HOLIDAY TEARS

163 34 87
                                    

Jinwoo POV :

Sebelum ke kantor, aku menyempatkan diri untuk sekedar mencari kopi. Kuparkirkan mobilku di depan starbucks, kedai kopi langgananku.

Americano Ice jusseyo” requestku kepada barista laki-laki yang mengenakan seragam dan apron berwarna hitam.

single atau double shot?” tanya barista itu dengan ramah.

single shot” jawabku.

“atas nama siapa?” tanyanya lagi.

“Choi Aera” tiba-tiba saja aku ingin membubuhkan nama itu di kopiku.

Setelah kudapatkan kopi yang ku pesan, aku kembali ke mobilku. Menyeruput kopi kesukaanku. Melihat nama yang terukir di coffee cup itu. nama yang indah, nama yang membuatku selalu mencintainya.

Mataku kini menangkap tas kerjaku, tiba-tiba saja aku teringat hasil pemeriksaanku, aku yakin kertas itu masih berada di tasku yang kemarin. Bagaimana jika Aera menemukannya? Tanpa pikir panjang, ku tancapkan gas dan kembali ke rumahku. Semoga saja, Aera belum melihatnya.

Sepanjang perjalanan, hatiku tak karuan. Jawaban apa yang harus kuberikan jika ia melihatnya? Tuhan, aku belum siap melihat betapa hancurnya wanita yang kucintai itu.

Untung saja, jarak dari kedai kopi menuju rumahku hanya berkisar lima menit. Segera aku turun dan sedikit berlari menuju ruang kerjaku. Aku yakin, tas situ masih tergeletak disana.

kreekk..”

Kubuka pintu ruang kerjaku, mataku langsung tertuju kepada Aera yang sedang tersungkur di lantai, kemudian kulihat juga kertas yang tergeletak di sana.

Hatiku mencelos, Aera sudah melihatnya. Ia menatapku dengan deraian air mata, terlihat betapa hancurnya hati wanita yang kukasihi itu.

“Aera-ya” dengan perasaan sesak, ku sebut namanya.

Tangisnya semakin menyeruak setelah melihatku. Dia tidak menjawab.

“kau melihatnya?” tanyaku sangat hati-hati.

“kau kembali untuk mengambil ini? jika aku tidak melihatnya hari ini, kau akan tetap menyembunyikannya?” tanyanya dengan nada yang pedih.

Perlahan aku berjalan ke arahnya. “aku bisa jelaskan..”

stop disana” Aera menghentikanku, kemudian ia mengambil langkah mundur. Dadaku semakin sesak.

“bahkan setelah menikah dan memiliki seorang anak, kau tetap mengingkari janjimu. Sebegitu tidak berartinya aku, sampai kau menyembunyikannya dan merasakan sakit itu seorang diri?”. Sahutnya yang semakin pilu.

anieo.. kau jangan salah faham. Aku sudah berniat memberitahumu kemarin” kulanglahkan kakiku perlahan ke arahnya. Dia terdiam mendengar jawabanku.

“Aku yang salah, aku yang egois bukan? Memberimu kabar bahagia di atas penderitaanmu” ia menangis lagi. Aku yang sudah tidak tahan kemudian merangkulnya dalam dekapanku. Tangisnya semakin pecah.

mianhae” sahutku dengan air mata yang mulai mengalir.

“kenapa hal ini terjadi lagi padamu” perkataan itu berhasil membuatku tertusuk.

Dia melepaskan pelukanku, dan mengahapus air matanya.

“Jinu-ya, kita gabisa buang-buang waktu. Kau perlu melakukan operasi? Kita harus pergi ke rumah sakit sekarang”. Dia menarik lenganku. Aku hanya diam di tempat.

wae? kenapa kau diam?”

Aku mensejajarkan badanku dengannya.

“sebelum aku operasi, aku punya beberapa permintaan. bolehkah?” tanyaku padanya.

Is He Angel? || Jinjin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang