ANGELIC SMILE

145 32 88
                                    

"Sarange"
Tiba-tiba saja dia mengatakannya tepat di dekat telingaku.

Aku nge-bug beberapa saat. Apa telingaku tidak salah dengar?

"Ahjussi, kau dengar? Sarange..." dia berteriak, membuat semua yang sedang menikmati makan dan minum di bar tent itu menoleh.

"Aish..." aku membawa dia keluar dari bar tent itu.

Saat ini aku sedang menggendongnya.
Sepanjang jalan, ia terus berceloteh.

"Ya! Kau siapa? Turunkan aku!" Dia berteriak sangat nyaring, kemudian ia gerak-gerakan badannya meminta turun. Baru beberapa menit saja dia sudah lupa jika sedang bersamaku.

"Ish, kau sungguh merepotkan" aku menurunkannya dan membantunya duduk di kursi yang ada di trotoar.

"Dimana handphoneku?" Dia membuka tas dan mengeluarkan handphonenya.

"Kau akan menghubungi siapa?" Tanyaku.

"Sssttt... aku akan menelpon ahjussi yang menyebalkan itu"
Sahutnya dengan mencari nomor telpon seseorang.

Aku memicingkan mataku.

Handphoneku bergetar.

"Kim Yerin, orang yang kau telpon ada di depan matamu" sahutku.

"kau jangan berisik, orang menyebalkan ini selalu marah-marah" sahutnya sambil membungkam mulutku dengan satu jarinya.

Aku menghela nafas, ku geser layar hp-ku dan mengangkat panggilan konyol itu.

"Ahjussi? Jigeum odiya? (Sekarang kau dimana?)
Na... boghosipho" dia mengatakannya dengan raut wajah yang sedih. Aku sedikit tersentak melihatnya.

"Ahjussi, keugo ara? (Kau tahu?) Perasaan ini sangat menyiksaku. Geunde, aku bisa menahannya"

"Ahjussi, aku tahu kau belum bisa melupakan cinta pertamamu, Aku siap menunggumu untuk itu. Kau butuh waktu berapa lama untuk menyembuhkan lukamu? Satu tahun? Dua tahun? Tiga tahun? Aku bisa melakukannya. Tolong, beri aku kesempatan. Eoh?"

"Ahjussi"

"sarange"

Ia meneteskan air matanya.

Perasaan sesak apa ini? Gadis ini begitu tulus mengatakannya. Aku sangat tahu perasaan itu. Perlahan ku naikkan jariku ke wajahnya, aku menghapus air matanya.

"Uljima"

"Mianhae"

Aku memeluknya dan mengelus rambutnya. Dia larut dalam tangisnya.

***
YeRin POV

pukul 06.00 pagi.

Bunyi alarm membangunkanku. Perlahan mataku terbuka.

"Hoaaamm... argh, kepalaku sangat pusing"

Aku berusaha mengumpulkan nyawaku.

"Jam berapa aku pulang? Kenapa aku ga ingat apapun?"

Aku segera pergi mandi dan berganti baju.
Setelah semua siap, aku turun untuk sarapan.

"Sudah siap? Bagaimana kepalamu?
Tanya ibuku sembari menyodorkan sup panas.

"Sudah sedikit baikan" jawabku. Kemudian ku sruput sup buatan ibu.

"Eomma, aku tidak ingat bagaimana aku pulang semalam". Lanjutku pada ibu sembari berusaha memutar kembali memoriku.

Is He Angel? || Jinjin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang