Chapter 15

130 12 0
                                    

Hayooooo! ada yang nungguin Alea - Bhara update, yaaa?

Jangan lupa vote dan comment-nya yaaa!

(Follow juga boleh bangeeeet! xixi)

Enjoy this chapter ~


XOXO

________________________________________________________________________________

Pratinjau : Laki-laki yang sudah membuatnya tertarik dan membuat jantungnya bisa tiba-tiba kelojotan.

***

Hari terakhir Alea di Bali, dihabiskannya dengan menemani Bhara berselancar. Besok pagi Alea akan kembali ke Jogja.

Bhara berjalan dengan membawa papan selancarnya ke hadapan Alea.

"Gue beli mahal lho ini papan, gue sayang banget sama dia." Bhara bersikap manja dan mencium papan selancarnya.

"Geli ih, Bhar! Berlebihan banget deh! Sama aku sayang mana?" Alea memancing.

Bhara hanya tersenyum dengan menunjukkan giginya dan mengacak puncak kepala Alea. "Gue ganti baju dulu, ya? Lo tunggu di sini sebentar," kata Bhara tidak menanggapi ucapan Alea.

Alea hanya tersenyum kecut. "Aku tunggu di sini, tenang aja," katanya terdengar ambigu.

Bhara tersenyum dan segera pergi dari hadapan Alea. Gadis itu menatap punggung Bhara yang terlihat semakin menjauh. Senyuman Alea luntur sudah.

"Selanjutnya apa?" bisiknya lirih. "Bodoh! Kamu dan dia baru berapa hari kenal, nggak mungkin dia langsung sayang sama kamu, ciuman kemarin karena kebawa suasana aja, Le! Mungkin Bhara juga ngajak kamu pacaran karena dia kesepian, Jangan terlalu percaya diri!" Alea mengingatkan dirinya sendiri di dalam hati.

Kalaupun kali ini salah maka biarlah. Alea tidak akan menyalahkan Bhara, karena disini ada peran dirinya yang mau menerima Bhara begitu saja.

***

"Baik-baik di sini ya, Bhar." Alea tersenyum manis. "Meskipun kita cuma satu minggu bersama tapi aku beneran berterimakasih sama kamu." Alea mengambil napas sejenak. "Waktu kamu yang berharga itu udah kamu bagi buat aku," kata Alea terdengar tulus.

Mereka sudah di bandara Ngurah Rai. Alea menatap Bhara yang berdiri didepannya, dia tahu bahwa ada sebagian dari dirinya yang tidak rela meninggalkan pulau Dewata. Pesona pulau ini dan juga Bhara seperti menarik hati dan pikiran Alea untuk tetap tinggal. Namun, Alea tidak mungkin meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Terlebih dia harus menyelesaikan masalahnya dengan Rama.

Soal hati, Alea akan tetap menurut pada takdir. Beberapa hari bersama Bhara membuatnya mulai ikhlas akan hubungannya dengan Rama yang telah kandas menurut versinya. Bhara mampu mengisi hari-harinya dan pikirannya dengan baik. Meskipun Alea sendiri belum berani mengakui perasaan apa yang dia rasakan. Dia saat ini hanya merasa nyaman bersama Bhara.

"Gue akan baik-baik aja, lo juga di sana baik-baik, jangan lupa buat selalu kasih kabar, gue pasti akan kangen sama lo." Bhara menarik Alea ke dalam pelukannya.

Alea melotot. Dia kemudian terkekeh dan balas memeluk Bhara. Aroma tubuh Bhara sangat disukai oleh Alea. Gadis itu menghirup dalam-dalam dan menyimpannya di dalam kepala dengan baik. Dia akan selalu mengingat aroma ini. Matanya terpejam sejenak sampai kemudian Bhara melepaskan pelukan mereka.

"Nanti kalau udah di Jogja bilang aku, ya? Aku jemput di bandara." Alea tersenyum manis yang mampu memantik senyum Bhara.

Alea terpaku saat Bhara mengulurkan kedua tangannya kemudian memeluknya lagi dengan sama eratnya seperti sebelumnya. "Pasti! Gue udah nggak sabar ke Jogja biar kita satu kota, tunggu gue di sana, selesaikan masalah lo sama Rama." Bhara mencium pelipis Alea. "Gue di sini akan baik-baik aja, sekarang udah ada yang merhatiin meskipun dari jauh." Alea terkekeh mendengar perkataan Bhara.

Alea membaui aroma Bhara sekali lagi. Pelukan dari laki-laki yang bahkan belum bisa melepaskan masa lalunya itu terurai karena Alea sudah harus pergi. Alea tersenyum manis ketika Bhara mengacak pucuk kepalanya.

Alea tidak akan lupa senyum laki-laki ini. Laki-laki yang bahkan begitu sabar dan baik selama menemaninya di Bali. Laki-laki yang sudah membuatnya tertarik dan membuat jantungnya bisa tiba-tiba kelojotan. Alea masih belum mau mengakui kalau dia mulai jatuh cinta. Alea tidak ingin salah mengartikan. Alea akan pelan-pelan memahami hatinya, mengeluarkan Rama dari sana dan mengisinya dengan Bhara.

"Aku harus pergi." Mata Alea berkaca-kaca.

Bhara mengangguk dengan tangan yang masih memegang pergelangan tangan Alea. "Jangan nangis!" Bhara tertawa.

"Aku nggak nangis!" Alea mengerucutkan bibirnya dan segera menghapus air matanya.

Alea kemudian berpamitan kepada Bhara. Dia melangkahkan kakinya meninggalkan Bhara yang masih setia berdiri menatap kepergiannya dari belakang. Satu tetes air mata kembali jatuh ke pipi Alea.

"Jaga hati kamu ya, Bhar," batin Alea.

***

Setibanya di Jogja, Alea segera mengabari Bhara. Dia hanya ingin menjalani hubungan seperti pada umumnya pasangan meskipun mereka memulainya terlalu dini. Bhara belum membalas pesan yang dia kirimkan.

"Mungkin sedang sibuk," batin Alea.

Alea menata semua oleh-oleh yang akan dia berikan ke teman satu departemen dan juga keluarganya. Ajeng yang paling banyak menitip barang. Alea tertawa.

"Ajeng benar-benar tukang makan!" celetuk Alea.

Alea tidak keberatan di transfer uang Ajeng untuk menitip barang yang dia inginkan, Alea juga tidak lupa tetap membelikan Ajeng oleh-oleh. Dia sangat menyayangi sahabatnya itu.

Malam harinya, Bhara baru membalas chat Alea. Bhara mengatakan bahwa dia baru saja pulang dari kantornya. Bhara orang asli Jakarta. Kantor pusat tempat Bhara bekerja ada di Jakarta. Namun, Bhara memilih ditempatkan di kantor cabang Bali setelah 2 tahun bekerja di kantor pusat.

Bhara menanyakan Alea apakah sudah makan atau belum. Alea tersenyum lebar kemudian berjingkrak-jingkrak di atas ranjangnya hanya karena perhatian Bhara.

Alea RS : Aku sudah makan, kamu sudah makan?

Bharata DK : Udah, gue mandi dulu, ya? Nanti gue telepon

Alea tersenyum

Alea RS : Oke

***

Keesokan harinya di kantor, Alea menceritakan semua pada Ajeng ketika mereka selesai membantu acara breakfast para tamu. Mereka sedang istirahat sebentar di loker sambil touch up make up. Ajeng heboh sekali. Kebetulan hanya mereka berdua yang berada di loker karena staff lain memilih istirahat di dalam kantor.

"Gila kamu, Le! Rama gimana?! Kalian udah gila?! Cuma seminggu disana Leaa! pulang-pulang udah jadi pacar orang, gimana kalau dia bohongin kamu?!" Ajeng nyerocos tanpa henti.

Alea menghela nafas panjang, pasti akan begini. Sudah ditebaknya.

"Rama selingkuh! Aku nggak mau sama dia lagi! Bagi aku hubungan kami udah selesai dari kemarin waktu aku mergokin dia selingkuh." Alea memasukkan bedak ke dalam lokernya. "Bhara nggak gitu kok, dia baik, seriusan deh! Dia bahkan lebih dewasa dari Rama, Jeng," Alea menjawab Ajeng sambil mencuci tangannya di wastafel.

"Kamu yakin? Jangan polos-polos, Le, kita nggak tahu Bhara di sana ngapain aja, kamu kenal juga baru seminggu, kan? Sekarang aku tanya deh, pernah tahu Bhara kayak deket sama cewek nggak?" Ajeng menginterogasi Alea.

"Hmmm..." Alea mengingat-ingat lagi.

Kemudian dia membuang nafas kasar. "Aku pernah lihat foto dia sama cewek cantik banget terus aku pernah lihat dia meluk cewek yang dia bilang temennya setelah sebelumnya kayak debat gitu sama cewek itu di teras rumah," Alea menjelaskan sebisanya.

RehatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang