Bab 37

472 57 7
                                    

Assalamualaikum, para pembaca💕sebelumnya maaf banget karena baru update. Soalnya aku lagi nunggu cover baru untuk judul baru dari 'tasbih cinta'. Kebetulan masih dalam proses buat.

Terus karena aku udah gak sabar pengen up, nggak mau buat kalian menunggu lama, jadinya aku ganti pakai cover sementara dulu ya, maaf kalau kurang good covernya wkwk. Tapi tenang, untuk kenyamanan kalian bakal aku ganti lagi sama yang lebih bagus, ditunggu yaa he he.

****

Selalu menjadi bahan perbandingan, adalah sesuatu yang paling Rendi tidak suka. Namun sayangnya ketidaksukaan itu selalu berpihak padanya. Oma tidak pernah satu hari pun tidak membicarakan kakak sepupunya Nathan. Sosok cucu yang paling oma sayang dibandingkan dirinya.

Rendi tidak suka saat oma selalu berkata, "Coba kamu seperti Gian, oma nggak perlu susah payah ngandelin anak itu buat perusahaan oma."

"Coba aja Pranata nggak sombong pake mendirikan perusahaan sendiri, bahkan lepas dari tangan perusahaan rahardja. Oma nggak perlu bingung nentuin siapa yang pantas melanjutkan perusahaan ini."

"'Kan ada Rendi Oma." Saat itu, Rendi selalu berusaha sabar. Beberapa kali ia berusaha membuktikan dirinya pada oma, bekerja sangat keras lagi, menunjukkan kepandaiannya dalam berinteraksi, bahkan tidak segan-segan ia menuruti perintah oma  meski harus melakukan tindak keji sekalipun. Seperti yang terjadi di pesta ulang tahun malam itu.

Oma tersenyum sinis. Ia membuang wajah ke jendela luar kemudian mencibir pelan, "Papa kamu aja nggak bisa diandelin apalagi kamu."

Dari sana, Rendi sadar betapa ia menyesal karena berharap tinggi pada oma. Percuma! Seberapa banyakpun ia berusaha mengambil hati oma, Rendi tetaplah boneka lama yang bahkan tak lagi pantas untuk dilirik sedikit saja. Sedangkan Nathan, ia adalah permata yang selalu dikejar meski harus dicari di bawah laut terdalam sekalipun.

Rendi benci tentu saja, tetapi pada akhirnya lelaki itu diam. Lihat saja, Rendi tidak akan lagi tinggal diam. Oma akan tahu, bahwa perbuatan oma sudah terekam jelas di memorinya. Jika Nathan tahu mengenai kasus tempo hari, apa yang akan oma lakukan?

"Terus hubungan ini sama pernikahan Gian apa? Istrinya, 'kan nggak tahu apa-apa, dia nggak salah. Aku nggak suka kalau Oma seret orang lain ke dalam masalah ini. Cukup Nathan sama Riani aja, dan nggak lagi melibatkan orang lain!" Rendi menegaskan ketiaksukaannya meskipun saat itu Rendi menurut saja dengan mengirim foto itu ke rumah Nathan, tujuannya satu, supaya kejadian ini merusak nama baik Nathan di mata istrinya. Perempuan itu akan marah besar lalu meminta cerai. Namun, pada akhirnya salah. Mereka mempermainkan orang yang kuat akan kokohnya sebuah kepercayaan dalam pernikahan, maka tentu saja mereka akan kalah.

"Oma nggak menyukai dia, karena dia nggak bisa apa-apa. Tapi oma harus pura-pura menyukainya biar Gian seneng. Kamu ingat, 'kan, oma selalu bilang kalau kalian harus menikah dengan yang sekufu dengan keluarga kita. Jadi, oma nggak bisa menerima dia begitu saja."

Tersenyum sinis Rendi kembali berujar, "Tapi keluarga perempuan itu dari kalangan baik-baik. Bahkan lebih baik dari keluarga kita." Rendi melanjutkan perkataannya di dalam hati. Benar, terlepas dari bagaimana penampilan perempuan itu saat pertama kali ia melihatnya di kantor, bahkan perempuan berhijab itu sempat menghampirinya, Rendi melihat ketulusan di sana. Lalu, bagaimana bisa oma tidak bisa merasakannya? Aura yang terpancar itu begitu sempurna. Bahkan jika  harus dibandingkan dengan Riani, tentu saja Riani kalah.

"Tapi Riani jauh menguntungkan keluarga kita daripada dia. Lihat aja, Riani cerdas dan cantik. Ia mempunyai segalanya yang tidak perempuan lain punya. Makanya, oma mau Riani nikah sama Gian, bukan perempuan itu."

Jodoh Yang Dinanti √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang