Pratinjau : Alea perempuan berprinsip kuat. Dia tidak ingin berbagi cinta, dia tidak suka dibohongi.
***
Sambil menunggu pesanannya datang, Alea berselfie ria. Ini tujuan Alea sebenarnya, menyenangkan diri sendiri.
"Seharusnya aku bersenang-senang, bukannya malah kepincut dengan laki-laki yang bahkan baru aku kenal kemarin, ckh!" Alea berdecak di dalam hatinya.
Parahnya semalaman dia tidak bisa tertidur karena masih saja memikirkan siapa perempuan yang dipeluk Bhara. Sial sekali memang!
"Aku nggak kepikiran Rama tapi malah kepikiran Bhara," Alea bergumam lirih.
Setelah pesanannya datang, Alea menyantap makanannya dengan lahap. Matanya sambil sesekali melihat keadaan sekitar. Kemudian dia memicingkan matanya, dari belakang sebuah postur yang amat sangat dikenalinya. Alea kemudian buru-buru mengetikkan sesuatu di handphonenya.
Alea RS : Hey, apa kabar?
Alea kembali melihat kearah laki-laki yang terlihat membelakanginya. Nampak laki-laki itu mengambil handphone di saku celana warna krem dan mengetikkan sesuatu. Ada hal lain yang membuat Alea tersenyum kecut, laki-laki itu bersama perempuan yang dijodohkan dengannya. Tidak, lebih tepatnya berdua saja dengan perempuan yang katanya tidak menarik baginya.
Alea meraba dadanya. "Kok rasanya kayak udah nggak kaget lagi, ya?" Alea membatin.
Ketika laki-laki itu nampak menaruh handphone-nya di meja sebelah kiri, Alea menatap handphone-nya yang berdenting menandakan ada pesan masuk.
Ramadana FW : Baik, Sayang, aku rindu L
Sekali lagi Alea tersenyum hambar. Alea perempuan berprinsip kuat. Dia tidak ingin berbagi cinta, dia tidak suka dibohongi. Belum genap satu minggu dia mengambil cuti, Rama sudah semakin bebas sampai pergi ke luar pulau dengan perempuan yang Alea yakini sudah begitu menarik bagi Rama.
Alea RS : Gombal banget, sih! Lagi di mana emangnya?
Ramadana FW : Lagi servis mobil, Sayang, kenapa? Kamu rindu aku juga? Kapan bisa ketemu?
Alea RS : Hmmm kalau pengen ketemu sekarang boleh?
Ramadana FW : Aku belum selesai, Sayang, kalau besok malam aku ke rumah kamu, gimana? Hehe
Alea RS : Nggak mau! Sekarang aja!
Ramadana FW : Sabar, Beb! Besok aku janji ke rumah kamu
Habis ini aku mau jemput papa di bandara L
Alea RS : Yah! Oke deh! kamu nggak ketemu cewek itu lagi, kan?
Ramadana FW : Enggak kok, kamu nggak betah ya nggak chat aku? Hehe sekangen itu, Beb?
Alea RS : Beneran nggak ketemu? Kangen nggak, ya?
Ramadana FW : Beb, aku udah selesai
Aku ke bandara langsung ini, see you soon!
Alea mematikan handphone-nya dan meneruskan makannya yang tersisa sedikit. Kemudian dia meminum jus mangga yang entah kenapa terasa lebih asam padahal sebelumnya manis. Dia memandang ke arah dimana laki-laki yang dikiriminya pesan berada. Rama masih belum sadar akan adanya Alea di satu tempat yang sama.
"Hubungan kita benar-benar nggak bisa lagi diperbaiki lagi, Ram." Alea menelan salivanya dengan susah payah.
Alea mengamati perempuan yang bernama Nada. Perempuan itu terlihat tersenyum lebar. Entah apa yang mereka bicarakan. Alea segera mengambil handphone-nya dan ingin segera pergi dari tempat itu. Sampai Alea melihat Rama dan perempuan yang digadang-gadang Mama Rama untuk menjadi pacar Rama, ah atau mungkin menjadi menantu keluarga Wijaya? Mereka sedang berpegangan tangan. Miris sekali nasibnya.
"I'm done with you!" gumam Alea dengan jemari memegang tali tasnya dengan erat.
***
Seharian berjalan-jalan membuat otot kaki Alea kencang. Hari sudah malam. Pukul tujuh lebih tiga puluh menit malam Alea tiba di hotel dengan naik ojek motor online. Dia berjalan gontai menuju kamarnya. Ingin rasanya segera berendam dengan air hangat di bath up.
Alea menyalakan musik di youtube melalui TV, kemudian berjalan ke kamar mandi untuk merilekskan tubuhnya yang lelah.
Alea merasa airnya seperti menarik tubuhnya untuk terus masuk lebih dalam lagi. Dia bahkan ingin merasakan kehangatan menjalari seluruh kepala dan wajahnya. Nafasnya semakin berat dirasakan. Dadanya semakin sesak. Dia menatap langit-langit kamar mandi yang terlihat seperti terendam air.
Dia tidak tahu apakah dirinya yang berada di dalam air atau langit-langit kamar mandinya yang terendam air. Dia teringat kilasan kisah yang dialaminya bersama Rama. Hanya sesaat, karena kemudian terlintas sebuah pemikiran bahwa memang semuanya sudah terlihat dengan jelas sekarang. Hubungan mereka sudah harus selesai sampai di sini.
Alea mengerjap-ngerjapkan matanya yang kemudian terasa perih. Dadanya sangat sakit. Tubuhnya seperti melemas tak berdaya. Dia tersadar dan segera bergerak duduk. Mengambil nafas sebanyak yang dia bisa.
"Uhuuk! Uhuukkkk!" Alea terbatuk hebat dan memuntahkan cairan yang dia yakini adalah air hangat dari bath up tempatnya berendam.
Alea menggigil, lemas dan pusing. Dia sudah gila dalam waktu singkat.
"Ya Tuhan!" dia menyebut nama Tuhan berkali-kali dan mengucap syukur karena masih diberikan kesempatan.
Alea beranjak dari bath up dan segera memakai bath robe. Malam ini dia hanya ingin tidur dengan nyenyak.
***
Alea terbangun dengan pusing yang luar biasa. Pukul tujuh pagi. Dia ingat semalam dia mendengarkan musik dari Novo Amor yang berjudul sleepless. Karena memang dia tidak bisa tidur sama sekali. Parahnya, dia semalaman menangis. Alea menatap pantulan dirinya di cermin kamar hotel tempatnya menginap. Kacau sekali. Matanya bengkak. Dia terlihat seperti zombie.
Dia bergegas mandi dan bersiap-siap untuk berwisata kembali. Mulai pagi ini dia berjanji akan bahagia untuk dirinya sendiri. Dia akan tertawa lepas dan mulai melangkah dengan percaya diri. Dia masih muda dan menarik. Masa depannya masih panjang. Biarlah dia percaya diri kali ini.
Alea sedang memakai slingbag-nya saat dia mendengar handphone di atas ranjang meraung-raung. Bhara, satu nama yang membuatnya tersenyum. Tidak ada yang salah, kan? Toh dia hanya mengikuti arus sekarang.
Alea tergesa-gesa untuk sarapan karena pukul delapan lebih tiga puluh menit pagi Bhara akan menjemputnya. Hari ini dia akan pergi ke pantai kuta, potato head beach club dan menonton pertunjukan tari kecak. Setelah itu dia menemani Bhara untuk bertemu klien sebentar.
Di sinilah mereka sekarang, pantai kuta. Alea duduk di atas hamparan pasir dengan Bhara yang berada di sampingnya.
"Lo cantik," gumam Bhara.
"Hmm?" Alea menoleh ke samping.
"Lo cantik." Bhara tersenyum. "Gue penasaran sejak kemarin." Bhara menatap ke depan. "Siapa kira-kira laki-laki yang beruntung dapat hati kamu?" Bhara kembali menoleh ke samping untuk menatap wajah Alea yang sudah bersemu merah.
"Hah?" Alea tergagap. "Aku lagi nggak pengen cerita masalah hati," jawab Alea kemudian.
"Kenapa?" kerutan mulai muncul di dahi Bhara.
Alea mengangkat bahunya. "Nggak semuanya butuh alasan," jawab Alea.
Bhara mengangguk paham kemudian mereka berdua sama-sama diam dan menikmati suasana di sana. Naik Bhara maupun Alea sudah sibuk dengan pikiran masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rehat
RomansAlea, gadis biasa yang memilih kabur ke pulau Dewata setelah hubungannya dengan Rama mulai tidak stabil. Dia bertemu dengan Bhara, laki-laki dengan sejuta pesona yang mampu membuat Alea melupakan sosok Rama. "Aku tahu semuanya, selama ini kamu nggak...