Suasana menjadi hening dalam beberapa menit. Bahkan suara jangkrik yang diiringi hembusan angin pun seolah menjadi backsound antara gue dan Renjun.
Gue yang sibuk scroll Instagram cuma untuk buat liat instastory para sahabat gue yang lagi liburan bareng itu. Dan Renjun yang duduk di sofa yang terletak di pojok ruang rawat gue dengan pandangannya yang selalu mengarah ke plafond.
Jangan tanya gue, faedahnya apaan. Karena gue pun gak tau.
Mungkin Renjun lagi nyari cicak. Soalnya gue dengar, beberapa kali dia mendesah lelah karena gak ada satu pun cicak yang dia lihat.
"Cicak tau ya kalo kamar mahal gak ada nyamuknya, makanya dia gak mau disini."
Itu adalah ucapan yang entah keberapa kali yang Renjun ucapkan.
Gue pun meletakkan hp gue di nakas dan menyamankan posisi duduk gue.
"Renjun, sini." panggil gue dengan gerakan tangan memanggil.
Renjun yang masih setia natap plafond, langsung beralih natap gue.
"Kamu masih marah?" tanya Renjun ketika udah berdiri di samping gue.
Gue mengerutkan dahi,"marah? Marah kenapa?"
"Yang tadi itu." jawab Renjun sambil memainkan ujung baju yang Ia pakai.
Sebenarnya kejadian tadi itu sama kayak kejadian sebelum-sebelum nya. Renjun cuma nempelin telapak tangannya di dahi gue terus dia cium deh telapak tangannya yang di dahi gue.
Tapi dikarenakan jantung gue yang terlalu lemah buat serangan kayak gitu, jadinya gue marah-marah ke Renjun dan jadilah dia mojok di kamar rawat gue sambil ngitungin cicak.
"Gak kok. Gak marah. Lain kali jangan gitu lagi ya!" ucap gue dengan nada peringatan.
Gak baik buat jantung gue soalnya.
"Janji. Gak lagi." ucap Renjun sambil menunjukkan kelingkingnya.
Gue cuma ketawa liat tingkah Renjun yang makin tua malah makin random dan gemesin.
"Kamu kenapa ketawa gitu liat aku? Aku ganteng yaa? Iyaa tau kok."
"Ya iyalah kamu ganteng. Kalo kamu jelek mana mau aku jadi pacar kamu." balas gue yang diakhiri dengan menjulurkan lidah.
"Wah sepertinya pelet yang di rekomendasikan papa aku manjur." ucapnya dengan wajah berbangga nya.
"Hahaha apaan sih gak jelas."
"Gak apa gak jelas. Yang penting hubungan kita jelas."
"Ieeuff cringe bro."
Dan kita langsung tertawa. Percayalah, hidup itu bakalan berwarna ketika kita bersama orang yang tepat.
"Oh iya kamu nyium aroma parfum gak?" tanya Renjun.
"Parfum? Kamu pakai parfum?" tanya gue yang dibalas anggukan semangat Renjun.
"Coba cium deh."
Gue meraih lengan baju Renjun yang kebetulan saat ini Renjun memakai baju lengan panjang.
Gue mendekatkan lengan Renjun ke hidung gue.
"Biasa aja sih. Gak wangi-wangi amat." ucap gue.
"Ah masa sih?"
"Iya gak—"
Greep.
Renjun langsung narik gue ke pelukannya.
"Gimana? Wangi gak?"
"I—iya wangi." balas gue.
Jantung gue kayak abis lari kenangan mantan. Canda kenangan mantan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Daren » Huang Renjun
Fanfiction❝ Tidak ada yang abadi bahkan duka dan bahagia. Tidak ada duka tanpa adanya kebahagiaan, dan tidak ada bahagia tanpa diiringi duka.❞ ══════════ ✥.❖.✥ ══════════ ❝ Oh iya, diminum tuh jangan ngeliatin gue mulu. Yah gue tau gue ganteng, tapi gue gak m...