22. Thunder vs Rantai Hijau

10 1 1
                                    

Dirga memerintahkan Dion, Bian, Arya, dan Rasya untuk mengumpulkan seluruh anggota Thunder yang ada di pelosok Jakarta dan mengumpulkan mereka di lapangan.

Puluhan orang datang dengan bendera yang dibuat masing-masing, berlambang petir yang akan siap menyambar. Ada juga yang membuat tato petir. Tapi dari itu semua, mereka semua seragam menggunakan pakaian serba hitam.

Mereka beramai-ramai mendatangi Dirga yang sudah duduk diatas pipa, dengan anggota teamnya berdiri seperti ksatria yang menunggu raja.

"Datang semua rupanya...", Dion menyeringai menyilangkan kedua tangan.

"Jadi segini ya anggota Thunder...gue harap mereka sekuat ratusan orang", komentar Arya mengikat rambutnya menjadi man bun dimana Rasya hanya mendengus mengibaskan rambut ikalnya.

Lalu Bian menyalakan megaphone, menyerahkannya ke Dirga yang segera berdiri selaku ketua.

"Kita tau kan kenapa kita kumpul hari ini?", tanya Dirga dengan suara yang pecah di megaphone.

"YA!", seru anggota Thunder serempak

Dirga melanjutkan,
"Kita bakal bantai geng sialan itu! Kita bakal hancurin geng pembuat onar itu! Thunder memang geng berandalan tapi kita bukanlah perusak atau pelanggar hukum! Kita ada di jalan yang benar jangan pernah ragukan itu!", ucapnya berapi-api, berusaha membakar semangat anggotanya.

"Kita bukan geng yang mengekang, yang cuma bikin teror. Kita ini geng yang melindungi! Yang bermain dengan api agar semua aman!"

Dirga menghentak pipa seperti hendak memecahnya, berteriak di megaphone, "Ayo saudaraku! Ayo kita hancurkan mereka! Ayo kita sudahi teror mereka dan ayo selamatkan Amanda! Jangan kasih ampun guys kita ga boleh menyisakan sedikitpun! Ini udah bukan era Rantai Hijau lagi!"

"INI ERA THUNDER!"

WUOOOOOO

Sekarang para anggota dibakar api semangat, membuat Bian terpukau dengan hal ini,

"Ternyata bisa juga ya lu"

"Hehe. Tapi gitu-gitu dia Arga lho", komentar Rasya melirik ketua geng mereka, yang sebenarnya sama dengan orang yang lemah.

Lalu mereka berbondong-bondong pergi ke tempat mereka akan berperang. Dengan api yang berkobar-kobar mereka mengibarkan bendera mereka, meneriakan yel yel Thunder, dan sering kali memberi peringatan ke warga sekitar akan bahaya Rantai Hijau.

Mereka sampai di tempat perjanjian, di jalan besar yang diblokir.

Awalnya mereka membayangkan jalanan lebar nan panjang dan bersih untuk digunakan. Tapi mereka lupa, bahwa lawan mereka bukanlah geng yang menuruti hukum.

Api sudah berkobar dimana-mana. Di ban, di mobil, dan di beberapa pakaian wanita. Mereka sudah mengotori jalan, membakarnya, dan melanggar janji.

Melihat itu saja sudah membuat Dirga bergidik jijik, tapi mereka sudah tidak bisa mundur lagi.

Dirga dan gengnya masuk ke jalanan itu dengan senjata di tangan masing-masing. Namun anehnya jalan ini begitu sepi, membuat mereka terdiam mengawasi sekitar, awas-awas jika serangan mendadak.

"THUNDER BAGI-BAGI KE DIVISI MASING-MASING! JANGAN SOLO!", bentak Dirga dengan sangat lantang, kemudian berpencar bersamaan dengan grup masing-masing. Tapi Dirga sendiri....berjalan seorang diri.

Bian, Rasya, dan Arya selalu ada di barisan belakang, memikirkan strategi dan memberitahukannya ke anggota lain.

Rasya diketahui memiliki jarak pandang yang luas, namun dengan api yang menyala-nyala seperti ini...susah rasanya untuk melihat pergerakan.

DirgantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang