|49| Double Kill

123 22 17
                                    

"Aku masuk ya."

"Bungkusan nya udah di bawa?"

Gue mengangkat kantong plastik di genggaman gue, "udah nih. Thanks ya udah ngasih aku makanan micin hahaha."

Renjun tersenyum tipis, "iya. Tapi ini terakhir kalinya aku beliin kamu cemilan kayak gini."

Renjun tuh selalu ngelarang gue buat makan cemilan kayak gini. Katanya gak baik buat kesehatan. Tapi yaa gitu, yang dilarang malah yang enak-enak kan? Kayak lirik lagu nya H. Rhoma Irama, “kenapa semua yang asyik-asyik itu yang dilarang” okee skip.

Tapi ntah ada angin apa, hari ini Renjun ngasih gue sekantong plastik yang berisi beberapa merk snack, wafer, biskuit, dan beberapa minuman.

"Jadi kamu ke supermarket tadi tuh buat beli ini?"

"Iyaa. Kamu kan kalo lagi datang bulan suka banget nyemil, makanya aku beli itu semua jadi kamu gak perlu repot-repot keluar lagi." jelas Renjun dengan mengusap pucuk kepala gue.

"Ihh sweet banget." gue mengepalkan kedua tangan gue di dada dan bergerak dengan gemas.

"Haruslah. Sama pacar sendiri kok."

Aahhh baper...

"Masuk sana gih. Good night,"

"Good night Injun. Hati-hati di jalan ya." gue pun turun dari mobil dan masuk ke rumah setelah mobil Renjun menjauh.

🥀🥀🥀

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumussallam, baru pulang dek?"

Gue langsung menoleh kearah sumber suara, "bunda?" dan berlari menghampiri bunda lalu memeluknya, "kangen bunda."

"Kayak anak kecil aja. Baru juga beberapa hari gak jumpa. Adek sama siapa pulang dari rumah sakit?"

"Sama Renjun."

"Renjun? Dia pulang?"

"Iyaa bun."

Bunda melirik ke kantong plastik yang gue pegang, "itu dari Renjun juga?"

"Iyaa hehehe."

"Langgeng juga yaa walaupun LDR-an." goda bunda.

"Iya dong." balas gue dengan bangga.

"Oh iya, bunda ada kabar gembira,"

"Apa bun? Apa?" tanya gue dengan excited.

"Besok malam kita bakalan makan malam di luar bareng ayah sama abang." seru bunda dengan bahagia

Senyum gue perlahan luntur, "Hmm oke bun. Adek ke kamar ya."

Semenjak kejadian di rumah sakit itu, ayah adalah topik sensitif bagi gue. Padahal gue kangen sama ayah, tapi gue terlanjur kecewa sama kenyataan.

🥀🥀🥀

"Astaghfirullah adek!! Kok belum ganti baju?"

Bunda berdiri di depan pintu kamar gue dalam keadaan rapi dengan dress dibawah lutut berwarna navy. Bermodel simpel tapi terlihat elegan.

"Anak gadis satu harian di kamar terus. Kayak di pingit aja."

Gue berguling di kasur menatap ke arah bunda, "ya habisan gak tau mau ngapain bun."

"Jangan bilang adek lupa kalo kita bakalan makan malam diluar?" ucap bunda sambil membongkar lemari baju gue.

"Gak lupa kok bun." balas gue dengan lesu.

Story of Daren » Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang