Obat capek

4.8K 579 86
                                    

Halo semuanya, Hai Pandu update lagi. Selalu kasih support ya sama cerita ini. Mari ramaikan cerita-nya, biar aku semangat juga up-nya. 


Selamat membaca

***

Sudah lama sekali Airin dan kedua abangnya tidak berolahraga keliling kompleks seperti ini. Farrel ada waktu tiga hari libur, jadi dia langsung mengambil hari liburnya itu untuk pulang. Sambil beristirahat di taman kompleks, mereka membeli es krim seperti yang pernah mereka lakukan dulu sebelum Farrel dan Raffael bekerja.

"Bang, dulu waktu Airin masih di kandungan Bunda, Abang senang nggak? Waktu tau bakalan punya adik?" Airin hanya ingin tau, bagaimana perasaan kedua abangnya saat tau bakalan punya adik.

"Gue sih biasa aja," jawab Raffael yang langsung membuat Airin menatapnya dengan sinis. Emanglah, nggak pernah bisa memberikan jawaban yang lebih baik lagi.

"Airin nggak butuh jawaban dari abang. Airin nanyanya ke Bang Farrel aja," ucap Airin. Seharusnya ia tidak memberikan pertanyaan ke Raffael, karena jawabannya tidak akan mengenakkan hati.

Farrel terkekeh kecil seraya menggusar kepala Airin dengan halus. "Senang, apalagi waktu tau kalau kami bakalan punya adik perempuan. Raffael sampai selalu nanyain ke Bunda sama ayah, kapan adik perempuannya bakalan lahir?" Walaupun mereka masih kecil, namun ia masih ingat bagaimana bawelnya Raffael yang setiap hari menanyakan pertanyaan yang sama, sampai Bundanya sendiri capek menjawab pertanyaannya Raffael.

"Masa iya Bang? Bang Raffael kayak gitu? Kan dia nggak senang kalau punya adik perempuan." Pernyataan Airin langsung membuatnya menerima jitakan dari Raffael.

"Ngomong lo, sembarangan," tutur Raffael yang tiba-tiba iseng melahap es krim vanilanya Airin semuanya.

Airin melihat penuh kediaman saat es krimnya yang tadinya masih menjulang tinggi, sekarang tidak tersisah sama sekali. "Ah, es krim Airin!" teriak Airin refleks langsung memukul pundaknya Raffael dengan keras, namun sayangnya Raffael langsung bisa menghindari karena sudah tahu bagaimana reaksinya Airin kalau lagi kesal, Kebiasaannya pasti mukul bahunya terus.

"Bang Farrel! pukul Bang Raffaelnya, Bang!" selalu tempat ngadunya adalah abang kesayangannya Farrel. Padahal ia masih dikit makan esnya, tapi malah Raffael yang melahapnya, mana nggak tahu diri lagi.

"Lo benar-benar ya Raf. Nggak malu sama umur," ujar Farrel.

Raffael malah kabur dengan gelak tawanya, sedangkan Airin sudah nangis duluan karena tidak bisa menikmati dengan puas es krimnya.

"Sudah, jangan nangis. Kita beli lagi aja," ujar Farrel.

Bukannya masalah belinya, nggak enak aja kalau apa yang kita makan terus direbut gitu aja. "Airin doain perut tuh orang buncit, biar Kak Vina nggak mau sama dia."

***

Airin hari ini ingin mengantarkan brownies untuk Pandu. Malam ini, adalah shif-nya Pandu, jadi Pandu dari sore sampai pagi bakalan di rumah sakit dan kemungkinan dia tidak akan memegang hape sama sekali. Airin kalau Pandu sudah bilang jadwal shift-nya kapan, ia juga tidak akan menghubungi Pandu. Kalau Pandu yang menghubunginya lebih dulu, baru Airin bakalan menghubungi Pandu balik.

Dari lamanya hubungan mereka sampai sekarang, Airin jauh lebih dewasa dari yang dulu-dulu. Begitupun dengan Pandu, dia juga tidak lagi hanya memikirkan kesibukkannya saja. Makanya, sesibuk-sibuknya Pandu sekarang, dia selalu menyempatkan dirinya untuk mengirimkan kabar kepada Airin. Apalagi sebentar lagi mereka akan bertunangan secara resmi. Untuk acaranya, menyesuaikan dengan jadwal shift nya Pandu.

Hai Pandu (SEKUEL PACARKU PRESIDEN MAHASISWA 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang