Karakter yang Lebih Penting

4.7K 585 153
                                    

"Orang pintar memang sering dikagumi oleh orang, tapi ada hal yang seharusnya lebih penting dikagumi, yaitu karakter."

***

Airin sangat ingin bertanya kepada Kak Vina tentang apa yang sebenarnya terjadi di antara Kak Vina dan Kak Alista. Ia merasa heran melihat Kak Vina yang tampak begitu marah. Namun, Airin khawatir jika bertanya saat itu justru akan membuat suasana semakin memanas dan tidak terkendali. Airin memutuskan untuk menunda pertanyaannya. Mungkin nanti ia bisa menanyakan kepada Bang Vino tentang alasan di balik pertengkaran antara Kak Vina dan Kak Alista yang terjadi di rumah sakit tadi.

"Cewek sialan! Vino begok! tolol banget jadi cowok!" Vina terpaksa harus menghentikan laju mobilnya karena emosinya masih memuncak. Darahnya terasa mendidih, seolah-olah masih berada pada suhu 90 derajat Celsius. Vina menghela napasnya berulang kali. Seharusnya ia lebih mencaci-maki Alista dari apa yang ia lakukan tadi. Jujur,  Vina belum puas sama sekali. "Seharusnya gue jambak ajak rambutnya. Nggak terima gue, saudara gue digituin."

Airin cukup terkejut melihat reaksi Kak Vina yang tiba-tiba meluapkan emosinya. Sejak mereka masuk ke mobil, Kak Vina hanya diam dengan raut wajah yang menegang. Makanya, Airin memilih untuk tidak melontarkan pertanyaan apa pun agar tidak memperkeruh suasana. "Kak Vina mau minum dulu nggak?" Airin memberikan air mineral yang belum ia buka sama sekali.

Vina menatap botol minuman itu beberapa saat, namun pada akhirnya ia menerimanya juga. "Makasih, Rin." Setelah meneguk beberapa kali, barulah Vina rasanya agak legahan. 

"Sama-sama, Kak," ucap Airin.

"Maaf ya Rin, emosi kakak nggak kekontrol gini. Kakak kira Alista itu cewek yang baik, lembut dan juga perhatian sama Vino. Tapi ternyata selama ini Vino nggak dia anggap sama sekali. Padahal setiap kali ditanyain tentang dia ke Vino, Vino selalu memuji dia di depan orang tua kakak. Bilang dia cewek yang perhatian lah, cewek yang baik lah, cewek yang setia lah, cewek yang dewasa lah. Tapi apa? semua pujian itu nggak ada benarnya sama sekali. Vino hanya menutupi kejelekkan tuh cewek di depan orang tua kakak." Gimana Alista nggak semarah ini? Segitunya Vino memperlihatkan Alista segitu baiknya di depan orang tuanya, tapi balasannya ke Vino hanya hinaan yang dia dapatkan dari Alista. 

"Maaf kak, memang Kak Alista kenapa Kak? Soalnya selama ini  Kak Alista kan orangnya baik, Kak," tutur Airin.

Mendengar Airin mengatakan bahwa Alista cewek yang baik, membuat Vina tertawa getir. Sebelumnya, ia juga berpikiran sama seperti Airin sebelum mendengar sendiri kejadian yang sebenarnya. "Baik Rin? Cewek baik mana yang menganggap kalau cowoknya sendiri pengganggu? Vino memang belum wisuda, tapi bukan berarti dia nggak berusaha untuk menyelesaikan skripsinya. Telat wisuda bukan berarti itu sebuah kegagalan bukan? Seharusnya dia sebagai ceweknya Vino memberikan dukungan dan semangat, bukan malah menganggap Vino nggak selesai-selesai skripsinya karena dia malas dan banyak alasan. Vino itu dah banyak berkorban untuk dia. Waktu dia skripsi aja, Vino yang sering antar dia sana-sini untuk bimbingan sama dospemnya dan Vino juga yang bantuin dana nge print dan beliin buku yang dia perlu. Terus sekarang Vino nggak ada artinya sama sekali sama dia."

"Rin, kamu harus hati-hati sama dia.  Kayaknya dia masih suka sama Pandu," ucap Vina membuat Airin terdiam, "cewek kayak gitu, dia cuma ingin melihat cowok itu dari tingkat keberhasilannya. Dan Pandu kan memang kayaknya tipe dia banget, Rin. Makanya Vino nggak dihargain sama sekali."

"Nggak tau juga kak. Tapi masa Kak Alista kayak gitu, Kak?" Airin yakin, Kak Alista itu bukan cewek yang seperti itu, apalagi Kak Alista tau, kalau ia dan Kak Pandu bentar lagi mau tunangan.

"Kamu nggak boleh baik-baik banget, Rin. Tuh cewek sama aja kayak mamanya yang lihat orang dari kerjaannya aja. Seolah-olah, anaknya itu sudah paling pintar dan paling sukses." Ah, kalau mengingat lagi tentang Alista dan mamanya, bikin darahnya Vina kembali mendidih. "Tapi kamu tenang aja, kalau sampai mereka macam-macam sama kamu. Kakak yang bakal ngehadapin mereka duluan. Adik ipar kakak nggak boleh tersakiti. Bodo amat kalau sekalipun orang itu adalah mamanya Alista." 

Hai Pandu (SEKUEL PACARKU PRESIDEN MAHASISWA 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang