|47| Lilac Hoodie

163 31 30
                                    

Renjun beneran ngikuti ucapan gue buat keliling disitu situ doang. Bahkan nih ya, gue sampai hapal nama dari toko-toko yang kita lewatin. Mungkin juga kalo para pegawai toko ada yang gabut pasti mereka juga heran kenapa nih mobil mondar mandir mulu.

Jangan dipikir kalo gue gak coba buat nyuruh Renjun berhenti. Udah sampai berbusa mulut gue untuk nyuruh Renjun berhenti. Dan mau tau apa jawabannya?

"Kan kita belum tau mau kemana, mending keliling aja dulu, sekalian kamu hapalin tuh nama-nama toko yang kita lewati kalo perlu nomor teleponnya juga sekalian di hapal. Sekalian buat ngelatih daya ingat kamu. Kan otak kamu udah nyantai aja tuh selama 2 bulan."

Yang bisa gue lakukan setelah dengar itu adalah menyandarkan kepala gue ke jendela mobil.

Sebenarnya gue tuh orangnya gampang bosenan. Tisu di mobil Renjun aja habis gue jadiin mainan. Dari dijadiin kapal-kapalan, kipas-kipasan sampai gue jadiin beberapa kelopak bunga.

Tapi tetap aja gue gabut. Kalo gue tanya, apa gak sayang sama bensinnya? Dia jawab.

"Bahkan 10 liter atau lebih pun gak apa terbuang asalkan bareng kamu." gue no coment.

Gue menghembuskan napas gusar untuk kesekian kalinya dan untuk kesekian kalinya juga Renjun cuma cekikikan liat gue.

Gue mengubah posisi menyamping untuk natap Renjun,"Renjun udahan ayo. Aku capek." ucap gue sambil menggoyangkan tangan sebelah kanan Renjun.

Ciittt...

Mobil berhenti mendadak karena di rem mendadak sama Renjun.

Renjun langsung nahan pelipis gue yang hampir kenak dashboard mobil, karena posisi gue yang duduk menyamping.

"Kamu gak kenapa-kenapa kan?" tanya Renjun dengan raut wajah yang cukup khawatir.

Masih di posisi yang sama, gue menjawab pertanyaan Renjun dengan gelengan plus wajah kaget gue.

Ekspresi Renjun yang tadinya khawatir berubah jadi sendu dan natap gue dengan lekat.

Gue meraih tangan Renjun yang ada di pelipis gue dan mengusap nya,"kamu kenapa?"

"Jangan minta udahan ya?"

"Hah?"

"Kalo aku ada salah maaf. Jangan minta udahan apalagi kalo nanti kamu jadiannya sama Jeno. Pokoknya jangan!"

Dahi gue mengernyit,"ihh apaan sih?"

"Itu tadi kamu bilang nya mau udahan kan?"

Gue yang awalnya gak paham arah pembicaraan Renjun cuma bisa masang ekspresi cengo doang.

Dan gue langsung menepuk jidat ketika sadar arah pembicaraan Renjun, "isshh maksud aku itu udahan bawa mobilnya. Ayo kita berhenti dimana gitu."

Renjun menghembuskan napas lega,"itu toh maksudnya."

Ketika Renjun mau kembali mengemudi, dan narik tangannya yang di pelipis gue, gue menahan tangannya.

Tangan Renjun dingin. Tapi dinginnya itu beneran dingin. Gue aja gak merasa kedinginan walaupun AC di mobil ini nyala.

"Kenapa Wir?"

Gue meletakkan telapak tangan gue di dahi Renjun dan gue sedikit tersentak karena Renjun ngeluarin keringat dingin. Pertanyaan nya, kok bisa? Cuaca hari ini cukup cerah dan AC mobil juga gak mungkin bisa bikin sampai keringat dingin gini. Dan suhu badannya juga dingin yang beneran dingin.

Renjun menurunkan tangan gue yang di dahinya,"aku gak kenapa-kenapa kok. Sehat-sehat aja. Seriusan." ucapnya yang diakhiri dengan elusan di rambut gue dan jangan lupakan senyuman yang bikin candu itu.

Story of Daren » Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang