"Serius lo, ini udah jam 11 malam loh, kok masih ga mau pulang sih." Kata Lisa kepada Chaeyoung yang sedari pulang kuliah tadi bermain dirumahnya dan sampai sekarang tidak pulang kerumahnya sendiri, padahal teman-temannya yang lain sudah pada pulang jam 9 tadi.
"Nanti ajalah gue pulangnya." Ucap Chaeyoung menjawab perkataan Lisa.
"Itu Jennie sendirian dirumah emangnya gapapa?" Tanya Lisa.
"Gapapa." Jawab Chaeyoung, Lisa yang mengertipun mengangguk, tetapi Chaeyoung melanjutkan perkataannya "Keknya." Lanjut Chaeyoung dengan mimik muka yang biasa saja.
"Stress ni orang, dah ah pulang lu sana!"
"Parah banget sih masa teman sendiri diusir." Ucap Chaeyoung sambil mempoutkan bibirnya.
"Gue mau tidur, ngantuk nih, sana woi pulang, ini udah lebih dari jam bertamu!"
"Ishh iya-iya!" Chaeyoung sedikit kesal.
"Lah kok lu malah kesal sih!" Lisa bingung dengan kelakuan Chaeyoung, seharusnya yang marah dan kesal disini adalah dirinya.
"Byebye." Ucap Lisa tersenyum saat Chaeyoung memasuki mobilnya, sedangkan Chaeyoung hanya menghembuskan nafasnya pasrah.
Setelah meninggalkan rumah Lisa, Chaeyoung langsung segera menuju kerumah miliknya dan juga milik Jennie.
Membuka pintu kamar dengan pelan, agar tidak menganggu Jennie yang kemungkinan sudah tidur. Ia menghidupkan lampu kamar karena lampu kamar sudah dimatikan Jennie dan hanya lampu tidur yang hidup.
Saat lampu kamar telah dihidupkan, Chaeyoung dapat melihat Jennie yang sudah terlelap dalam tidurnya, melihat Jennie dapat membuat Chaeyoung mengukir senyumnya. Meninggalkan Jennie yang tertidur kini ia berada di kamar mandi, karena ia ingin mandi sebelum ikut tidur juga.
Chaeyoung masih marah sama Jennie, tapi itu saat didepan Jennie saja, dibelakang Jennie ia tetap perduli dan selalu memikirkannya.
15 menit berlalu selesailah Chaeyoung dari mandinya, ia telah menggunakan piyamanya dan menuju pintu untuk keluar dari kamar, ia ingin kedapur untuk mengambil minum saat ini ia merasa haus.
Chaeyoung telah kembali kekamarnya, kini ia merebahkan badannya secara perlahan disebelah Jennie masih dengan guling sebagai pembatas mereka.
Ada satu yang mengusik pendengaran Chaeyoung, dan itu adalah ulah Jennie, Chaeyoung mendengar nafas Jennie yang berat dan terengah-engah, ia melihat wajah Jennie yang sedikit merah.
Terlihat kekhawatiran dimuka Chaeyoung, saat ia menaruh punggung tangannya di jidat Jennie, karena badan Jennie terasa sangat panas.
"Dia sakit?? Demam?" Kekhawatiran itu semakin menjadi-jadi, Chaeyoung turun dari ranjangnya, dan berlari menuju dapur lagi.
Ia mengambil air untuk mengompres Jennie, setelah sampai di kamarnya ia langsung mengompres Jennie.
Selama 1 jam ia bekerja keras mengompres Jennie, tetapi suhu panas Jennie tidak menurun, malah semakin menaik, ia mengukurnya dengan termometer.
"Aish gue harus ngapain." Ucapnya sambil melihat wajah Jennie, ia sangat sedih saat melihat Jennie seperti ini.
Jam 00.30 a.m ia pergi keluar menuju apotek untuk membeli obat penurun panas untuk Jennie.
Setelah sampai di apotek ia langsung bertanya kepada karyawan disana "permisi, mbak obat penurun panas apa ya? Panas karna demam mbak." Tanyanya.
"Oh ini kak." Tunjuk karyawan tersebut sambil memegang obatnya.
"Yaudah saya beli ya mbak."
"Harganya 7500 won kak."
Chaeyoung mengeluarkan uang 10000 won dan langsung memberikannya kepada karyawan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲[𝕔𝕙𝕒𝕖𝕟𝕟𝕚𝕖] •END•
أدب الهواة~𝚈𝚘𝚞'𝚛𝚎 𝚖𝚢 𝚍𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢~ "𝙺𝚘𝚔 𝚕𝚘 𝚐𝚊 𝚗𝚘𝚕𝚊𝚔 𝚙𝚎𝚛𝚓𝚘𝚍𝚘𝚑𝚊𝚗 𝚒𝚗𝚒?" -𝙺𝚒𝚖 𝙹𝚎𝚗𝚗𝚒𝚎 "𝙺𝚊𝚕𝚘 𝚍𝚒𝚝𝚘𝚕𝚊𝚔 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚙𝚊𝚜𝚝𝚒 𝚐𝚊 𝚋𝚒𝚜𝚊, 𝚐𝚞𝚎 𝚝𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊 𝚊𝚓𝚊, 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚐𝚞𝚎 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚝𝚎𝚛𝚕�...