10. Jealousy

43 10 4
                                        

Dirga berhasil menjemput Amanda.

Padahal awalnya Dirga sudah penuh persiapan, ingin menghajar orang misterius itu, si Rantai Hijau.

Namun sesampainya di tempat yang diyakini sebagai markasnya itu, tempat yang sama saat mayat adiknya ditemukan, ia tidak menemukan apa-apa.

Hanya ada Amanda yang menangis ketakutan, disekap dan ditutup matanya. Tanpa berpikir panjang, ia menyelamatkan Amanda.

"Kamu ga inget orangnya?", tanya Dirga ke Amanda yang sedikit lebih tenang. Mereka duduk di taman dekat sana sembari menunggu yang lain menginvestigasi.

Amanda meremas tangannya sendiri, "Aku...tidak ingat..."

Amanda kemudian menceritakan bahwa saat dia berdiri tidak melakuka  apa-apa, tiba-tiba ia disekap dan matanya ditutup. Ia ingat berada di mobil yang bau citrusnya sangat menyengat, namun setelah itu, ia dipaksa turun dan jalan sebentar.

"Aku ingat jalan itu berkelok-kelok dan pada akhirnya...aku masuk ke tempat kayu ini dan...ditinggal", jawab Amanda gugup. Dirga menghela nafas tidak habis pikir.

Siapa orang yang ada dibalik ini semua?
Mau apa dia dari Dirga?
Dan mengapa ia menculik Amanda dan meninggalkannya di tempat yang berkenangan buruk lagi?

Bahkan sampai sekarangpun, ia belum menemukan siapa pelakunya.

Dirga kadang berpikir..Apa dia akan menghabiskan hidupnya mengejar orang ini?

Tinju Dirga mengepal, membuat Amanda khawatir. Tapi disela itu, Dion, Bian, dan Rasya muncul.

"Ga ketemu apa-apa", ucap Dion menyangga bat baseball di bahunya.
"Ga ada orang juga", sambung Rasya. Sedangkan Bian hanya menggeleng.

Melihat hal ini, Dirga menghela nafas, "Sudahlah, ayo kita pulang. Manda, lu sama gw", ucap Dirga.

Setelah itu mereka mengendarai sepeda motor berdua, menembus jalanan kota Jakarta yang panas.

Amanda diam tidak mengatakan apa-apa di motor, namun pikirannya tidak bisa memproses 1 hal.

Kenapa Dirga bersama Naisya tadi?
Apa hubungan mereka?
Sejak kapan kenal?

Sesampainya di rumah Amanda, gadis tersebut turun. Ia awalnya hanya mengatakan, "Makasih", sambil hendak masuk ke dalam rumah.

Namun langkahnya itu terhenti saat ia mendengar Dirga mengangkat teleponnya,

"Hah? Si Nai ga mau di anter pulang kalo ga sama gue?",

"Nai?", pikir Amanda dengan tangan yang masih menggenggam gagang pagar.

Belum lagi ia berkata Nai tidak mau pulang jika tidak diantar Dirga

"Memangnya Dirga dan Naisya...ada apa diantara mereka?", tanya Amanda dalam hati. Ia memang senang melihat Naisya dan Dirga berteman, tapi setelah pertanyaan itu dia mulai bertanya-tanya, apa hubungan diantara mereka? Apa jangan-jangan mereka sudah bertemu dari sebelumnya?

Dirga menyelesaikan percakapannya, kemudian memutus telefon tersebut dan memasukan handphonenya ke kantongnya.

Sekali lagi ia menyalakan motornya, hendak pergi menjemput Nai.

"Tunggu!", panggil Amanda, membuat Dirga menoleh. Amanda mendekat, dan dengan wajah penuh teka-teki, ia bertanya,

"Kok lu tadi jalan sama Nai sih?", tanya Amanda langsung ke inti. Mengetahui ini akan jadi cerita yang panjang, Dirga mematikan motornya lagi dan menurunkan standartnya.

Ia menjawab dengan tenang, "Gw tadi ga sengaja liat Nai dilecehin preman. Makanya gw bantu, habis itu kita malah pergi ke mall bareng. Lebih tepatnya gw disuruh temenin dia sih"

"Ngapain aja?", tanya Amanda lagi, entah tertarik atau sekedar ingin tau.

Dirga menghela nafas, "Makan kue, es krim, timezone, liat barang, jalan. Itu doang kok", jawabnya apa adanya.

"Berapa lama kenal?". Walaupun pertanyaan itu dianggap tidak penting dan mengganggu privasi, Dirga tetap menjawab, "Di hari pertama dia sekolah, paginya mobil dia mogok, jadi gw bantu"

Tapi jawaban itu tidak meredakan api di dada Amanda. Namun yang keluar dari mulutnya hanyalah, "Yaudah".

Setelah itu Dirga kembali menyalakan motornya, lalu melaju ke tempat Naisya dan Arya.

Namun tanpa sepengetahuannya, Amanda mengeluarkan sepeda motornya, kemudian mengendarainya membuntuti Dirga.

Jaraknya jauh dari rumahnya, dan dia tidak mengenali tempat sekitar ini.

Dirga memarkirkan motornya di cafe yang ada di gang sempit, jauh dari jalan raya. Hal ini membuat Amanda bertanya-tanya dan tak habis pikir.

Amanda memarkirkan motornya agak jauh dari Dirga, lalu kembali mengintip dari sudut gang.

Ada Dirga, Arya, dan Naisya yang terlihat mengambek.

"Kenapa harus gue yang anter?", tanya Dirga memasukan tangan ke kantung hoodienya. Naisya menyilangkan tangan sambil cemberut, ia menjawab, "Kan yang gw kenal lu, bukan Arya. Lagian juga, lo yang kirim gw kesini sekarang lo yang tanggung jawab dong! Anter gw pulang!", ucap Naisya membuang muka ke kedua pria itu, membuat mereka bingung.

Arya terkekeh ragu, "Lah, emang lu ga kenal sama gw?", tanyanya. Naisya acuh tak acuh menjawab, "Ga! Gw kenalnya sama Dirga, lu kan baru kenal bentar sama gw!"

"Kita sendiri kenal ga selama itu lho", komentar Dirga dengan nada datar.

"Gamau gamau gamau! Gw gamau dianter Arya gw maunya Dirga, TITIK!", jerit Naisya kekanakan.

Padahal wajahnya terkesan ayu dan Naisya tidak sebawel ini diawal pertemuan, tapi dibalik itu semua rupanya ada remaja dengan hati anak-anak dan rasa ingin tau yang besar.

Dirga menghela nafas sambil menggeleng-geleng, saat ini sebagian hatinya merasa menyesal karena bisa bertemu dengan gadis seperti ini, tapi akhirnya ia setuju mengantarkannya.

Toh, yang buat Naisya mendarat di cafe entah berantah ini kan Dirga.

"Yaudah, yok", ajak Dirga berjalan menuju motornya. Dibelakangnya Naisya menarik tinju dengan semangat, seolah ingin menyerukan, "Berhasil!"

Setelah itu, Naisya menunggangi motor Dirga dengan semangat, lalu melambai ke Arya.

Arya tersenyum tipis sambil melambaikan tangan juga, "Hati-hati! Dirga bawanya kasar"

Dirga memincingkan mata ke Arya, kemudian menyalakan motor dan meninggalkan cafe kecil itu.

Mereka berbelok dan meninggalkan gang tersebut, tanpa tau bahwa mereka barusan melewati Amanda.

Amanda terdiam, tinjunya mengepal, dan alisnya turun. Di hatinya ia merasakan sesuatu membakarnya, membuatnya merasa sesak, kesal, dan sedih.

"Berapa banyak lagi saingan gw?", tanya Amanda ke dirinya sendiri.

Padahal dia pikir dia akan baik-baik saja. Malahan tadi dia senang melihat Naisya dan Dirga bisa berteman dekat.

Namun rupanya dia jadi tidak suka melihatnya. Padahal baru kenal, tapi Naisya sudah seperti sangat mengenalinya.

Ya, mungkin itu yang tidak disukainya.

Ada orang lain, wanita, yang lebih dekat ke Dirga daripada dirinya. Yang bisa seenaknya meminta kehadirannya untuk menemani, cerita, atau mengantarnya.

Tapi disaat bersamaan....

Amanda tidak tau siapa yang lebih dia sukai,

Dirga atau Arga

DirgantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang