𝙼𝚊𝚏𝚒𝚊 (2)

1.2K 133 2
                                    

Chaeyoung merasakan kepalanya sangat pusing, ia terbangun ditempat gelap.

"Woi! Keluar lo pada!" Teriaknya.

"Percuma badan besar beraninya sama cewek." Teriaknya lagi.

"Apa kalian semua banci? Seperti boss kalian itu?" Tanyanya meremehkan.

"Hahaha." Tawa renyah itu terdengar ditelinga Chaeyoung.

"Kau perempuan tetapi berlagak sok jagoan." Ucap seorang pria.

Tiba-tiba yang tadinya gelap, sekarang sudah bercahaya akibat lampu yang telah dihidupkan.

Chaeyoung dapat melihat seorang pria paruh baya yang duduk santai didepannya hanya berjarak 2 meter saja.

"Siapa kau?!" Tanya Chaeyoung marah.

"Dia ayahku." Jawab Kai yang datang entah dari mana.

"Ohh begitu." Jawab Chaeyoung santai.

"Appa, apa yang harus kita beri padanya? Atau kita langsung saja membunuhnya?" Mendengar pertanyaan Kai kepada ayahnya membuat Chaeyoung merinding.

"Main bunuh-bunuh aja, gue gentayangan mampus lu pada." Batinnya.

"Tidak usah terburu-buru Kai, sepertinya kita harus memberikan pelajaran dari yang kecil dulu." Jawab ayah Kai.

"Tuan ini pisau permintaan anda." Kata seorang pria kurus dengan rambut yang sedikit panjang, yang tak lain adalah Loren.

"Baik, terima kasih." Jawab ayah Kai setelah menerima pisau dari Loren, Loren pun tersenyum menjawab ucapan terima kasih dari tuannya, dan ia juga tersenyum kearah Chaeyoung.

Chaeyoung hanya terdiam, ia sangat bingung, dengan senyuman Loren yang tak bisa diartikan itu.

"Loren." Panggil ayah Kai.

"Iya Tuan?" Tanya Loren.

"Kau berikan sedikit karya di bawah matanya, aku ingin melihat hasil karyamu disana." Perintah ayah Kai sambil menyerahkan pisau tadi kepada Loren lagi.

"Baik Tuan." Loren mengambil pisau itu, lalu ia mendekati Chaeyoung.

"Apa yang mau lo lakuin." Ucap Chaeyoung.

"Lo gak dengar perkataan Tuan gue tadi? Gue mau membuat sebuah karya cantik di bawah mata lo." Jawab Loren lalu Kai tersenyum mendengar perkataan Loren.

Dengan Cepat Loren menyayat kulit yang berada di bawah mata Chaeyoung hingga memiliki luka goresan kecil disana.

"Akhhh..." Teriak Chaeyoung.

"Lo!." Marah Chaeyoung seraya menatap Loren tajam dengan sebelah matanya yang tertutup akibat sakitnya luka yang berada dibawah matanya itu.

"Gue apa?" Tanya Loren, Chaeyoung hanya diam sambil terus menatap Loren tajam.

"Bagus Loren! karyamu sangat bagus! sekarang, berikan sebuah karya di telapak tangan kanannya." Ayah Kai tertawa puas melihat kerja bagus Loren.

"Tusuk saja tak usah digores." Lanjut ayah Kai memerintah Loren lagi.

"Baik Tuan, dengan senang hati saya menurutinya." Jawab Loren lalu ia mengalihkan arah pisaunya menuju ke telapak tangan kanan Chaeyoung.

"Ya! Jangan lakukan itu!" Teriak Chaeyoung, Loren hanya menanggapinya dengan tersenyum.

Chaeyoung tak bisa berbuat apa-apa, tubuhnya, tangannya, dan kakinya sudah diikat sedari ia sampai ketempat itu tadi.

Loren lalu menusukkan pisau tersebut, Chaeyoung berteriak histeris karena kesakitan yang sangat-sangat sakit, Loren bahkan menggerak-gerakkan pisaunya setelah ia berhasil menusuk tangan Chaeyoung dan itu menambah rasa sakit ditangan Chaeyoung.

𝐃𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲[𝕔𝕙𝕒𝕖𝕟𝕟𝕚𝕖] •END•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang