Were Always Here

14.8K 1.9K 441
                                    


Hai semuanya, aku update lagi. Jangan lupa ramaikan tiap paragramnya ya.

Happy Reading.

***

"Terus apa yang mereka lakukan ke kamu?" jantung Pandu berdebar, rasanya begitu sesak.

Airin menenggelamkan wajahnya di dada Pandu. "Nggak terjadi apa-apa, Bang Farrel sama Bang Raffael datang tepat waktu. Dan besoknya mereka dikeluarkan dari sekolah."

Pandu menggenggam erat tangan Airin yang bergemetar, dia tidak pernah tahu kasus bully yang dialami Airin pernah separah ini. "Lalu kenapa kamu nggak pernah cerita tentang masalah ini ke kakak, Rin?" tanya Pandu.

"Aku udah melupakan kejadian itu kak, Ayah sama Bunda sampai bawa aku ke psikiater setelah kejadian itu. Tapi ingatan itu kembali setelah aku bertemu mereka tadi."

Tangan Pandu terkepal kuat, lima tahun Airin menjadi pacarnya, tapi dia belum juga terlalu banyak tahu tentang Airin. Bahkan sewaktu Airin dibully waktu SMA, dia juga baru tahu dari teman-temannya. Airin sering disudutkan saja, dia juga baru tahu dan itu terjadi sampai Airin sudah menjadi mahasiswi sekalipun.

"Kakak minta maaf ya, Rin." Pandu merasa dirinya tidak terlalu pantas untuk Airin, seharusnya dia menjadi tempat Airin bercerita, tapi selama ini dia berpikir Airin baik-baik saja.

"Kak Pandu kenapa minta maaf?"

"Aku nggak bisa jagain kamu, Rin."

"Kak Pandu nggak salah apa-apa. Selama ini Kak Pandu udah sangat jagain Airin."

"Aku bahkan nggak tahu kalau cewek kakak sendiri, menyimpan trauma sebesar ini," lirih Pandu,

"Nggak apa-apa kak, lagian salah Airin juga nggak mau cerita yang sebenarnya ke kakak."

Pandu menatap kedua bola mata Airin teduh dengan tangan yang saling berpegangan. "Janji, kamu nggak akan menyembunyikan apa-apa lagi dari kakak, Rin."

Airin mengangguk tersenyum, "Iya kak, Airin nggak bakal menyembunyikan apa-apa lagi dari kakak."

"Untuk mereka tadi, kamu nggak usah takutkan apa-apa lagi ya. Apapun yang pernah mereka katakan atau yang mereka lakukan ke kamu, anggap saja bukti Tuhan memperlihatkan ke kamu, kalau orang seperti itu tidak bisa dijadikan sebagai teman," jelas Pandu, "kakak tahu kamu masih trauma dengan kejadian itu, tapi seandainya kamu bertemu lagi dengan mereka, jangan perlihatkan sesuatu yang membuat mereka beranggapan kalau kamu lemah.Karena itu akan membuat mereka semakin menindas kamu. Ingat saja, kamu mempunyai orang-orang yang begitu mencintai kamu, ayah bunda, ada Bang Farrel, Bang Raffael, teman seperti Sarah, dan ada kakak. Orang yang menindas kamu dulu, lihat saja, apa nanti dia lebih hebat dari kamu?"

"Kakak tahu, cewek kakak adalah perempuan yang lembut dan juga bijaksana. Rasa takut itu dilawan bukan dibiarkan, tapi lawan dengan sesuatu yang membuat mereka bungkam, bukan dengan otot atau omongan yang nggak berisi, tapi dengan pencapaian dan perubahan positif dari kita sendiri."

Airin tersenyum bangga, apa yang dikatakan Pandu selalu membuat cara pandangnya menjadi lebih dewasa dalam menyikapi sesuatu. "Terima kasih ya kak selalu membuat Airin merasa tenang."

"Apapun buat Tuan Putri."

Pandu merasakan hape di jaketnya bergetar, dia segera melihat siapa yang memanggil, ternyata Astra, Pandu menjawab panggilan Astra. "Aku jawab dulu ya," ucap Pandu dan Airin mengangguk.

"Ada apa Tra?"

"Lo di mana?"

"Lagi di luar," jawab Pandu.

Hai Pandu (SEKUEL PACARKU PRESIDEN MAHASISWA 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang