Usai bercerita panjang lebar perihal sejarah dan divisi penyihir, Lukas tidak mengantar kembali Knela ke bangunan tingkat dua tengah hutan melalui portal. Laki-laki itu memutuskan untuk mengawasi Knela langsung dengan memberadakan Knela di salah satu kamar Kerajaan Ambers. Lagipula, Lukas tidak lagi ingin meneliti Knela. Dia juga tak punya kekhawatiran gadis itu kabur—dilihat dari kemampuan serta kondisi fisiknya. Meski ada kemungkinan pun, keketatan Kerajaan Ambers juga sama tingginya.
"Knela. Sekarang kau akan tinggal di sini. Barangmu dari bangunan tingkat dua akan dipindah. Beristirahatlah. Besok kita akan lanjutkan petualangan masa lalumu. Kau ada pertanyaan?" Lukas bertanya sebelum dia keluar dari kamar Knela. Laki-laki itu menunggu tepat di pintu sambil memandang Knela yang telah duduk di kasur besar empuk nyamannya.
"Saya ada pertanyaan, Tuan. Tapi tidak perihal lingkungan di sini maupun perihal kebutuhan saya." Knela menyatukan kedua tangannya di atas paha. Masih bergaun putih, gadis itu menatap Lukas dengan tatapan ragu. Mata biru teduhnya melirik sesekali dengan hati-hati.
Lukas sudah merasakan pertanyaan Knela kali ini akan berbeda. Dari kata-kata gadis itu saja, sudah tersirat rasa penasaran lain yang memang tak bisa Lukas ketahui sebelumnya. Benar seperti dugaannya, seruan tanya Knela yang terlempar dari mulut gadis itu membuat Lukas terdiam di tempat.
"Tuan, jika benar ini Kerajaan Ambers, tempat para penyihir, apakah pemimpin penyihir juga tinggal di sini?"
Pertanyaan itu tepat sasaran. Lagi-lagi, menyebutkan pemimpin penyihir. Lukas yang merasa itu ialah dirinya sendiri untuk kesekian kalinya jadi merasa campur aduk. Lukas dibuat bingung akan mau Knela. Sejak kapan gadis itu benar-benar tertarik akan pemimpin penyihir? Mengapa sedari awal pembahasan topiknya ialah pemimpin penyihir? Mengapa pula gadis itu mulanya bilang terus langsung bahwa ingin memahami perasaan penyihir yang bahkan telah membunuh kedua orang tuanya? Apa yang sebetulnya gadis itu pikirkan dan incar? Sungguh tak Lukas mengerti.
"Dia juga tinggal di sini. Tapi dia sulit ditemui. Harus ada alasan khusus untuknya mau bertemu dengan beberapa orang karena dia super sibuk. Lagipula, kenapa juga kau dari tadi terlihat tertarik dengan penyihir itu?"
Knela tak langsung membalas pertanyaan Lukas. Gadis itu nampak bangkit dari ranjangnya. Pelan, gadis itu mendekat ke arah Lukas yang bersandar di pintu sembari bersedekap dada menatapnya. Muka Knela tampak bersinar, matanya berbinar. Dengan hati-hati dia mengulurkan sebelah tangannya menutupi bibir samping. Gadis itu agak membuat Lukas kaget karena mendekatkan muka ke telinga lelaki itu. Berbisik, Knela mengatakan sesuatu pelan ke telinga Lukas.
"Tuan Serigala, saya punya mimpi untuk terus membuat penyihir dan manusia berbaur damai. Saya tahu itu sudah terjadi. Tapi untuk tetap meyakinkan itu, saya punya ide. Berkenaan saya juga penerus pemimpin kerajaan manusia—yang mewakilkan suara khusus kaum saya," jeda Knela, "Saya ingin menjadi orang yang menjaga pemimpin penyihir agar tetap berperasaan baik. Emosi adalah berkah yang bisa menjadi bumerang, Tuan. Saya waspada hal buruk bisa membuatnya berubah. Saya tahu saya tak bisa jadi penyihir peneliti untuk mencipta penawar perasaan. Maka cara lainnya, saya ingin menjadi nyata terlebih dahulu di hadapan pemimpin penyihir. Bagaimanapun caranya, saya akan jadi bagian penting di hidupnya. Karena keturunan penyihir kerajaan harusnya sesama penyihir berbakat, maka saya tak masalah menjadi istri keduanya, Tuan. Saya akan membuatnya jatuh cinta."
***
Pagi-pagi Lukas sudah sibuk. Dia sibuk memberi persetujuan para penguji diri baru di tiga pilarnya. Dia juga sibuk mengatur kerjasama pangan dengan para petinggi se-Gyatera yang telah dipilihnya. Di ruang kerjanya, tangannya bergerak cekatan menggunakan pena untuk memberi tanda tangan. Sisanya, dia menulis surat balasan mengenai penjagaan wilayah berkala. Tadi ada pesan masuk ke tempatnya bahwa dia harus datang ke pusat kota untuk melakukan beberapa pengadilan secara langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Curse
Viễn tưởng"Until one day I fell in love, and everything was so clear." -- Usai perang antara penyihir dan manusia berakhir, Lukas Alberta, sang pemimpin penyihir gantian dihadapkan permasalahan kutukan yang melibatkannya dengan gadis manusia bernama Dyacanela...