52. Problematik

5.4K 1.2K 107
                                    

Memulai minggu pertamanya memasuki sekolah usai kompetisi EKSEMPELAR benar-benar telah berakhir, jujur saja mendatangkan suatu permulaan yang aneh untuk Karin jalani lantaran tidak seperti biasanya, perempuan tersebut merasa ada beberapa bagian dari dirinya yang hilang di keseharian.

Entah itu sorak sambutan selaku juara kedua, antusiasme belajar, atau kegembiraan saat berkumpul bersama Rania dan Namira, Karin sukar menikmati waktunya sebab sekian perkara yang berkaitan dengan babak final kemarin masih menyangkut di kepala.

Usahanya berpura-pura bahwa segalanya baik-baik saja tidak membuahkan hasil yang berguna sampai-sampai kedua sahabat dekatnya menyadari kebohongan tersebut. Ketika ditanya, awalnya Karin banyak diam karena ia sendiri sedang kebingungan memproses serba-serbi peristiwa yang menghantuinya bekalangan ini. Namun, mengingat alasannya menangis di belakang panggung kala itu, Karin pikir semua jelas berpusat pada kekhawatiran yang ia simpan untuk Alfa beserta kegagalannya memenangkan perlombaan.

Merujuk ke kasus yang pertama, sudah terhitung 2 hari ini, laki-laki itu tidak tampak di lingkungan Bina Bangsa niat memborong satuan jatah absensinya. Sejumlah kiriman pesan Karin yang tiada bosannya selalu menanyakan perihal kabar, bahkan tidak dibalas oleh Alfa sekali pun tetap berupaya memberi respons yang sama, yaitu kukuh mengabaikan.

Sejatinya ingin marah, Karin tidak bisa lantaran besar kepeduliannya atas keadaan lelaki tersebut sukses mengendalikan hatinya untuk pelan-pelan mengambil tindakan konstruktif. Kadar sensitivitas Alfa yang demikian tengah bergejolak, tidak boleh Karin usik secara sembarang tanpa mengetahui seluk-beluk penyebabnya. Namun, tidak semudah itu pula membuka kotak permasalahan yang bersemayam di benak lelaki tersebut, Karin malah terjebak situasi yang menjengkelkan sebab reaksi pasif Alfa benar-benar membuatnya kesulitan.

Sebetulnya, Karin melewatkan apa selama 15 menit sesi wawancaranya berlangsung hingga tiba-tiba Alfa terlampau kalut menampung emosi?

Kejernihannya selepas 24 jam penuh mengurung diri hanya membantu Karin lebih sabar menanggapi persoalan, namun tidak menemukan serba-serbi petunjuk yang bermanfaat.

Beralih ke perkara nomor dua, sehubungan dengan aksinya mengunci eksistensi di kamar tepat setelah agenda EKSEMPELAR rampung dilalui, momen di mana berbagai kritik pedas dan komentar menyakitkan terlempar keluar, akhirnya sekarang dapat Karin rasakan begitu ia tidak lagi melakukan mogok aksi bersosialisasi.

Melihat perilaku anaknya kembali aktif seperti semula, Anna mungkin menganggap, kini adalah saat yang paling pas untuk mengevaluasi kekurangan di panggung final sebelumnya. Kekalahan yang terjadi tanggung sekali cuma berselisih satu poin. Seolah tak cukup berpusat pada titik itu, kesalahan kecil nan mendetail turut dilontarkan pula terkait penurunan performa Karin di putaran kedua. Bagaimana pun juga, besar harapan Anna gagal diimplementasikan sehingga ia tak segan menguliti buruknya kemampuan Karin habis-habisan di ruang keluarga.

"Mamah nggak paham lagi, deh, sama kamu. Tinggal satu soal terakhir, loh, Rin! Cuma materi bangun geometri aja masa kamu salah jawab? Kamu sungguh-sungguh nggak, sih, belajarnya?"

Terlalu bersemangat menyoroti agenda sampai-sampai keliru dalam menilai keadaan yang terpenting, sebenarnya kondisi Karin belum membaik barang sedikit pun sehingga untuk merespons keluhan yang didapat, ia agak tersinggung kenapa mamahnya enggan sekali memberikan kelonggaran.

Tidakkah semuanya jelas? Bahwa Karin sama kecewanya, lelah, dan juga kesal atas permainan yang berlangsung di babak final waktu itu? Saking kacaunya, Karin, bahkan kehilangan semangat menjalani aktivitas sehari-hari, namun dengan mudah, mamahnya malah tega memperburuk suasana hati.

"Itu juga sainganmu. Siapa namanya? Alfa, ya? Masa peringkat satu mainnya begitu, sih? Dia nggak berkontribusi apa pun, loh, di putaran kedua! Heran, deh, Mamah. Kamu, kok, bisa kalah sama anak kayak dia?"

KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang