Halo semua, Sekuel Pacarku Presiden Mahasiswa ( Hai Pandu ) update ya. Mari ramaikan setiap paragrafnya dengan komentar kalian.Happy reading.
***
Hargai seseorang yang mencintaimu dengan tulus, selagi dia masih ada.
Sejak dimana Airin pertama kali memberikan kue cookies gosong kepada Pandu saat wisudahnya, Airin berusaha selalu belajar dengan Mamanya Sarah bagaimana membuat cookies yang pas. Sibuk di dapur sejak tadi subuh, akhirnya cookies Airin selesai juga dan kali ini tidak gosong lagi. Airin tersenyum senang dengan usahanya yang tidak sia-sia, dia harap Pandu menyukain cookies buatannya.
"Aroma harum apa nih, pagi-pagi? Bunda bikin kue ya? " ucap Raffael memasuki dapur yang langsung mencium aroma manis. Dia pikir bundanya yang sedang bikin kue, ternyata bukan. "Airin? Lo yang bikin semua kue ini?"
Airin menatap Raffael jengkel dan malas, awas saja Raffael bertindak sesuatu yang bikin mood paginya menjadi jelek lagi. "Iya, siapa lagi?" jawab Airin ketus.
Raffael menatap satu persatu cookies buatantan Airin, sepertinya terliat enak. "Widih, sejak kapan lo bisa masak kue?"
"Kepo banget sih?"
Raffael memangkul kedua tangannya. "Gue tahu, sejak cookies gosong buatan lo itu kan? Jadi lo belajar lagi biar nggak malu-maluin kan?"
"Abang ada urusan apa sih? Kerja gih, cari duit."
"Sekarang kan Minggu Airin anaknya Bastian..." Emang dasarnya Raffael itu jailnya kadang kurang ajar, manggil ayahnya saja udah berani seperti itu.
"Ih nggak sopan, Airin bilangin ke ayah tahu rasa," ancam Airin.
"Idih, udah besar, masih aja main kadu-kaduan, dasar bocil. Dari pada ngadu ke ayah, mending gue minta cookienya, biar gue nilai."
Baru saja Raffael hendak menjulurkan tangannya untuk mengambil cookiesnya, Airin dengan cepat dan sigap langsung menarik nampannya, menjaukan cookies dari jangkauan Raffael. "Nggak boleh, udah Airin cicip dan enak kok. Jadi abang nggak perlu nyipin lagi. Kalau mau, tu..." Airin menunjuk ke tempat cookies yang lain. "Masih ada yang Airin pisahin."
Raffael menoleh. "Ya kali gue makan cookies yang kayak begituan, udah bentuknya nggak jelas, gosong lagi."
"Udah minta, protes lagi."
"Ngelawan sama abangnya, durhaka loh."
"Jail sama adiknya, rejekinya nggak lancar loh," balas Airin seraya menjulurkan lidahnya.
"Rejeki gue nggak lancar, yang ada lo nggak bisa kuliah lagi."
"Masih ada Bang Farrel, wekk," ucap Airin bangga, "sana pergi, ini buat Kak Pandu!"
"Woah parah, lebih sayang sama cowoknya daripada abangnya," ucap Raffael mendramatis.
"Woah, bodo amat."
Sudahlah, jangan heran dengan dua kakak beradik ini, kalau dekat tiada hari tanpa aduk bacotan, kalau jauhan, malah saling kangen. Bahkan waktu Raffael seminggu di Bandung aja, Airin sampai nangis tengah malah, sampai ketiga bersaudara itu saling video call. Farrel di Surabaya, Raffael di Bandung dan Airin di Jakarta. Mereka melakukannya sampai Airin, berhenti nangis dan sampai Airin tertidur. Sejak itu, Raffael tidak ingin lagi ke luar kota untuk bekerja.
***
Rehat sejenak dari kesibukkan masing-masing, berkumpul dengan teman adalah time yang tepat untuk sekedar saling bercerita setelah kesibukkan yang menguras waktu. Pandu, Vino, Bram dan Akbar, mereka membuat janji di hari Minggu disebuah coffee shop di dekat kampus UI yang di Depok. Tempat dulu dimana sering mereka gunakan untuk berdiskusi banyak hal, mulai dari promblem politik negara, kegiatan sosial ataupun kadang rapat BEM juga sering mereka gunakan di coffee shop ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Pandu (SEKUEL PACARKU PRESIDEN MAHASISWA 2)
Teen FictionPerjalanan hubungan yang juga belum usai. Waktu demi waktu, tingkatan demi tingkatan, masalah demi masalah sudah usai mereka lalui. Namun bagi Airin, Pandu tetaplah Pandu, lelaki manis yang selalu memperlakukannya dengan begitu spesial. "Kak, kenapa...