Alista benar nggak nyaman dengan suasana ini, dia merasa kalau dirinya di tempat ini hanyalah orang asing. Apalagi di sini juga ada Vino yang menambah kecanggungan diantara dirinya, mamaknya dan orang tua Pandu semakin canggung. Sudah dia katakan kepada mamaknya sebelum ini, kalau mereka tidak perlu untuk datang ke acara ini, tapi mamaknya terlalu memaksa pergi.
"Kamu kenapa nggak hubungin aku, kalau mau pergi ke sini?" tanya Vino berbisik." Sebenarnya Vino sudah tahu jawabannya dari Alista, hanya saja, Vino tetap berharap kalau Alista masih memikirkan dirinya.
"Sekarang kita lagi makan bersama, nggak baik membahas apapun sekarang Vin," jawab Alista.
Vino hanya bisa mengangguk kecil, sambil menghela napasnya yang entah kenapa rasanya sesak saja, sejak melihat Alista dan mamanya ada di sini. "Oke, kalau kamu ada waktu, aku mau bicara sama kamu Ta, nanti habis ini," tutur Vino dan Alista hanya diam saja.
"Oh iya Bu, Alista berapa punya saudara?" tanya Aisyah. Aisyah hanya ingin tahu saja, berapa orang anak yang dibesarkan oleh mamanya Alista.
"Alista ado tiga bersaudara Bu. Dan tahun besuak, ado yang mau kuliah juga Bu. Makanya Alista berusaha bana supaya bisa lulus cepat kemarin itu, biar nanti bisa bantu adik-adiknya kuliah juga. Tapi untungnya, Alista anak yang mandiri dan pintar, jadi dia bisa cepat selesai, dan koasnya sama Pandu juga mau selesai kan?" entah apa maksud mamaknya Alista membawa nama Pandu. Apa dia tidak memikirkan ada Vino yang juga di sana? "saya benar berharap, Pandu sama Alista bisa jadi dokter yang hebat."
"Alista pasti bakalan jadi dokter yang hebat bu. Saya benar-benar salut loh sama Alista, dan Vino beruntung sekali loh kamu Vin, dapatin cewek kayak Alista. Makanya jangan sia-siakan Alista ya Vin," ucap Aisyah yang tidak tahu bagaimana hubungan mereka yang sebenarnya. Entahlah, mungkin di muka bumi ini, Vino bisa didefinisikan sebagai cowok yang sabar banget menghadapi kerasnya Alista.
Bahkan, walaupun Vino tidak salah, Vino tetap memilih untuk meminta maaf, agar hubungannya dengan Alista baik-baik saja. "Iya bunda, Vino akan jaga perasaan Alista pastinya."
"Saya juga berharapnya, Alista dan semuanya mendapatkan pasangan yang baik dan setara sama dia. Biar keduanya sama-sama bahagia kan Bu?" Lagi-lagi Anin menyinggung Vino dan tetap berpikir, kalau Vino bukanlah pria yang cocok untuk anaknya Alista. Seharusnya terbalik, Vino yang bersama Airin, bukan sama Alista. Alista cocoknya ya dengan Pandu.
"Benar sekali bu. Tapi anak-anak kita kan pintar-pintar mencari pasangan, bahkan tanpa kita ajari juga mereka tahu, mana pasangan yang baik dan tidak kan?" sambung Aisyah, dan kali ini Anin hanya bisa membalasnya dengan seulas senyum tipis. Karena nasib anaknya tidak sebaik nasibnya pacar Pandu ini.
"Bunda, tapi Airin masih bingung dengan acara makan siang kali ini," tanya Airin kepada bundanya. Wajar saja Airin masih bingung kan? Karena mereka benaran jarang sekali makan bersama seperti ini, sampai mengundang Vino, Kak Alista dan orang tuanya.
"Kamu benaran belum paham juga sayang?" tanya Stella dan orang tua Pandu dan Pandu sekalipun malah terkekeh kecil.
"Iya Airin belum paham bunda, kan bunda belum ngomong sama Airin," tutur Airin.
"Oke, ayah aja deh yang jelasin," ucap Aisyah sambil menahan senyum. Ini benar-benar akan menjadi rencana yang tidak diduga sama sekali sih. Tapi mau gimana lagi kan? Pandu sudah minta duluan.
"Oke." Kebetulan mereka sudah selesai makan bersama, jadi sekarang waktunya untuk mengatakan hal ini. "Jadi begini, Kami sangat senang dengan kedatangan mamaknya Alista di acara sederhana ini. Kami ingin mengajak orang tua dari sahabat anak kami yang datang dari jauh, ikut merasakan kesenangan ini. Ayah sama Bastiian dan keluarga juga sudah berdiskusi untuk hal ini, sesuai permintaam dari Pandu. Cuma Airin yang belum tau tentang rencana ini," ungkap Fadli yang menggantung ini, sehingga membuat suasana ruangan dan meja makan menjadi tegang gini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Pandu (SEKUEL PACARKU PRESIDEN MAHASISWA 2)
Teen FictionPerjalanan hubungan yang juga belum usai. Waktu demi waktu, tingkatan demi tingkatan, masalah demi masalah sudah usai mereka lalui. Namun bagi Airin, Pandu tetaplah Pandu, lelaki manis yang selalu memperlakukannya dengan begitu spesial. "Kak, kenapa...