24. Yang Dicinta dan Yang Pergi

10 3 1
                                    

Naisya berakhir dengan nasib yang sama dengan Amanda.

Bedanya Naisya tidak pasrah dengan nasib, ia masih menggeliat berusaha melawan. Ikatan talinya sangat kuat, membuat tangan Naisya mulai merah.

"Lu lagi lu lagi! Ga bisa ya lu bikin hidup orang tentram?!", marah Naisya dengan rambut pendeknya yang mulai berantakan.

Pelaku dibalik semua masalah, Liam, terkekeh menggaruk rambut hijau terangnya.

"Life is never flat", balas Liam mengutip snack kentang yang akrab ditelinga, namun kemudian ia menyeringai,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Life is never flat", balas Liam mengutip snack kentang yang akrab ditelinga, namun kemudian ia menyeringai,

"Hidup itu yang menantang dikit dong. Jangan adem adem terus nanti lupa apa itu adrenalin"

"Liam...", panggil Amanda tapi Naisya segera memotong,

"LHO?! Lu kenal dia juga?!", tanya Naisya dengan mata membulat

Liam yang berdiri menurunkan satu alis, tampak terkejut dengan Naisya. "Lu ga tau? Gue sama Amanda punya sejarah"

Mata Naisya semakin membulat, membuat Liam jongkok menceritakan hubungan diantara 2 gadis itu.

"Gue dan Amanda...saudaraan"
_________________________________________
Amanda dan Liam adalah kerabat jauh.

Mereka jarang sekali bertemu, hanya saat di acara keluarga tertentu atau saat orang tua mereka hendak melakukan bisnis keluarga.

Disaat mereka sibuk, Amanda dan Liam akan berbincang.

Bukan sebagai saudara, tapi sebagai pria dan wanita.

Dulu Liam tidak terlihat seperti sekarang. Ia terlihat culun dengan kacamata dan rambut pendek. Wajahnya dipenuhi jerawat dan ia sering menggaruk lehernya sendiri.

"Liam, sebenernya muka lu bisa dibilang ganteng lho", ungkap Amanda berpangku dagu menatap saudara jauhnya. Liam terdiam, menoleh ke Amanda dengan mata agak membulat.

"Iya. Tapi lu kesannya kaku, jadi ga mencolok. Padahal bisa lho lu populer", lanjut Amanda.

"Tapi gue disuruh begini sama papa. Gue kan pewaris bisnisnya", jawab Liam dengan kantung mata yang terlihat berat, menunjukan rasa lelah memenuhi keinginan ayahnya sendiri.

Amanda menyeringai, "Emangnya lu mau kaya begini?"

Beberapa kali Liam mengerjapkan mata, tidak paham dengan maksud gadis itu.

"Maksudnya?", tanya Liam.

"Hm...gini. kan bapak lu penuh dengan bisnis. Emangny lu mau itu? Berbisnis, ngikutin bapak lu kemana-mana sampe ga jadi diri sendiri? Memangnya ini orang yang lu mau? Orang kikuk...ngomong cuma disaat penting. Atau yah...gue bukannya hina lu ya tapi lu keliatan...plain"

Liam jadi terpikirkan kalimat itu. Ia mencernanya dalam-dalam, bertanya ke diri sendiri apa sosok inilah yang ia mau? Pria kaku yang selalu serius berbisnis, memoles dirinya habis-habisan agar terlihat rapih.

DirgantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang