Chapter 23

145 12 0
                                    

Pratinjau : Yang bilang aku, soalnya nggak bisa bikin kamu jatuh cinta.

***

Alea nampak berwajah cerah ketika di kantor, yang kemudian berhasil memancing Ajeng untuk bersikap ingin tahu soal apa yang sudah terjadi tempo hari.

"Bhara udah disini, Le?" Ajeng duduk di depan Alea.

"Udah dari hari sabtu," jawab Alea cepat.

Tangannya sedang sibuk mengetikkan sesuatu pada layar computer di depannya. Dia sama sekali tidak berminat menatap wajah jahil Ajeng.

"Kemarin minggu kamu dari mana? Kayaknya aku lihat kamu lagi di jalan dan kamu boncengan dengan seorang laki-laki," Ajeng kembali bertanya.

"Kemarin nonton di Empire, emangnya kenapa, Jeng? Kamu penasaran banget!" Alea menjawab sambil mengerjakan laporan bank di komputernya dan sempat melirik Ajeng sekilas.

"Yee! Awas aja kalau besok Bhara bikin kamu nangis lagi ya, Le! Nggak usah datang ke madam Ajeng!" Ajeng pura-pura melengos.

"Doamu, Jeng! Amit-amit!" Alea menggetok-getokkan tangannya di kepala dan meja secara bergantian.

"Ya siapa tahu aja ternyata kamu cuma jadi pelarian semata," Ajeng meledek.

"Enggak ya! Mulutmu! Udah ah sana kerja! Aku telepon bos biar kesini nih," Alea mengancam.

"Wanine pradul!" Ajeng bergegas kembali ke kubikelnya yang berhasil membuat Alea tertawa puas.

(Beraninya ngadu!)

***

Hari ini Bhara berkata akan bertemu dengan klien yang dulu ditemui bersama Alea. Mereka bertemu di sebuah mall supaya lebih santai begitu yang dikatakan Bhara dan yang jelas sesuai dengan keinginan klien.

Masalah instagram, Alea sama sekali belum membahasnya dengan Bhara. Bhara juga tidak pernah tahu kalau Alea sudah membuka-buka profil instagram Bhara. Alea ingat disana terdapat beberapa foto perempuan yang menjadi mantan Bhara. Postingan Bhara yang sudah lama namun tetap membuat dada Alea nyeri.

Bahkan sudah sangat lama tapi Bhara belum juga menghapus foto-foto tersebut. "Secinta itu Bhara dengan mantannya," gumam Alea.

"Lo suka main instagram?" tanya Bhara ketika mereka baru saja selesa menonton film di bioskop.

Saat ini mereka sedang makan di kawasan Sagan. "Aku bukan tipe perempuan yang sangat suka mengumbar sesuatu di media sosial," jawab Alea dengan tenang tanpa mau menatap Bhara. "Aku jarang sekali main instagram," lanjut Alea.

Saat itu Bhara seperti ketahuan Alea memperlihatkan raut wajah lega. Alea ingin tahu sejauh mana Bhara akan menyimpan semua rahasianya.

"Memangnya ada apa?" tanya Alea.

Bhara menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Enggak ada apa-apa," jawab Bhara sambil tersenyum.

Alea hanya mengangguk dan tidak membahasnya lagi.

***

Sudah 1 minggu Bhara berada di Jogja. Selama itu pula Bhara dan Alea tidak terlalu sering bertemu, di karenakan mereka sama-sama sibuk. Alea memahami pekerjaan Bhara yang tidak mudah dan tentu saja tidak sedikit di kota ini.

Hari sabtu Alea mengirimi Bhara makan malam di rumah kontrakannya. Bhara nampak lahap sekali. Alea tersenyum.

"Enak nggak?" tanya Alea.

"Hmm, enak banget!" jawab Bhara dengan mulut penuh.

"Aku masak sendiri makanan itu," kata Alea.

"Benar lo yang masak sendiri semuanya?" Bhara menatap Alea sejenak.

"Hmm." Alea mengangguk dan tersenyum.

"Enak ya, punya calon istri jago masak kayak lo." Bhara terkekeh.

"Yakin banget aku bakal jadi istri kamu," celetuk Alea.

"Harus yakin!" sahut Bhara dengan cepat.

Alea hanya terkekeh.

"Lo mirip ibu gue yang suka mengantar makanan ke kamar gue waktu gue masih tinggal di Jakarta," kata Bhara setelah selesai makan.

"Oh ya?" Alea terbelalak.

"Iya." Bhara mengangguk. "Ibu gue juga orangnya mirip kayak lo, menyenangkan dan juga sabar." Bhara mencubit hidung Alea dengan gemas.

"Aww! Bhara sakit." Alea memajukan bibirnya.

Bhara terkekeh. "Lo berhasil bikin malam-malam gue nggak sepi lagi, tiap hari rasanya kangen terus sama lo." Bhara mengedipkan sebelah matanya kemudian berdiri dan membawa piringnya yang sudah kosong ke dapur

Alea mematung. Ada gelenyar aneh yang semakin Alea yakini bahwa tidak ada jalan kembali setelah ini.

"Aku udah benar-benar jatuh cinta sama kamu, Bhar," batin Alea sambil menyentuh dadanya.

Malam minggu mereka habiskan di rumah kontrakan Bhara dengan menonton film rekomendasi dari Alea. Hanya begini, Alea sudah merasa lengkap. Rasa nyaman yang Alea cari selama hubungannya dengan Rama tidak baik-baik saja. Alea bersyukur dia sudah terbebas dari rasa yang menyesakkan saat masih bersama dengan Rama.

"Kamu mau aku buatin coklat panas?" Alea menatap Bhara. "Jangan cola lagi! Nggak bagus buat kesehatan kamu." Alea berjalan menuju dapur Bhara tanpa menunggu jawaban dari laki-laki itu.

Ketika itu, Bhara hanya terkekeh dan dia langsung menjeda film sejenak. Bhara kemudian melihat pesan di handphone-nya setelah Alea berlalu pergi.

Alea segera membuat dua mug coklat panas untuknya dan Bhara. Namun tangan Alea yang sedang menuangkan air panas terhenti ketika melihat detail mug yang digunakannya. Hatinya mencelos. Mug tersebut bertuliskan nama 'Tania'. Alea mencoba mencari-cari mug yang mungkin saja menjadi pasangannya. Namun, dia tidak menemukannya. Alea ingat betul bahwa semua barang-barang di sini adalah barang-barang yang Bhara kirim terlebih dulu dari Bali sebelum Bhara tiba di Jogja.

Di sini Bhara memiliki teman yang membantunya mengurus barang-barangnya. Ketika itu, Alea sempat menawarkan diri untuk membantu. Namun, Bhara menolak dengan halus. Alasannya simple, Alea akan kelelahan apalagi barang-barang tiba ketika weekday. Alea tidak pernah berfikir jauh mengenai hal ini. Karena, menurutnya mungkin saja memang akan melelahkan apabila dia yang meng-handle­ barang-barang milik Bhara di saat dia juga sibuk bekerja.

Tapi saat ini, semua yang dipikir Alea masuk akal mendadak seperti hal konyol. Dia tidak serepot itu kalaupun dulu Bhara meminta bantuannya. Meskipun lelah tapi tidak akan pernah merepotkan bagi Alea. Kemungkinan pasangan mug tersebut ada pada Tania. Itu yang terpikir oleh Alea.

"Segitu cintanya ya, Bhar?" batin Alea nyeri.

Setelah selesai membuat dua mug coklat, Alea kembali ke ruang TV.

"Ini coklat panasnya di minum." Alea menyerahkan mug bertuliskan 'Tania' pada Bhara.

"Thanks!" Bhara nampak menikmati coklat panas tersebut tanpa sadar dengan mug yang ada sedang di pegangnya.

"Ini mug-nya tulisannya 'Tania', dapat darimana, Bhar? Ikut ibu-ibu tengok lahiran bayi, ya? Kok bisa dapat beginian?" Alea terkekeh geli padahal hatinya sedang menahan untuk tidak memberontak.

"Bisa aja lo, Al!" Bhara menanggapi dengan santai.

Alea hanya terdiam dan tidak lagi membahas mengenai mug tersebut. Dia menghela napas dalam-dalam.

"Kamu masih belum melupakan dia," hati Alea merana.

Mereka kemudian melanjutkan acara menonton film yang sempat di jeda. Setelahnya mereka menghabiskan malam minggu dengan bercerita banyak hal.

"Ada mahasiswi yang suka sama kamu nggak?" Alea menoleh ke samping di mana Bhara kini sedang menatapnya.

Bhara terkekeh. "Ada!" jawab Bhara enteng. "Ada mahasiswi yang terang-terangan mengirimiku pesan dengan kata-kata menggoda." Bhara tersenyum penuh arti.

RehatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang