Bab 6

620 83 60
                                    

Adnan

Araya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Araya

Fahri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fahri

🍀🍀🍀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍀🍀🍀

"Jadi, kamu sudah diberi dua pilihan, ingin mengungkapkan perasaan seperti Bunda Siti Khadijah atau menyimpan perasaan kamu diam-diam seperti Siti Fatimah Az-Zahra?"

Mendengar pertanyaan Adnan Araya berpikir sejenak. Sampai akhirnya ia menjawab, "Bunda Siti Khadijah."

Beberapa kali kekehan tawa keluar dari bibir Adnan. Beradu dengan suara gemericik air ketika Adnan mulai menyiram tanaman. Adiknya itu ada-ada saja. Dia kira mengungkapkan perasaan itu mudah? Apalagi kepada seorang laki-laki. Seperti tidak tahu saja dia, resikonya apa.

"Asalamualaikum, Bang Adnan," salam seseorang mengalihkan atensi Adnan. Keningnya mengerut saat melihat sosok Fahri sudah berdiri di dekatnya. Masih memakai peci dan sarung, ia menebak mungkin Fahri baru pulang dari masjid. Karena waktu salat subuh tadi, keduanya bertemu.

Lagipula jam baru menunjukkan pukul enam pagi. Membuatnya tiba-tiba berpikir, apakah ia terlalu pagi menyiram tanaman?

"Waalaikumusalam." Setelah menjawab salam, Adnan berlalu untuk kembali menutup kran. Memilih berhenti menyiram tanaman.

Jodoh Yang Dinanti √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang