"Assalamualaikum,"
Hening.
Selalu keadaan ini yang nyambut gue.
Biasanya setelah pulang sekolah, gue selalu jalan dulu bareng sahabat gue atau Renjun. Tapi beberapa minggu belakangan ini, gue selalu langsung pulang ke rumah.
Bukannya gak diajak main sama sahabat gue tapi semenjak kejadian di perpus itu gue jadi males buat keluar rumah.
Omongan Renjun yang bilang "kita introspeksi diri masing-masing dulu" itu beneran. Udah hampir sebulan kita diam-diaman.
Yang gue pertanyakan ialah apakah maksud introspeksi disini itu berarti saling diam-diaman kayak kemusuhan gitu? Soalnya itu yang gue rasain.
"Huuuffttt," gue menghela nafas berat dan duduk di sofa ruang tamu sambil natap langit-langit.
Gue pengen gitu setiap pulang sekolah ada bunda yang nyambut gue, ada ayah yang selalu nanyain keseharian gue disekolah, ada abang yang selalu jahilin gue, but it's just my imagination.
Kalo boleh jujur ya gue tuh sebenarnya iri sama Haechan, yang mana selalu di sambut senyuman mama nya ketika pulang.
Yaa walaupun kadang tante Tiffany langsung ngomelin Haechan ketika baru sampai rumah. Tapi justru itu yang jadi kehangatan dalam keluarga menurut gue.
Gue? Yaa keadaan sunyi ini yang nyambut gue. Bunda selalu pulang sore bahkan bisa sampai malam atau parahnya lagi bisa sampai gak pulang yang mengharuskan Lucas buat nemenin gue dirumah atau kadang gue tidur di rumah Haechan.
Gak seharusnya sih gue ngeluh gini. Bunda juga kerja gitu buat gue dan Bang Kun kan? Tapi apa salah kalo gue udah mulai merindukan kehangatan keluarga?
Gue sering liat sahabat gue bercandaan bareng sama ayah mereka. Dan entah kenapa gue iri.
Ayah terlalu sibuk untuk kategori seorang dokter. Pulang ke rumah aja 3 bulan sekali. Iya sih ayah itu dokter spesialis di luar indo. Mungkin masuk akal kali ya kalo dia sibuk.
Dan Bang Kun? Saat ini cuma dia sosok yang selalu punya waktu luang buat gue walaupun 5 menit doang. Dan sejauh ini dia belum pernah kecewain gue.
Eh tunggu? Kok gue curhat sih?!___-
🍌🍌🍌
Seorang gadis kecil baru saja keluar dari bangunan yang biasanya digunakan orang-orang untuk belajar musik.
"Hikss... Hikss...,"
Suara itu berhasil mengundang perhatian gadis kecil yang sedang menunggu jemputan nya. Ia menghampiri pemilik suara tersebut.
Terlihat seorang anak yang mungkin seusia dengannya sedang duduk di lantai dan meletakkan lipatan tangannya di lutut yang di tekuk sebagai tumpuan kepalanya.
"Kamu lagi ngapain? Nangis?" Tanya gadis itu tapi tak mendapat jawaban.
"Hikss.... hiksss....,"
"Eh kok tambah nangis? Aku bukan orang jahat. Kata bunda, aku itu anak yang baik hati, rajin menabung, dan tidak sombong," seru gadis kecil itu dengan riang.
Bukannya menjawab, anak itu semakin mengencangkan tangisnya.
"Huaaaaa... Hikkss....hiksss..."
Karena merasa kesal, akhirnya ia menarik kedua tangan anak itu dan otomatis wajah anak itu terangkat.
"Kamu cowok?" Pekik gadis itu kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Daren » Huang Renjun
Fanfiction❝ Tidak ada yang abadi bahkan duka dan bahagia. Tidak ada duka tanpa adanya kebahagiaan, dan tidak ada bahagia tanpa diiringi duka.❞ ══════════ ✥.❖.✥ ══════════ ❝ Oh iya, diminum tuh jangan ngeliatin gue mulu. Yah gue tau gue ganteng, tapi gue gak m...