Bab 42

365 46 6
                                    

Hello, aku kembali. Bagaimana kabar kalian? Semoga sehat-sehat selalu ya😘

Oh iya, udah lihat cover barunya belum? Hehehe semoga kalian suka yaa. Kalau gitu jangan lama-lama, selamat baca❤

 Kalau gitu jangan lama-lama, selamat baca❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamualaikum Arka." Arka tertawa, bayi laki-laki genap satu tahun enam bulan ini menggerakkan kedua kaki juga tangannya ke atas dan ke bawah, sedang tubuhnya dipangku oleh Adnan, lalu satu tangan Adnan membenarkan posisi laptop di atas meja sebab tergeser karena pergerakan tangan Arka. Di layar laptop itu memperlihatkan sosok lelaki yang begitu senang saat menggoda Arka.

"Arka cepat besar ya, nanti Om ajak kamu jalan-jalan, mau?" Seseorang di depan layar itu menggerakkan bibirnya ke depan saking gemas dengan kelucuan Arka. Namun lagi-lagi, Arka hanya membalasnya dengan tawa.

"Fahri, bagaimana kabar Rani? Dan perkembangan kafenya?" tanya Adnan pada Fahri.

"Abang perlu dateng ke sini kalau mau tahu perkembangannya seperti apa."

Adnan menyipitkan mata. "Pasti sukses pesat," tebaknya tepat sasaran. Membuat pelaku di seberang sana mengangkat kedua tangannya penuh syukur.

Terlepas dari apa yang terjadi sejak tiga bulan lalu, Fahri sudah benar-benar menata kembali hidupnya. Berusaha ikhlas atas kematian sang Mama, berusaha melepas sesak membelenggu sebab perasaan cinta yang mendalam kini takkan lagi bisa tercurahkan selain harus segera ia lupakan, juga berusaha mengembalikan eksistensi perusahaan yang sebelumnya hampir bangkrut saat Fahri terbaring dalam koma, dan berusaha membahagiakan Rani yang kini juga sedang berusaha memperbaiki jalan hidupnya.

"Oh, iya, Bang, sebelumnya gimana kabar Araya? Udah tiga bulan Fahri belum tahu kabar dia." Bahkan Fahri juga sedang berusaha memaafkan seseorang yang mengambil Araya darinya. Apalagi semenjak menceritakan apa alasan Adnan memilih menyetujui pernikahan Araya dengan laki-laki bernama Nathan itu.

Flashback dua bulan lalu....
————

Gemuruh ombak menerjang karang, menyisakan perasaan seseorang yang saat ini sedang karam. Laki-laki berusia 25 tahun itu memejamkan mata, menikmati sarayu mencumbu permukaan kulitnya. Langit sebentar lagi menghitam tatkala matahari sedang turun bersembunyi, membiarkan bulan menggantikannya, menemani malam dari dinginnya gelita.

Meski menyadari kehadiran seseorang di sampingnya, ia masih tetap pada posisinya.

"Fahri, ketika kita menempu suatu jalan, dengan harapan besar tertanam di sana. Kadang-kadang kita nggak tahu akan seperti apa akhir dari perjalanan itu." Seseorang itu bersuara, masih membiarkan Fahri terhanyut dengan pemikirannya sendiri—perasaannya sendiri.

"Abang atau siapapun juga pasti pernah berada di posisi itu, berharap lalu berakhir melepaskan. Tapi Abang tahu, apa pun yang terjadi, garis takdir setiap manusia pasti selalu diberi akhir terbaik dari Yang Maha Pencipta." Garis bibirnya terangkat ke atas, Adnan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, meredam dingin yang mulai merayapi kulit. "Abang susul ke sini bukan hanya untuk mendapatkan maaf dari kamu. Sebagai seorang kakak yang bersalah karena mengkhianati janji kepada Adiknya, Abang pantas mendengar setidaknya kata marah yang mewakili semua perasaan kamu," ujar Adnan menoleh pada Fahri. Kali ini, Fahri melakukan hal sama.

Jodoh Yang Dinanti √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang