Malamnya, Lukas sungguhan datang ke kamar Knela. Malam itu penyihir tersebut hanya mengenakan kemeja lengan pendek abu-abu dengan bawahan hitam. Jubahnya masih terpasang, hanya saja sedikit terbuka hingga bagian dalamnya terlihat.
Laki-laki itu datang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, langsung memasukinya begitu saja. Dia mendapati Knela sudah siap dengan gaun putihnya dan duduk di tepian ranjang, tapi gadis itu memberikan gestur berjengit, terkejut sebab melihat Tuan Serigalanya muncul tiba-tiba.
"Tuan, bisakah Anda ketuk pintu terlebih dahulu karena saya tidak selalu siap dengan kehadiran dadakan Anda?!" Knela bertanya, agak menekan sebab dia sungguhan kaget sampai dia refleks mengelus dadanya sendiri.
Lukas yang dipintai itu malah memasang muka bingung, terlihat tidak merasa bersalah.
"Kenapa harus ketuk-ketuk dulu kalau bisa langsung masuk? Lagipula itu terlalu sopan untuk dilakukan. Memangnya mengapa aku perlu demikian? Melihatmu terkejut seperti tadi, Knela, sejujurnya membuatku otomatis ikut terkejut juga. Itu menular. Tapi aku cukup terhibur dengan reaksimu." Lukas memasukkan kedua tangan ke dalam saku, meledakkan tawanya, seolah-olah apa yang baru saja terjadi lucu. Laki-laki itu melihat ke arah Knela, kemudian tatapannya pindah ke pintu kamar. "Lagipula kamarmu tidak perlu pintu. Setiap aku masuk tinggal menyelonong saja. Pintu hanya menyusahkan, ya? Terlihat mengganggu. Lagipula kau mau kabur juga di luar kamar banyak penyihir lewat. Kau memberiku ide untuk membuang pintu kamarmu."
Celetukan sembarangan Lukas itu sontak membuat Knela membelalakkan matanya. Gadis itu membuka mulutnya tercengang. Dengan cepat tangannya meraih bantal di dekatnya, kemudian melempar ke arah tubuh Lukas sekencang-kencangnya.
"Tuan Serigala, selain tidak punya otak Anda juga tidak punya hati, ya?! Apa yang Anda pikirkan terhadap kamar perempuan yang tidak punya pintu?! Anda pikir saya tidak punya privasi? Tuan, saya seorang gadis! Pintu adalah kunci utama keselamatan? Jika saya kenapa-napa Anda mau tanggung jawab?" Knela meneriaki Lukas sambil terengah, dadanya naik turun. Sungguhan dibuat kesal setengah mati.
Lukas yang diteriaki tidak terlihat terganggu sama sekali. Laki-laki itu hanya membuat bantal yang dilemparkan ke arahnya terbang dan tertahan sebelum mengenai tubuhnya. Kemudian, ditaruhnya kembali bantal itu ke sisi gadis hadapannya. Dengan penuh kesantaian, Lukas berjalan mendekati Knela. Laki-laki itu berjalan perlahan hingga akhirnya tiba tepat di dekat Knela, lantas mengambil duduk di sisinya. Dia menoleh ke samping, memandangi gadis itu.
"Knela," panggilnya. "Memangnya siapa yang akan membuatmu merasa tidak aman? Siapa yang akan datang? Bagaimana jika ... akulah yang membuatmu merasa begitu?"
Knela di sisinya tegang, kian dibuat kaget kala kasurnya tampak agak bergerak turun karena diduduki Lukas. Gadis itu membalas tatapan Tuan Serigalanya, dengan tanda tanya menghiasi wajahnya.
"Maksud Anda apa, Tuan? Memangnya apa yang Anda lakukan?" Knela memicingkan mata, nampak berhati-hati. Gadis itu memundurkan tubuh, menjauh tapi tetap berada di kasur.
Lukas yang mendapati gestur ketakutan Knela jadi merasa semakin terhibur. Laki-laki itu tersenyum kecil, menggeleng-gelengkan kepala. Tanpa ragu, laki-laki itu mendekat lebih ke arah Knela yang sebelumnya agak menciptakan jarak. Dengan agak kasar, Lukas menyodorkan jari telunjuknya untuk menoyor kening Knela, hingga gadis itu mengusap-usap dahinya.
"Knela, Knela. Jangan mudah percaya begitu. Kalau kau jadi anak kecil, kau mungkin akan mudah diculik hanya dengan ditawari permen. Lihat aku. Apa mukaku sudah terlihat seperti monster untuk benar-benar melakukan itu? Kau tidak semenarik itu, Knela. Melakukan hal tertentu padamu juga tak memberikanku manfaat sedikitpun. Jadi, ya. Tidak akan. Atau kau ...," jeda Lukas, "atau kau sejujurnya berharap dan mencoba memancing perhatianku dengan pura-pura merasa terancam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Curse
Fantasia"Until one day I fell in love, and everything was so clear." -- Usai perang antara penyihir dan manusia berakhir, Lukas Alberta, sang pemimpin penyihir gantian dihadapkan permasalahan kutukan yang melibatkannya dengan gadis manusia bernama Dyacanela...