23. Knela dan Penyihir Bergaun Merah

49 12 0
                                    

Lukas sebetulnya tak tahu apa yang sedang dilakukannya dengan membuang-buang waktu bersama Knela. Dia sendiri tak mengerti. Sejatinya, dia sudah tak peduli lagi dengan kutukan. Keputusannya bulat, dia tak lagi ingin membunuh Knela. Meski peramal mewaspadainya bahwa bisa jadi yang menjadi sasaran kematian sesuai kode di bohlamnya ialah Lukas sendiri. Tapi, bagi Lukas, membunuh Knela kian ke sini juga kian terasa ... sama salahnya.

Semenjak berdekatan dengan Knela, Lukas dibuat tertarik akan dunia gadis itu. Lukas bahkan sudah tak tergoda untuk bergumul bersama para perempuan lain yang bisa dia kumpulkan dengan mudah. Sejujurnya, dengan Knela sekarang, dia pun tak memiliki tujuan. Dia tidak tahu semuanya akan dibawa ke mana. Yang dia mengerti, dia akan melihat kisah masa lalu Knela sampai habis. Dia hanya ingin terus menghabiskan waktu bersama gadis itu, meski tak memiliki haluan khusus. Lukas hanya ingin. Lagipula tak ada lagi kerjaan darurat penting bagi Lukas usai perang manusia-penyihir resmi berakhir. Surat anti kontra sebelumnya, serta pengadilan tingkat tingginya ialah kunci, pengendali untuk masalah terjadi.

"Kita akan ke mana lagi, malam ini?" tanya Lukas. Usai senja turun dan mentari sempurna terbenam, waktu memasuki malam lagi. Seperti rencana Lukas sebelumnya, dia menetapkan malam ini sebagai waktu mendatangi tempat masa lalu Knela lagi. Di mana kejadian besar lain pernah terjadi.

"Ke sebuah tempat yang menyenangkan, Tuan. Mungkin Anda akan familier dengan tempat ini. Berbeda dari sebelumnya, saya rasa kali ini Anda tak akan menangkap cerita sedih. Lagi, saya rasa ini akan jadi perjalanan terakhir kita mengenai masa lalu besar saya." Knela memberi tahu sambil tersenyum.

Detik kemudian, Lukas sudah beraksi dengan portalnya. Knela menggenggam erat tangan Lukas, sambil membayangkan sebuah tempat menarik yang pernah dia kunjungi sebelumnya. Tempat yang sekali melihat tempatnya, Lukas akan tahu itu tempat apa. Mereka berdua memasuki lubang besar kehitaman yang diciptakan Lukas. Waktu kemudian, mereka sudah sepenuhnya berada di tempat lain.

Netra Lukas segera mendapati bahwa dia dan Knela berada di sebuah restoran kaum penyihir. Restoran itu memiliki bangunan tinggi besar satu lantai yang berada bersampingan dengan sebuah pantai. Arsitekturnya minimalis tapi megah, dindingnya berwarna cokelat kejinggaan. Lampu-lampu besar terpasang di atas ruangan. Berbagai makanan serta minuman kelas atas menjadi menu andalan. Restoran itu masih buka, hanya saja sedang sepi.

Lukas sontak menatap ke arah Knela yang masih mengenakan jubah kuningnya itu. Di bawah terang lampu restoran, dia bisa melihat gadis itu hanya menatapnya balik tak berdosa. Dalam hati Lukas, laki-laki itu dipenuhi kebingungan mengapa Knela tahu tempat ini, restoran tersohor penyihir untuk mengadakan pesta dan jamuan besar. Lebih dia herankan lagi, apa yang terjadi di masa lalu Knela hingga gadis itu berada di sini, padahal dirinya manusia, bukan penyihir.

Seolah mengerti benak bertanya Lukas, Knela dengan sendirinya memberitahukan.

"Anda tahu, Tuan? Usai berakhirnya pesta ulang tahun, saya memutuskan untuk segera melakukan rencana saya. Andai Anda tahu isi doa saya ketika ulang tahun, saya berharap bisa melindungi rakyat saya. Maka sebelum saya bertemu Anda, Tuan, sebetulnya saya sudah mencoba mengulik dunia penyihir sendirian. Dengan meminta bantuan mata-mata kerajaan saya, suatu hari saya mengunjungi restoran ini karena kabarnya ada penjamuan besar anggota keluarga terhormat penyihir. Dihadiri oleh banyak penyihir lain juga. Saya iseng datang ke sini untuk melihat apa saja yang ada di dunia mereka, dan bagaimana itu tampilan penyihir terhormat yang biasa berurusan dengan kerajaan manusia saya. Saya suka berpetualang, Tuan. Bahkan saya tidak takut. Tak terduga, kala sudah berada di sini, rasa-rasanya para penyihir jauh lebih ramah dibandingkan rakyat manusia saya sendiri."

Masih dengan celotehannya lagi, Knela bercerita dengan amat bersemangat. "Di tempat ini, saya bertemu teman seusia saya yang tidak menghakimi. Dia penyihir perempuan. Baik sekali, Tuan. Tidak seperti gadis manusia sekitar saya yang rata-rata tidak menyukai saya—karena punya banyak kekurangan. Jika bisa, saya ingin bertemu dengannya lagi. Karena selain pertemuan pertama, itu juga  pertemuan terakhir."

Beauty and The CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang