Epilog

14.3K 1.6K 208
                                    

Sepanjang 3 bulan memegang status selaku kepunyaan dari seorang Keith Farez Alfansa, jujur saja memberi warna tersendiri bagi kehidupan Karin yang dahulu tampaknya sangat anti dengan yang namanya hubungan romansa. Awal mula ketika semuanya terjadi, Karin utuh menelan ludahnya sendiri lantaran ia benar-benar habis dimabuk kasmaran tanpa henti.

Alfa itu, orangnya manja sekali ternyata. Menanggapi sikap lelaki tersebut yang sekian hari selalu tak mau pergi jauh darinya, sontak mendorong Karin tak memiliki pilihan lain kecuali mengikuti alur romansa yang banyak diimplementasikan oleh anak muda masa SMA.

Datang ke kantin seringnya berdua, pulang sekolah rutin diantar sampai ke rumah, sedangkan setiap akhir pekan, mereka tak pernah absen menjadwalkan agenda khusus, seperti pergi mengunjungi makam Nenek atau acapnya berkencan mesra.

Entah memang semuanya tidak seburuk yang Karin bayangkan atau ini karena pacarnya adalah sosok incaran nomor satu di Bina Bangsa, menjalaninya, jujur Karin malah terpikat ragam emosi positif sebab Alfa kelewat manis pula memperlakukannya selaku pujaan hati yang paling dianggap berharga.

Laki-laki itu tahu betul bagaimana cara menyayangi dan membuat Karin merasa aman. Segala jerih payah Karin dahulu perihal rajin mendekati, memahami, dan membantu perkara laki-laki itu tanpa pamrih, kian berbuah pembalasan sebaliknya kini, Alfa senantiasa berusaha hadir di saat Karin membutuhkan.

Namun—seiring waktu berlalu, ketika Namira dan Rania sembarang menyindir lantaran Karin sekiranya lupa tak lagi memedulikan mereka sebagai teman, perempuan itu lantas mengevaluasi apa baru-baru ini rutinitasnya memunculkan sebuah kesalahan. Walau Karin paham, maksud Namira dan Rania itu sejatinya hanya bercanda, Karin tetap berupaya teliti tak ingin aspek kehidupannya ada yang menyusut akibat fokusnya banyak terforsir ke hubungan romansa.

Setelah menimbang-nimbang mengambil satu hari demi merenungkan permasalahan, Karin pikir produktivitasnya mengikuti perlombaan belakangan ini, agaknya memang menurun semenjak ia memutuskan untuk berpacaran. Adapun, sebetulnya Karin juga merasa tidak enak pada rombongan Zaki, Farhan, Vero, dan Revo yang—kadang kala—suka melempar tatapan sinisnya seolah memandang Karin bak sosok penyihir jahat karena tega memegang penuh kendali teman mereka—Alfa.

Awalnya, mendiskusikan hal tersebut kepada sang pacar, laki-laki itu sontak merajuk tak mau membatasi apa pun atas kedekatan yang dimilikinya sekarang. Teguh mengemukakan pendapat, Karin menjelaskan ini bukan layaknya mereka sedang mengambil jarak melainkan mencoba mengefektifkan hal lain selaku pelajar. Berminggu-minggu kian cemberut sebab waktunya bersama Karin sontak terkuras diganti kesibukan, pada akhirnya Alfa mampu beradaptasi sendiri mengisi kekosongannya terhadap kegiatan yang dinilai bermanfaat.

Menyaingi tekunnya Karin yang menebar semangat antusiasme, Alfa turut aktif kembali menyusuri dunia kompetisi, namun berbeda dari sebelumnya, laki-laki itu tengah tertarik menulis kumpulan karya esai. Tanpa bosan mengamati Alfa memaparkan kerangka berpikirnya secara lugas dan berwibawa, Karin malah dibuat semakin terkesima tidak tahu harus bagaimana lagi menangkal pesonanya yang bertebaran. Baru ekstensif memelajari bidang tersebut selama hitungan beberapa bulan saja, Alfa sudah sanggup mengukir sekian prestasi yang mengharumkan almamater sekolah.

Sebaliknya, sepanjang itu pula Karin banyak memborong penghargaan—puncaknya adalah meraih medali perunggu sekancah asia tenggara, Alfa ikut bangga tak luput mampu mengalihkan pandangannya dari sang pujaan hati ternama.

Mengevaluasi hasil perkembangan tersebut, Alfa dan Karin lantas saling sepakat meyakini bahwa menyeimbangkan laju akademik serta romansa pada porsi yang sesuai, sesungguhnya merupakan agenda paling tepat untuk senantiasa bertumbuh selaku pasangan remaja.

Sekilas tentang Luna, relasi Karin terhadap perempuan yang dikenal paling lembut dan peka itu masih terjalin dengan baik di luar maupun dalam sekolah. Belakangan ini, Luna sedang berfokus menyebarluaskan garapan seninya yang tentu didampingi Alfa, Karin gemar berkunjung ke acara pameran yang diadakan sanggar melukisnya.

KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang