Pandu Sakit

2.6K 447 111
                                    

Halo semuanya, Hai Pandu update lagi. Selalu ramaikan cerita ini ya. Jangan lupa vote sama keluarkan pendapat kalian. Karena respon kalian sangat berharga buat aku.

Selamat Membaca

***

"Yang terburuk dari diri manusia adalah ketika dia terjebak dari sebuah gelar. Jika gelar panjang di belakang namamu tidak mampu memanusiakan manusia, gelarmu hanya akan jadi penghinaan untuk dirimu sendiri, karena tidak ada nilainya. Saking tidak berharganya."

Hari ini Vino mencoba untuk mendatangi dosen pembimbingnya langsung saja ke ruangannya. Vino sudah mencoba mengirimkan pesan, namun dosennya tidak menanggapi sama sekali pesan yang dia kirim. Padahal Vino sudah menunggu dua Minggu lamanya, dan Vino mencoba berpikir, mungkin dosennya ini sudah lagi sibuk. Jadi Vino biarkan saja selama satu Minggu, dan kemarin Vino kembali mencoba untuk menghubungi dosennya. dan tetap, hasilnya sama saja, tidak ada balasan sama sekali. Vino sudah bingung, harus bagaimana dengan dosennya ini, karena Vino sudah berusaha untuk lancar dalam penelitiannya, tapi ada saja masalahnya. Vino sudah ingin cepat selesai, dan ingin segera wisuda, biar Alista tidak lagi mempermasalahkan dirinya. Dan orang tuanya Alista juga pasti akan merestui hubungan mereka, jika ia sudah bekerja.

Vino menatap panjang ke nama pintu ruangan yang ada di depannya. Di pintu itu tertulis nama Rahmad Hamdani S.E., Ak., CA., M.Sc., PhD. Vino menyadari, ia tidak bisa hanya diam saja di ini dan menatap nama pintu ruangan di depannya. Ia harus berani untuk mengetuk pintu ruangan ini untuk memastikan apakah dosennya ada di ruangan atau tidak? Dengan helaan nafas yang panjang, Vino mengetuk pintu ruangan dosen pembimbingnya, seraya berharap.

"Siapa?"

Ada suara dosennya di dalam. Vino tersenyum lega, karena beliau ada di ruangannya. Vino membuka pintu ruangan itu dan berkata, "permisi Pak. Apakah bapak ada waktu untuk bimbingan Pak?" tanya Vino dengan sangat sopan. Semoga saja tindakannya ini tidak salah.

Entah perasaan Vino saja atau bukan? Tapi dari melihat bagaimana Pak Rahmat menatap dirinya, dia tampak tidak suka dengan kedatangannya Vino.

"Siapa yang meminta kamu untuk datang ke ruangan saya? Apakah sebelumnya kita sudah membuat janji?" tanya Pak Rahmat dengan nada ketusnya yang seperti biasa.

Nafas Vino rasanya seperti tercekal, seakan kesulitan untuk bernafas. Padahal ruangan ini ada acnya, namun Vino merasa kepanasan karena reaksi Pak Rahmat yang seperti itu. "Maaf sebelumnya Pak. Memang saya belum buat janji dengan Bapak. Tapi saya sudah berulang kali berusaha mengirimkan pesan ke Bapak, tapi saya belum menerima balasan sama sekali Pak. Jadi saya berinisiatif untuk menemui Bapak ke ruangan ini langsung Pak. Maaf, atas kelancangan saya Pak."

"Kalau saya belum baca chat kamu, berarti saya belum punya waktu untuk membalas pesan dari kamu atau ada waktu untuk bimbingan. Karena saya juga lagi sibuk. Bukan ini saja kerjaan saya. Makanya kalau mau bimbingan sama saya, harus ada janjiannya dulu. Kalau seperti ini, saya lagi ada kerjaan lain, jadi saya tidak bisa membuka bimbingan untuk sekarang ini sama kamu," ucap Pak Rahmat dan dia kembali dengan laptopnya, tidak peduli dengan keberadaan Vino yang masih ada di ruangan itu.

Vino mengepalkan tangannya kuat, karena ia merasa tidak dipedulikan sama sekali. Jangankan untuk melihat skripsinya, menawarkan Vino untuk duduk saja tidak. Vino juga merasa dirinya memang salah, karena datang tanpa membuat janji lebih dulu. Tapi kalau ia tidak datang langsung, yang ada chat yang ia kirim tidak akan pernah direspon.

"Tapi Pak, saya mohon, bapak tolong lihat bentar aja Pak, hasil revisian saya. Maaf, kalau saya tidak bersikap sopan. Kali ini saja Pak, coba periksa dulu hasil revisian saya Pak." Vino sudah mengerjakan skripsi ini semalaman, sampai selesainya saja sudah di jam tiga, sambil belajar dan membaca beberapa buku juga. Biar nanti kalau ditanya waktu bimbingan, ia bisa menjawabnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hai Pandu (SEKUEL PACARKU PRESIDEN MAHASISWA 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang