Chapter 8

151 12 0
                                    

Pratinjau : Dia akan mengikuti arus. Kemana hatinya akan pergi. Biarkan menjadi rahasia.

***

"Pagi, Al!" Bhara sudah berada dibalik kemudi mobilnya dengan senyum cerah.

"Pagi, Bhar! Eh kamu udah sarapan belum?" Alea bertanya.

"Udah Al, hari ini kita mau ke mana aja?" Bhara menjalankan mobilnya keluar area hotel.

"Hmm... aku belum tahu mau ke mana aja soalnya emang maunya lost in Bali gitu." Alea tersenyum memikirkan ide gilanya dengan Ajeng sebelum dia memesan tiket pesawat.

"Awas 'lost' beneran lho!" Bhara menakut-nakuti Alea.

"Apaan sih kamu!" Alea meninju lengan Bhara pelan.

"Beneran! Kalau lost beneran, gimana?" Bhara memutar kemudianya kala harus berbelok ke kanan.

Alea terkekeh. "Ada kamu, jadi aku nggak perlu takut kalau hilang." Alea menoleh ke samping di mana Bhara berada. "Kecuali..." Alea menggantungkan kalimatnya.

"Kecuali?" Bhara melirik Alea sekilas.

"Kecuali kamu penculik." Alea tertawa geli.

Bhara ikut tertawa. "Wajah gue mirip penculik, ya? Padahal banyak yang bilang gue ganteng," Bhara berkata dengan nada yang dibuat supaya terdengar congkak.

"Emang ganteng!" sahut Alea tanpa sadar. "Eh!" Alea langsung menutup bibirnya dengan telapak tangan.

"Apa?!" Bhara terkekeh. "Lo bilang gue emang ganteng?" Bhara bertanya dengan nada menggoda.

"Udah! Jalan aja!" Alea merajuk.

"Iya nyonya!" Bhara tertawa.

Mereka tampak seperti sudah lama mengenal dan sudah sangat akrab. Alea tidak menampik bahwa Bhara adalah sosok yang sangat menyenangkan. Hanya dalam waktu sekejap Alea merasa nyaman berada di sekitar Bhara.

"Gimana kalau kita ke Sangeh?" tanya Bhara.

"Aku nurut kamu aja mau kemana," jawab Alea santai.

"Jangan nurut gue, nanti kalau gue ajak nikah gimana?" Bhara terkekeh geli.

"Bhara! Suka banget ngomong nggak jelas!" Alea mengerucutkan bibirnya.

***

"Bharaaaaaa! Tungguinnnn!" Alea kelimpungan karena dikejar monyet-monyet penghuni Sangeh.

"Nggak mau!" Bhara menyahut dengan berteriak.

Bhara hanya tertawa melihat Alea dan terus berjalan menggoda Alea seolah-olah akan meninggalkannya. Ketika Alea sampai ke tempat Bhara, dia segera merangkul lengan kiri Bhara sambil terus melihat ke belakang, takut-takut kalau monyet-monyet itu mengejarnya lagi. Bhara melihat tangan yang menggandengnya. Seperti de javu, Bhara mengingat seseorang yang dulu pernah bersamanya. Matanya langsung berubah meredup dalam sekejap saja.

"Sorry Bhar, aku nggak sengaja, takut sama monyetnya." Alea segera melepaskan tangannya begitu sadar Bhara memandangi lengannya yang sudah di rangkul oleh Alea.

Alea takut Bhara risih dan yang paling dia tidak inginkan adalah Bhara berpikir bahwa Alea adalah perempuan gampangan.

"It's okay kali, Al! Lagian wajar lo takut." Bhara tertawa untuk mencairkan suasana yang tiba-tiba berubah canggung. "Tuh lihat! Sekitar lo juga banyak yang takut." Bhara tersenyum menunjukkan giginya yang rapi dan putih.

Alea sepertinya tidak salah menilai Bhara. "Laki-laki ini easy going banget!"begitu pikirnya.

Hari sudah menjelang siang. Perut Bhara dan Alea sudah sangat lapar dan jam sudah menujukkan pukul dua belas siang. Mereka akhirnya memilih tempat makan yang menyajikan nasi campur khas Bali.

RehatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang