Chapter 26

126 12 2
                                    

Pratinjau : Hanya begini, Tania hanya ingin bersama Bhara lagi.

***

"Kamu bohong! Arda nggak peduli sama aku karena aku masih cinta sama kamu! Arda nggak bisa kayak kamu, dia terlalu sibuk sama dunianya! Aku nyesel udah ngelakuin kesalahan itu, Bhara!" Tania semakin terisak.

"Kamu salah! Arda peduli banget sama kamu! Aku kenal sahabatnya Arda, dia teman aku kuliah dulu, Arda masih terus mencari tahu kabar kamu." Bhara mengambil napas dalam. "Arda nggak pernah berniat buat cerai, kamu yang udah menutup hati dan mata kamu buat dia, Tan." Bhara menampilkan sorot sendu.

"Kasih dia kesempatan buat bahagiain kamu, tolong lupain aku, ya? Kamu tahu, setelah aku tahu Arda memilih buat ambil rehat sama kamu karena Arda ingin kamu paham bahwa Arda yang terbaik buat kamu, dan dia nerusin study biar kamu tahu bahwa dia juga bisa punya pendidikan tinggi, dia bisa bikin kamu bangga, seketika aku ngerasa jadi brengsek di sini." Bhara begitu menyesal karena masih berkeliaran di sekitar Tania ketika sepupunya sedang melanjutkan study.

"Kalau dia peduli, dia nggak akan pergi ke luar negeri dan ninggalin aku yang lagi terpuruk sejak kehilangan Anna." Tania menatap jendela di sebelah kirinya dengan tatapan kosong.

Percuma Bhara menjelaskan semuanya saat ini, karena Tania masih dipenuhi kesedihan akan kehilangan anak wanita itu bersama dengan Arda yang saat itu berusia 5 bulan di perut Tania akibat kecelakaan taksi yang ditumpangi Tania. Selama ini Bhara menutup mata dan tetap berpikir bahwa Arda pergi karena kecewa dengan Tania yang sudah membuat calon anak mereka meninggal. Bhara bodoh karena tidak mencari tahu terlebih dulu apa yang sebenarnya terjadi.

***

Bhara tertidur di samping ranjang Tania. Tanpa Bhara sadari, Tania terus mengamati wajah Bhara yang nampak bertambah chubby di bagian pipinya. Rahangnya juga sudah ditumbuhi bulu-bulu halus. Tania mengambil handphone-nya di atas nakas samping ranjang. Dia meletakkan tangannya diatas kepala Bhara dan mengelus pelan kepala Bhara. Kemudian dia membuat video dan mengunggahnya di instagram, tak lupa dia juga memberi tag nama instagram Bhara.

Hanya begini, Tania hanya ingin bersama Bhara lagi. Sejak Arda memilih pergi, dia merasa bingung dengan perasaannya pada Bhara, apakah perasaan itu masih untuk Bhara atau memang tidak? Tania membayangkan jika nanti mereka sudah kembali seperti dulu, Tania akan menumbuhkan rasa cinta sepenuhnya yang sempat menghilang pada Bhara. Biarlah Arda tahu bahwa sekarang Tania memiliki harapan baru. Bukan Arda yang selama ini menjadi suaminya, namun Bhara mantan terindahnya.

***

Selesai bekerja, Alea tak segera pulang ke rumah. Dia mampir membeli boba karena dititipi oleh Aji. Saat sedang menunggu pesanannya siap, Alea membuka aplikasi instagram-nya. Dia kemudian memutuskan untuk mem-follow Bhara. Saat sudah membuka profil Bhara, Alea mengurungkan niatnya karena terdapat postingan baru di kolom tag yang berisi video sebuah tangan sedang mengusap pucuk kepala seorang laki-laki yang diyakini Alea adalah Bhara.

Alea tidak bodoh, dia masih hafal dengan kemeja flannel yang pernah digunakan Bhara sewaktu sampai di Jogja dulu. Alea membaca caption dibawah video tersebut.

@nathaniaaa Selalu kamu, terimakasih untuk sabarmu yang luar biasa... Janji semuanya nggak akan sia-sia lagi <3

Alea menutup aplikasi instagram-nya dan menaruh handphone-nya ke dalam tas kecil yang dia bawa. Pesanannya sudah jadi. Alea segera mengambil pesanannya dan bergegas pulang. Alea ingin mandi dan menangis lagi malam ini. Alea tidak bisa menghitung sudah berapa kali dia menangis untuk Bhara yang bahkan sejak siang juga tidak menghubunginya. Pesan yang Alea kirimkan juga tidak dibalas sama sekali.

