Ada satu yang Lukas dapat tangkap. Knela, gadis penerus pemimpin manusia itu mungkin informasinya sulit dikulik berbagai sumber sebab dirinya penyakitan. Barangkali, usai kejadian pesta ulang tahun bencana, orang tuanya menutup informasi tentangnya, takut anak gadisnya kian diserang. Perlahan-lahan, semua sisi Knela terkuak. Tapi, yang benar saja. Kian Lukas tahu tentang diri Knela, mengapa rasa-rasanya seolah dia tak pernah tahu apa-apa?
Seperti sekarang, dia dikejutkan bahwa ternyata Knela punya kembaran. Lantas, informasi mengagetkan apalagi yang Lukas belum tahu? Apalagi yang masih terpendam dan harus Lukas terus cari dengan perjalanan tempat serta pembacaan masa lalu? Lukas kira dirinya sudah tahu segalanya, tapi dia merasa bodoh sendiri karena belum sepenuhnya tahu perihal Knela.
"Saya dan Kalea ialah kembar bersaudara tak terpisahkan, Tuan. Kalau Anda berpikir Philip segalanya bagi saya, itu mungkin benar. Tapi sebelumnya, posisi orang paling berharga di hidup saya ialah kembaran saya sendiri, Dyacalea Lilian. Karakternya persis seperti saya, tapi lebih pendiam." Knela menceritakan itu sambil menatap Lukas senang, seolah-olah mengenang kembarannya sendiri membuatnya bahagia.
"Tampilannya juga seperti saya, Tuan. Hanya saja rambut cokelatnya lebih terang. Dia meninggal ketika saya masih anak-anak. Dibandingkan saya, kondisi dia jauh lebih cacat. Dia lumpuh sedari lahir. Kondisi kulit dan tekanan darahnya lebih buruk. Dia meninggal lebih awal, Tuan. Padahal saya dan dia sudah saling berjanji untuk menjalani semuanya bersama-sama sampai akhir. Perjanjian yang pahit, ya? Kalea tidak menepatinya. Dia meninggalkan saya lebih dulu. Saya sakit, Tuan. Saya sedih sampai hati saya terasa tercabik-cabik. Yang paling saya sedihkan adalah, menangis tidak bisa membuat dia kembali. Mengikhlaskan itu omong kosong, Tuan. Karena bahkan sampai sekarang, saya masih berharap bisa menggenggam tangannya sambil bersenda gurau. Dirinya yang pendiam, melengkapi sisi cerewet saya."
Mendengarnya, napas Lukas tersekat. Dia benar-benar dibuat kian membisu. Ada yang bergetar di hati laki-laki itu, seolah ingin ikut berduka. Sedih sekali, sendu sekali. Napas Lukas jadi menyesak, serasa tersendat di kerongkongan.
Tanpa diminta, Knela kembali memaparkan ceritanya. "Setelah kepergian Kalea, orang tua saya turut terpukul. Kian pilu usai melihat saya mengurung diri di kamar. Ranjang tempat Kalea tidur di sisi saya dipinggirkan, supaya saya bisa lebih mudah merelakan. Tapi saya tetap kacau, Tuan. Akhirnya, karena tak ingin saya tenggelam, orang tua saya menghadirkan Philip, anak angkat seusia saya. Jika Anda bertanya mengapa anak angkatnya laki-laki, ya karena jika perempuan, itu hanya mengingatkan saya pada Kalea. Semua berjalan sebagai mana mestinya, tapi sepertinya takdir saya begitu buruk, ya? Dari semua orang baik, kenapa hanya saya yang dibiarkan hidup hingga kini?"
"Apa maksudmu, Knela?" Lukas segera terfokuskan pada kalimat terakhir gadis itu.
"Anda tahu, Tuan? Tuhan selalu memetik bunga yang indah. Dia mengambil nyawa orang-orang yang paling baik dan bersinar. Orang tua saya, Philip, Kalea. Mereka pergi selamanya. Lantas, hanya ada saya. Kenapa saya tidak sekalian, ya? Kenapa saya dibiarkan melalui semua hiruk pikuk hidup yang menyakitkan ini sendirian? Tuan, saya pernah bilang bahwa ketakutan terbesar saya ialah kesepian, kan. Maka sekarang saya sangat berdoa, supaya saya punya satu orang untuk mau hidup menemani saya hingga meninggal. Orang yang berjanji untuk terus ada. Yang tidak mendahului saya." Knela menggigit bibir bawah, menahan isak tangisnya yang sedari dulu selalu dia tahan di hadapan Lukas. Mata gadis itu memandang ke arah makam, tanpa menjatuhkan air mata. Namun, dari sarat suaranya, Lukas merasakan kepahitan dalam dirinya. Gadis itu sudah melalui banyak hal berat. Gadis itu ingin punya siapa-siapa untuk selamanya, bukan sekadar sementara.
Lukas membasahi bibirnya, berusaha sadar untuk segera memberi timpalan balik ke Knela. Ya, dia harus sadar. Dia tak sepatutnya terlalu terbawa suasana, bahkan hingga sungguhan terhanyut karena empatinya bekerja. Lukas ikut berjongkok di sisi Knela. Dibiarkannya jubahnya yang panjang agak jatuh bagian bawahnya ke tanah berumput. Bukan apa-apa. Dia hanya ingin mengucapkan sesuatu dan memastikan Knela mendengarkannya saksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Curse
Fantastik"Until one day I fell in love, and everything was so clear." -- Usai perang antara penyihir dan manusia berakhir, Lukas Alberta, sang pemimpin penyihir gantian dihadapkan permasalahan kutukan yang melibatkannya dengan gadis manusia bernama Dyacanela...