap Alea.
"Dan nggak jadi ketemu sama aku." Alea terkekeh pelan.
"Hmm, tapi mungkin karena jodoh juga, pacar gue sekarang orang Jogja jadi Tuhan ngasih jalan yang terbaik buat gue." Alea tersenyum lebar mendengar ucapan Bhara.
"Emang ada proyek apalagi di sini selain dengan klien kemarin?" Alea bertanya.
"Jadi dosen pengganti di sini." Bhara menatap ke luar jendela. "Ya hitung-hitung langkah awal gue, kalau cocok mau ambil S3 di sini sekalian." Alea melongo mendengar ucapan Bhara.
"Kamu ternyata udah S2?" Alea tampak terkejut.
"Iya, maaf baru cerita." Bhara menganggukkan kepalanya. "Waktu lo di Bali gue pikir nggak penting cerita kalau gue udah S2 dan lagi ngejar karir jadi dosen juga." Bhara nyengir.
"Memangnya kantor kamu kasih izin?" Alea kembali bertanya.
"Iya, mereka kasih izin kok, kerjaan bisa di remote dari sini." Bhara terkekeh. "Gue termasuk arsitek yang diperhitungkan sama kantor, jadi siap-siap aja suatu saat lo akan jadi istri arsitek handal." Bhara mengedipkan matanya.
"Sombongnya... Dih!" Alea tertawa untuk menutupi wajahnya yang sudah kembali merona dengan dada yang membuncah senang.
"Berarti bakal lama di Jogja?" Alea ingin tahu tentang Bhara sebanyak-banyaknya.
"Enam bulan tapi pulang pergi, Al," jawab Bhara. "Nanti kalau cocok ya bakal pindahan ke sini buat kuliah," ucap Bhara sambil mengambil handphone yang berdering di saku celananya. "Bentar ya, Al!" Belum sempat Alea menjawab Bhara sudah lebih dulu pergi keluar untuk menerima telepon.
Alea mengamati Bhara dari dalam, Bhara tampak sedang tersenyum. Tiba-tiba saja hati Alea merasa tidak nyaman. "Semoga bukan dia," Alea membatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rehat
RomanceAlea, gadis biasa yang memilih kabur ke pulau Dewata setelah hubungannya dengan Rama mulai tidak stabil. Dia bertemu dengan Bhara, laki-laki dengan sejuta pesona yang mampu membuat Alea melupakan sosok Rama. "Aku tahu semuanya, selama ini kamu nggak...