Sampai di rumah, Alea dikejutkan dengan kedatangan sahabat Ibu dan Bapaknya. Alea segera menghampiri tamu dan orang tuanya di ruang tamu setelah meletakkan pesanan Aji di kulkas dan beres-beres di kamarnya dengan super kilat. Alea mencium punggung tangan Om Farhan dan Tante Rina.

"Aduh Alea udah lama nggak ketemu, ya? terakhir ketemu pas di kondangan anaknya Dadang." Tante Rina tersenyum.

"Iya, Tante, udah 1 tahun lalu, lama banget, ya?" Alea tersenyum dan mengambil duduk di sebelah Ibunya.

"Tambah cantik aja kamu, Ndhuk," Tante Rina memuji kecantikan yang dimiliki Alea.

"Makasih, Tante," ucap Alea tulus.

"Oh iya Nana kok nggak diajak, sih? 'Kan Alea lama nggak ketemu Nana, Tante." Alea merindukan teman masa kecilnya itu.

"Nana lagi sibuk koass, Le, biar cepat selesai, lha wong kuliah kok ra ndang rampung lha kapan Tante entuk mantu?" Alea terkekeh geli mendengar Tante Rina membicarakan anaknya sendiri.

(Lha orang kuliah kok nggak cepat selesai, lha kapan tante dapat menantu?)

"Oh pacarmu siapa itu dulu yang ketemu di Hartono Mall? Aduh Tante lupa namanya, gimana kamu sama dia?" Alea tersenyum kaku mendengar pertanyaan tersebut.

"Udah putus, Mbakyu, ragenah tenan kok lanang e." Alea menyenggol tangan Ibunya untuk tidak membahas Rama lagi.

"Buu! Udah ah nggak usah dibahas lagi." Alea mengerucutkan bibirnya.

"Iya ya, Le, namanya mantan baiknya ditinggalkan." Om Farhan seperti medukung Alea.

"Setuju, Ommm!" Alea mengacungkan jempolnya.

Kedatangan sahabat orang tua Alea sedikit membuatnya melupakan apa yang tadi terjadi. Memang sebaiknya dia lebih banyak berinteraksi dengan orang lain supaya tidak melulu Bhara saja yang dia pikirkan.

Sepulang sahabat orang tuanya, Alea masuk kamar. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Alea mengambil handphone-nya dari dalam tasnya. Dia mendesah kecewa karena tidak ada satu pesanpun dari Bhara. Dia menuju ke kamar mandi untuk mandi sebentar. Dia tahu percuma mencoba memejamkan mata ketika hatinya tidak karuan seperti sekarang ini, oleh karena itu setelah selesai mandi Alea mengajak Aji untuk pergi keliling kota Jogja di malam hari dengan vespa milik bapaknya.

"Ngapain sih malam-malam naik vespa, Mbak? Bawa mobil aja deh ya terus nongkrong di McD, gimana?" Aji menaik turunkan alisnya mencoba memberi ide yang menurutnya lebih bagus.

Alea seperti berpikir kemudian mengiyakan ajakan Aji. Mereka pergi ke McD kawasan Jalan Sudirman. Alea dan Aji memilih tempat di lantai dua.

"Aji jorok banget, sih! kalau mulutnya penuh di telan dulu jangan ngomong!" Alea mengomel.

"Alea? Yang kemarin sama Bhara, kan?" Alea terkejut karena sekarang ini berdiri teman Bhara yang pernah dia dan Bhara temui di daerah Malioboro.

"Hai! Sama siapa, Ar?" tanya Alea.

"Sendiri nih, lagi nunggu teman, Bhara belum balik lagi ke sini?" Pemuda bernama Arya itu nampak memandang Aji dengan sorot penuh tanya.

"Belum, Ar, gabung sini aja nggak apa-apa," Alea menawarkan tempat kosong di samping Aji. Sedangkan Aji berdiri dan bergegas untuk mencuci tangan dan buang air kecil ke toilet.

Arya nampak melihat ke belakang seperti memastikan sesuatu, kemudian tersenyum dan berkata, "enggak deh makasih, itu temenku udah datang." Arya tersenyum dan menolak ajakan Alea dengan halus.

RehatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang